Harmoni Indonesia di FISIP UB, Dorong Pemerataan Pendidikan Hingga Inklusivitas

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menegaskan komitmennya untuk memperkuat harmoni Indonesia melalui kolaborasi, inklusivitas, dan afirmasi pendidikan, terutama bagi…

Agustus 15, 2025 - 07:30
Harmoni Indonesia di FISIP UB, Dorong Pemerataan Pendidikan Hingga Inklusivitas

TIMESINDONESIA, MALANG – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) menegaskan komitmennya untuk memperkuat harmoni Indonesia melalui kolaborasi, inklusivitas, dan afirmasi pendidikan, terutama bagi mahasiswa dari wilayah Indonesia Timur.

Pernyataan ini disampaikan Dekan FISIP UB, Dr. Ahmad Imron Rozuli, S.E., M.Si., dalam kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) UB 2025, Kamis (14/8/2025). Menurutnya, momen ini tepat karena bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan RI.

“Harmoni Indonesia selaras dengan visi-misi FISIP. Kami ingin menguatkan kolaborasi, interkoneksi, terutama dengan Indonesia Timur, sekaligus bicara tentang inklusivitas,” ujarnya.

gelaran-PKKMB-FISIP-UB-2.jpg

Dalam paparannya, Dr. Imron mencontohkan kehadiran Timotius Dwijangge, mahasiswa baru asal Jayapura, Papua, yang menjadi simbol komitmen FISIP terhadap pemerataan akses pendidikan.

FISIP UB mencatat, 22,5 persen mahasiswa FISIP berasal dari wilayah timur Indonesia. Upaya menjaring mahasiswa dari kawasan tersebut dilakukan melalui program afirmasi pendidikan, pengembangan kapasitas sumber daya manusia, dan kolaborasi dengan pemerintah daerah.

“Kami menjalin kerja sama hingga Papua Selatan dan Merauke, termasuk penguatan sarana-prasarana. Harapannya, tercipta kesejajaran dan ruang bersama yang inklusif,” jelasnya.

Dekan FISIP UB menegaskan bahwa kampus harus menjadi mercusuar untuk merawat keberagaman dan kebinekaan, tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga bagi siapa pun yang datang dari luar negeri.

“Bicara timur dan inklusivitas, semua itu satu pilar yang bermuara pada satu Indonesia. Di FISIP, kami sederhanakan menjadi satu Brawijaya, satu FISIP,” katanya.

Ada hal menarik yang juga tercatat tahun ini. Dimana jumlah mahasiswa baru yang sebanyak 1.386 orang didominasi oleh perempuan.  Jumlahnua hampir 1.000 dari total mahasiswa baru.

“Ini menunjukkan kesetaraan gender dan meningkatnya akses perempuan ke pendidikan tinggi,” ungkap Dr. Imron.

Di tempat yang sama, Timotius Dwijangge, mahasiswa baru Jurusan Sosiologi asal Papua, mengaku memilih FISIP UB karena ingin belajar langsung di kampus yang memiliki hubungan erat dengan masyarakat.

“Saya ingin keluar dari zona nyaman untuk merasakan pendidikan yang layak. Setelah lulus, saya akan kembali ke Papua untuk melayani masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Benedicta Irene, mahasiswa baru penyandang disabilitas di Jurusan Psikologi, memilih FISIP UB karena ingin menjadi psikiater.

“Saya ingin membantu orang menemukan jati diri dan mengelola emosi mereka. Fasilitas di FISIP sangat ramah bagi penyandang disabilitas,” ungkap Irene.

Dengan komposisi mahasiswa yang beragam, FISIP UB bertekad menjadi ruang belajar yang inklusif dan mendorong nilai kebinekaan. Program afirmasi wilayah timur, dukungan untuk penyandang disabilitas, serta keberpihakan pada kesetaraan gender diharapkan menjadi langkah nyata dalam menjaga harmoni Indonesia dari lingkungan kampus. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow