Chelsea Tumbangkan Sang Juara Liverpool 3-1, Akhiri Penantian 4 Tahun dan Panaskan Perebutan Tiket Liga Champions
Chelsea kalahkan Liverpool 3-1 di Stamford Bridge, akhiri kutukan 4 tahun & jaga peluang ke Liga Champions. Cole Palmer jadi penentu kemenangan dramatis.

TIMES Network – dir="ltr">London - Chelsea berhasil meraih kemenangan krusial 3-1 atas Liverpool dalam lanjutan Liga Primer Inggris di Stamford Bridge, Minggu (4/5/2025) malam WIB. Gol-gol dari Enzo Fernandez, bunuh diri Jarell Quansah, dan penalti Cole Palmer memastikan tiga poin bagi The Blues, sementara Liverpool hanya mampu membalas melalui Virgil van Dijk. Kemenangan ini tidak hanya memanaskan persaingan di papan atas klasemen, tetapi juga mengakhiri penantian panjang Chelsea selama empat tahun untuk mengalahkan Liverpool di liga, tepatnya sejak Maret 2021. Hasil ini sangat signifikan mengingat ini adalah pertandingan pertama Liverpool setelah mereka dipastikan meraih gelar juara Liga Primer Inggris 2024/2025 pekan sebelumnya . Bagi Chelsea, kemenangan ini membawa mereka menyamai perolehan poin Newcastle United di peringkat keempat dan menjaga asa lolos ke Liga Champions musim depan tetap menyala .
Babak Pertama: Start Cepat Chelsea dan Dominasi Awal
Sebelum pertandingan dimulai, para pemain Chelsea memberikan Guard of Honour sebagai penghormatan kepada Liverpool yang baru saja memastikan gelar juara. Namun, penghormatan tersebut tidak berlanjut di atas lapangan. Chelsea langsung tancap gas sejak peluit awal dibunyikan. Strategi agresif yang diterapkan manajer Enzo Maresca terbukti efektif memanfaatkan potensi kelengahan Liverpool yang mungkin timbul pasca-perayaan juara dan keputusan manajer Arne Slot untuk melakukan rotasi pemain.
Hasilnya terlihat instan. Saat laga baru berjalan 2 menit 47 detik, Chelsea sudah berhasil membobol gawang Alisson Becker. Berawal dari serangan balik cepat yang dipimpin Cole Palmer, bola kemudian diberikan kepada Pedro Neto di sisi kanan. Umpan silang mendatar Neto berhasil dikontrol dengan baik oleh Enzo Fernandez sebelum melepaskan tembakan terarah ke sudut gawang. Gol ini tercatat sebagai gol tercepat Chelsea di Liga Primer sejak Desember 2017, menunjukkan betapa siapnya The Blues untuk laga ini dan bagaimana mereka berhasil membangun momentum krusial sejak awal.
Liverpool, yang tampil dengan beberapa perubahan dari tim inti mereka, tampak kesulitan mengimbangi intensitas tuan rumah di awal laga. Peluang pertama mereka datang melalui Cody Gakpo, namun tembakannya dari sudut sempit masih bisa dimentahkan oleh kiper Chelsea, Robert Sanchez. Chelsea terus memberikan tekanan, dan Pedro Neto nyaris menambah keunggulan andai tembakannya tidak menyamping tipis di sisi jaring gawang Liverpool.
Momen Kunci Babak Pertama: Gol Dianulir VAR
Dominasi Chelsea nyaris membuahkan gol kedua menjelang akhir babak pertama. Noni Madueke menunjukkan aksi individu menawan dengan melewati Alisson sebelum menceploskan bola ke gawang yang kosong. Namun, kegembiraan para pemain dan pendukung Chelsea hanya berlangsung sesaat. Setelah tinjauan Video Assistant Referee (VAR), gol tersebut dianulir karena Nicolas Jackson, yang terlibat dalam proses serangan, dinyatakan berada dalam posisi offside. Keputusan VAR ini sangat krusial karena menjaga skor tetap 1-0 hingga turun minum. Andai gol tersebut disahkan, keunggulan dua gol akan memberikan tekanan psikologis dan taktis yang jauh lebih besar bagi Liverpool yang sedang mencoba menemukan ritme permainan dengan komposisi pemain yang dirotasi.
Babak Kedua: Gol Bunuh Diri, Respons Liverpool, dan Penalti Penentu
Memasuki babak kedua, Chelsea tidak mengendurkan serangan. Upaya mereka untuk menggandakan keunggulan akhirnya terwujud pada menit ke-56, meskipun melalui sedikit keberuntungan. Umpan silang Cole Palmer dari sisi kanan coba dihalau oleh kapten Liverpool, Virgil van Dijk. Namun, bola sapuannya justru membentur rekan setimnya, Jarell Quansah, dan berbelok arah masuk ke gawang sendiri, membuat Alisson tak berdaya.
Tertinggal dua gol, Liverpool mencoba merespons. Arne Slot memasukkan Darwin Nunez untuk menambah daya gedor. Tekanan tim tamu mulai meningkat, menghasilkan beberapa peluang, termasuk sundulan dari Van Dijk dan Nunez yang belum menemui sasaran. Di sisi lain, Chelsea hampir menambah keunggulan ketika tendangan keras Palmer dari sudut sempit hanya membentur tiang gawang.
Kerja keras Liverpool akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-85. Berawal dari situasi sepak pojok yang dieksekusi oleh Alexis Mac Allister, Virgil van Dijk berhasil memenangi duel udara dan menanduk bola dengan keras ke gawang Chelsea, memperkecil ketertinggalan menjadi 2-1. Gol ini sempat membangkitkan harapan Liverpool untuk meraih setidaknya satu poin.
Namun, harapan tersebut pupus di penghujung laga, tepatnya pada menit ke-90+6. Dalam sebuah insiden di kotak penalti Liverpool, Jarell Quansah melakukan pelanggaran terhadap Moises Caicedo. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih. Cole Palmer, yang tampil impresif sepanjang laga, maju sebagai eksekutor dan dengan tenang berhasil menaklukkan Alisson, mengunci kemenangan 3-1 untuk Chelsea. Malam itu menjadi malam yang sulit bagi bek muda Liverpool, Jarell Quansah, yang terlibat dalam dua gol terakhir Chelsea (gol bunuh diri dan menyebabkan penalti). Performanya menyoroti tantangan yang dihadapi pemain muda ketika diberi kesempatan dalam pertandingan bertekanan tinggi, sekaligus mengindikasikan adanya perbedaan kualitas antara pemain inti dan pelapis Liverpool, sebuah poin yang juga disinggung pasca-pertandingan.
Liverpool Pasca-Juara: Sejarah Berulang?
Kekalahan yang dialami Liverpool di Stamford Bridge bukanlah fenomena yang asing bagi tim yang baru saja mengunci gelar juara liga. Sejarah mencatat bahwa tim-tim juara sebelumnya, termasuk Liverpool sendiri di era Jurgen Klopp pada musim 2019-2020 (kalah 0-4 dari Manchester City), Chelsea pada 2004-2005, dan Arsenal pada 1997-1998, juga pernah mengalami kekalahan dalam pertandingan setelah memastikan gelar. Hal ini seringkali dikaitkan dengan potensi penurunan intensitas atau fokus setelah tujuan utama musim tercapai, ditambah dengan dampak rotasi pemain yang kerap dilakukan manajer untuk memberi kesempatan bermain atau mengistirahatkan pemain kunci. Manajer Liverpool, Arne Slot, secara implisit mengakui hal ini dengan menyatakan bahwa timnya kehilangan "persentase terakhir dari standar normal" dalam bertahan dan penyelesaian akhir pada laga ini. Kombinasi faktor psikologis (penurunan tekanan) dan fisik (efek rotasi) tampaknya berkontribusi pada penurunan performa The Reds kali ini.
Arti Kemenangan Bagi Chelsea: Asa Liga Champions dan Akhir Kutukan
Bagi Chelsea, kemenangan ini memiliki arti yang sangat penting. Tambahan tiga poin membawa mereka mengoleksi 63 poin dari 35 pertandingan, menyamai perolehan poin Newcastle United yang berada di peringkat keempat klasemen sementara. Hasil ini menjaga peluang mereka untuk finis di zona Liga Champions tetap terbuka lebar, sekaligus menjauh dari kejaran Nottingham Forest di peringkat keenam. Lebih dari itu, kemenangan ini memutus rekor buruk Chelsea yang tidak pernah menang dalam 10 pertemuan terakhir melawan Liverpool di semua kompetisi sejak kemenangan terakhir mereka pada Maret 2021. Ini juga menandai kemenangan ketiga beruntun The Blues di Liga Primer, menunjukkan momentum positif yang tengah dibangun tim asuhan Enzo Maresca di fase krusial akhir musim. Mengalahkan sang juara bertahan, mengakhiri rekor buruk, dan menyamai poin tim peringkat keempat jelas memberikan dorongan psikologis yang signifikan menjelang laga-laga penentuan berikutnya.
Kembalinya Ketajaman Cole Palmer
Salah satu sorotan utama dari kemenangan Chelsea adalah kembalinya Cole Palmer ke papan skor. Gol penaltinya di akhir laga mengakhiri puasa gol yang telah berlangsung selama 18 pertandingan di semua kompetisi, terhitung sejak 14 Januari. Sepanjang pertandingan, Palmer menunjukkan performa yang meyakinkan, tampil percaya diri, terlibat aktif dalam serangan, dan menjadi kreator gol bunuh diri Quansah. Sebagai pemain kunci dan sumber gol utama Chelsea musim ini, kembalinya ketajaman Palmer menjadi angin segar dan sangat vital bagi ambisi Chelsea untuk mengamankan tiket ke kompetisi Eropa musim depan. Kembalinya kontribusi gol dari pemain paling berpengaruh mereka dapat menjadi katalisator penting dalam laga-laga sisa yang menentukan.
Dampak pada Klasemen
Kemenangan Chelsea secara signifikan memanaskan persaingan di papan atas Klasemen Liga Primer Inggris. Chelsea kini menempati posisi kelima dengan 63 poin, menyamai poin Newcastle United di posisi keempat, namun Newcastle unggul selisih gol tipis. Liverpool tetap kokoh di puncak klasemen dengan 82 poin. Perebutan tiket ke Liga Champions (posisi 1-5) kini melibatkan persaingan ketat antara Arsenal (67 poin), Manchester City (64 poin), Newcastle (63 poin), dan Chelsea (63 poin), dengan Nottingham Forest (60 poin, satu laga sisa lebih banyak) dan Aston Villa (60 poin) masih mengintip peluang.
Apa Reaksi Anda?






