Atletico Madrid Tumbang di Piala Dunia Antarklub: PSG Pesta Gol 4-0 di Laga Pembuka

Kekalahan telak Atletico Madrid 0-4 dari PSG di Piala Dunia Antarklub 2025. Analisis dominasi PSG, kelemahan Atletico, & momen kunci pertandingan grup perdana di Rose Bowl.

Juni 16, 2025 - 18:19
Atletico Madrid Tumbang di Piala Dunia Antarklub: PSG Pesta Gol 4-0 di Laga Pembuka
source: bola.net

TIMES Network – dir="ltr">Kiprah Atletico Madrid di ajang Piala Dunia Antarklub 2025 diawali dengan kekalahan telak. Dalam pertandingan pembuka yang sangat dinanti, Los Rojiblancos menyerah 0-4 dari raksasa Prancis, Paris Saint-Germain (PSG). Laga ini berlangsung pada Minggu, 15 Juni 2025, di Rose Bowl, Pasadena, California, Amerika Serikat, disaksikan oleh lebih dari 80.000 penggemar.

Turnamen ini menandai edisi perdana Piala Dunia Antarklub dengan format baru yang melibatkan 32 tim, diselenggarakan setiap empat tahun sekali, menyerupai format Piala Dunia antarnegara. Pertandingan antara PSG dan Atletico Madrid merupakan salah satu duel paling profil tinggi di fase grup, mempertemukan dua kekuatan besar dari benua Eropa. Kekalahan telak ini menjadi awal yang berat bagi Atletico Madrid dalam ambisi mereka di turnamen bergengsi ini, terutama mengingat status PSG sebagai juara Liga Champions yang baru saja mengalahkan Inter Milan 5-0 di final pada 31 Mei.

Jalannya Pertandingan dan Momen Kunci: Dominasi Mutlak PSG

Pertandingan ini didominasi sepenuhnya oleh Paris Saint-Germain, yang menunjukkan kualitas dan efisiensi tinggi sejak menit awal.

Babak Pertama: PSG Unggul Cepat dan Mematikan

Sejak peluit pertama dibunyikan, PSG langsung mengambil inisiatif permainan. Tim asuhan Luis Enrique ini menguasai bola dan menerapkan tekanan tinggi yang konstan terhadap pertahanan Atletico Madrid. Aliran operan mereka yang mulus dan cepat tidak memberikan ruang bagi Atletico untuk mengembangkan permainan, membuat

Los Rojiblancos kesulitan keluar dari tekanan.

Keunggulan PSG terwujud pada menit ke-19 melalui gol Fabián Ruiz. Gelandang Spanyol ini memanfaatkan umpan cerdas dari Khvicha Kvaratskhelia, melepaskan tembakan terukur dari luar kotak penalti yang melewati penjaga gawang Jan Oblak. Gol ini menegaskan dominasi awal PSG dan memberikan mereka momentum penting.

Menjelang akhir babak pertama, tepatnya di masa injury time (menit ke-45+1), Vitinha menggandakan keunggulan PSG. Ia berhasil menembus pertahanan Atletico yang rapuh dan menyelesaikan umpan dari Kvaratskhelia dengan tenang.1 Momen gol ini menjadi pukulan telak bagi Atletico, yang sesaat sebelumnya memiliki peluang emas untuk menyamakan kedudukan melalui Antoine Griezmann, namun tendangan kerasnya berhasil digagalkan oleh Gianluigi Donnarumma. Kegagalan memanfaatkan peluang dan langsung kebobolan di sisi lain lapangan menunjukkan kurangnya konsentrasi dan efisiensi Atletico di momen krusial.

Babak Kedua: Atletico Terpuruk, PSG Menambah Derita

Babak kedua dimulai dengan harapan bagi Atletico Madrid ketika Julian Alvarez berhasil mencetak gol. Namun, kegembiraan tersebut tidak berlangsung lama. Gol Alvarez dianulir setelah tinjauan Video Assistant Referee (VAR) menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Koke terhadap Désiré Doué dalam proses build-up serangan.1 Pembatalan gol ini memiliki dampak psikologis yang signifikan. Atletico Madrid, yang dikenal dengan mentalitas pantang menyerah, sangat membutuhkan suntikan semangat. Gol yang dianulir ini, meskipun secara teknis benar berdasarkan aturan VAR, meruntuhkan momentum yang baru saja mereka bangun di awal babak kedua. Ini bukan hanya tentang skor, tetapi juga tentang kepercayaan diri tim yang sedang tertekan, memperparah frustrasi dan merusak fokus kolektif.

Situasi semakin memburuk bagi Atletico ketika bek tengah Clément Lenglet diusir keluar lapangan pada menit ke-78 setelah menerima kartu kuning kedua. Kartu kuning kedua ini diberikan karena protes berlebihan kepada wasit. Kartu merah yang diterima Lenglet, bukan karena pelanggaran keras melainkan karena ekspresi frustrasi, menunjukkan hilangnya disiplin dan kontrol emosi di kubu Atletico di bawah tekanan yang luar biasa. Insiden ini secara efektif "membunuh" peluang Atletico untuk bangkit, memaksa mereka bermain dengan 10 orang di sisa waktu pertandingan yang krusial.

Hanya empat menit setelah kartu merah Lenglet, Alexander Sørloth menyia-nyiakan peluang emas di depan gawang kosong. Kegagalan ini membuat pelatih Diego Simeone terlihat sangat marah dan frustrasi di pinggir lapangan. Di momen krusial saat tim bermain dengan 10 orang dan sangat membutuhkan gol untuk setidaknya memperkecil ketertinggalan, kegagalan mencetak gol dari peluang yang sangat jelas adalah pukulan telak. Ini menunjukkan bahwa bahkan ketika kesempatan langka muncul, Atletico tidak mampu memanfaatkannya, secara efektif mengakhiri segala harapan untuk

comeback dan memperdalam rasa frustrasi di kubu Simeone.

PSG kemudian menutup pesta gol mereka dengan dua gol tambahan di menit-menit akhir. Senny Mayulu mencetak gol ketiga pada menit ke-87, diikuti oleh gol penalti Lee Kang-In di detik-detik terakhir pertandingan (menit ke-90+7) setelah terjadinya

handball oleh Robin Le Normand di kotak penalti.

Strategi PSG yang Efektif

PSG menampilkan performa yang sangat dominan, didasarkan pada strategi yang efektif. Mereka menerapkan pressing ketat sejak awal pertandingan dan menguasai penguasaan bola secara signifikan, mencapai 75% berbanding 25% milik Atletico Madrid. Pendekatan ini membuat Atletico kesulitan membangun serangan dari lini belakang dan sering kehilangan bola di area berbahaya.

Fluiditas serangan PSG juga menjadi kunci keberhasilan mereka. Pemain seperti Fabián Ruiz dan Vitinha sangat berpengaruh di lini tengah, mengendalikan tempo dan distribusi bola. Khvicha Kvaratskhelia, meskipun tidak mencetak gol, menjadi sorotan taktis utama dengan dua

assist di babak pertama dan pergerakan yang terus-menerus mengancam pertahanan lawan.4 PSG juga sangat akurat dalam transisi dari bertahan ke menyerang, mampu mengeksploitasi ruang yang diberikan oleh pertahanan Atletico dengan efisien.

Kelemahan Atletico Madrid

Sebaliknya, Atletico Madrid menunjukkan beberapa kelemahan fundamental yang dieksploitasi oleh PSG. Tim asuhan Diego Simeone tidak mampu mengatasi tekanan tinggi yang diterapkan PSG, yang menghambat distribusi bola mereka dan menyebabkan seringnya kehilangan penguasaan bola.

Selain itu, Atletico terlihat lemah dalam duel fisik. Mereka mudah kehilangan bola ketika pemain PSG mencoba merebutnya. Aspek ini krusial untuk diperbaiki, mengingat babak selanjutnya di turnamen ini akan menampilkan konfrontasi fisik yang lebih intens.

Dari segi serangan, Atletico Madrid kesulitan menciptakan peluang. Statistik pertandingan menunjukkan bahwa mereka hanya melepaskan 5 tembakan sepanjang pertandingan, dengan hanya 1 di antaranya yang mengarah ke gawang. Angka ini sangat kontras dengan 16 tembakan dan 11 on target milik PSG. Data ini mengindikasikan bahwa skema serangan Atletico mudah dibaca atau tidak efektif melawan pertahanan PSG yang solid.

Performa Gemilang Pemain PSG

Beberapa pemain PSG menunjukkan performa yang sangat impresif. Vitinha dinobatkan sebagai Man of the Match berkat penampilan dominannya di lini tengah dan gol krusial yang dicetaknya. Kemampuannya untuk mempertahankan level permainan yang tinggi sangat menonjol. Fabián Ruiz membuka keran gol PSG dengan penyelesaian cerdasnya, menunjukkan ketajamannya di depan gawang.

Khvicha Kvaratskhelia, meskipun tidak mencatatkan namanya di papan skor, memiliki peran yang sangat vital. Ia memberikan dua assist di babak pertama dan menjadi sorotan taktis utama berkat kemampuannya mengalirkan bola dan menciptakan peluang berbahaya. Senny Mayulu dan Lee Kang-In, yang masuk sebagai pemain pengganti, juga menunjukkan kedalaman skuad PSG dengan mencetak gol di menit-menit akhir pertandingan.1 Hal ini menunjukkan bahwa PSG memiliki opsi serangan yang beragam dan pemain pengganti yang mampu memberikan dampak signifikan.

Pemain Atletico Madrid yang Kesulitan

Di kubu Atletico Madrid, beberapa pemain mengalami kesulitan. Clément Lenglet menjadi sorotan negatif dengan kartu merahnya di menit ke-78, yang semakin mempersulit timnya. Akibat insiden ini, Lenglet dipastikan akan absen di pertandingan grup berikutnya melawan Seattle Sounders, menambah beban bagi lini pertahanan Atletico.1

Julian Alvarez dan Alexander Sørloth juga gagal memanfaatkan peluang emas yang bisa mengubah jalannya pertandingan. Gol Alvarez dianulir oleh VAR, sementara Sørloth melewatkan gawang kosong dari jarak dekat. Kegagalan-kegagalan ini menyoroti kurangnya ketajaman Atletico di depan gawang, yang menjadi salah satu faktor utama kekalahan telak mereka. Meskipun kebobolan empat gol, Jan Oblak, penjaga gawang Atletico, melakukan beberapa penyelamatan penting yang mencegah skor menjadi lebih telak, menunjukkan bahwa ia tetap tampil solid di tengah gempuran PSG.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow