Bentuk Karakter Mahasiswa, IAIN Ternate Gaungkan Pencegahan Narkoba dan Radikalisme di PBAK 2025
Institut Agama Islam Negeri Ternate (IAIN Ternate) kembali menggelar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tahun 2025/2026, Kamis (28/8/25).

TIMESINDONESIA, MALUKU – Institut Agama Islam Negeri Ternate (IAIN Ternate) kembali menggelar Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) tahun 2025/2026, Kamis (28/8/25).
Pada hari kedua kegiatan ini, dua lembaga eksternal yakni Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Maluku Utara dan Satuan Tugas Wilayah (Satgaswil) Maluku Utara Densus 88 Antiteror Polri diundang untuk membekali mahasiswa baru dengan pemahaman krusial tentang bahaya narkoba dan gerakan radikalisme.
Panel diskusi yang dimoderatori oleh Dr. Abd. Rauf Wajo dimulai dengan paparan dari Drs. Hairuddin Umaternate, M.Si., Penyuluh Narkoba Ahli Madya BNNP Maluku Utara. Dalam sesi yang bertema “Peran Mahasiswa dalam Upaya Pencegahan Narkoba” ini, Hairuddin menekankan bahwa mahasiswa adalah generasi emas yang harus menjadi garda terdepan dalam membentengi diri dari penyalahgunaan narkoba. Menurutnya, narkoba tidak hanya menyerang fisik, tetapi juga berdampak serius pada aspek psikologis dan sosial.
"Narkoba menyerang jaringan tubuh yang paling lunak, terutama otak. Selain itu, dapat memicu gangguan kejiwaan dan tindak kriminal," ujarnya.
Oleh karena itu, ia menilai pemahaman dan kesadaran dini sangat penting bagi mahasiswa untuk melindungi diri dan lingkungan dari bahaya tersebut.
Sesi berikutnya dilanjutkan dengan topik yang tak kalah penting, yaitu “Peran Mahasiswa dalam Pencegahan Bahaya Gerakan Ideologis”.
Paparan disampaikan oleh AKBP Muslim Nanggala, S.I.K., M.H., Kepala Satgaswil Maluku Utara Densus 88 AT Polri, bersama Dr. Rida Hesti Ratnasari, M.Si., CRGP., seorang konsultan pengembangan sosial yang juga mantan aktivis Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).Dr. Rida, yang telah meninggalkan HTI sejak tahun 2008, memaparkan bahwa generasi muda, terutama mahasiswa, merupakan kelompok yang rentan terpapar ideologi ekstrem.
Ia menyebutkan, berdasarkan riset, mayoritas pelaku terorisme di dunia berusia antara 21 hingga 30 tahun dan banyak direkrut melalui platform digital.
"Bahaya radikalisme dan ekstremisme kerap disusupi melalui penafsiran keliru terhadap teks-teks keagamaan. Mahasiswa harus memiliki literasi yang kuat dan kepekaan terhadap gerakan-gerakan yang berpotensi merusak keutuhan bangsa," tegasnya.
Ia juga mengingatkan mahasiswa untuk berhati-hati terhadap institusi yang menggunakan label Islami namun memiliki agenda tersembunyi untuk mengganti sistem negara dengan ideologi yang bertentangan dengan prinsip kebangsaan.
Rektor IAIN Ternate, Prof. Radjiman Ismail, M.Pd., menyampaikan apresiasi yang tinggi atas materi yang disampaikan kedua narasumber. "Kami sangat berterima kasih atas kontribusi dan pencerahan yang diberikan. Ini sangat penting dalam membentuk karakter mahasiswa yang kritis dan berwawasan kebangsaan," ungkapnya. (*)
Apa Reaksi Anda?






