Ny Heny Memupuk Mental Kelompok Tani KCS Genggelang Lombok Utara Jadi Pengusaha

Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny Heny Agus Purwanta berkesempatan menyapa dan memberikan motivasi kepada kelompok tani Kampung Cokelat Senara (KCS) Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Lombok Utara.

Juni 3, 2025 - 02:30
Ny Heny Memupuk Mental Kelompok Tani KCS Genggelang Lombok Utara Jadi Pengusaha

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny Heny Agus Purwanta berkesempatan menyapa dan memberikan motivasi kepada kelompok tani Kampung Cokelat Senara (KCS) Desa Genggelang, Kecamatan Gangga, Lombok Utara. 

Kegiatan ini dikemas dalam Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dengan focus group discussion (FGD) Kewirausahaan Kampung Cokelat, yang diprakarsai oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Utara, Senin (2/6/2025).

Dalam FGD ini dihadiri juga Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Utara, Wahyu Darmansyah, dan Diskoperindag. Kegiatan dikemas dengan santai sehingga para petani KCS dengan mudah memahami materi yang disampaikan.

"Kami ucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan yang telah mengundang saya untuk hadir dalam menyapa kelompok tani cokelat di Senara ini," ucapnya.

Heny merasa terkagum dengan masyarakat di Dusun Senara yang menghasilkan produksi cokelat yang luar biasa. Mulai dari proses menanam, mengolah, hingga pemasaran. 

"Saya sendiri merasa surprise ada ratusan hektar kampung cokelat yang menurut orang berada di daerah terluar namun sebenarnya memiliki potensi luar biasa sehingga saya belajar banyak literasi dari kampung cokelat ini," ungkapnya.

Heny dalam FGD lebih banyak menggali pengalaman dari para petani mulai dari proses menanam hingga mengolahnya. Dalam FGD rata-rata petani memiliki paling sedikit satu hektar kurang dengan ribuan pohon cokelat, sehingga total luas areal kampung cokelat 800 hektar dengan menghasilkan 47 ton cokelat per bulan. Para petani di Senara lebih banyak menjual langsung dengan kisaran harga Rp 75-80 ribu per kg, berbeda dengan harga yang sudah permentasi Rp 100-120 ribu per kg. 

"Di atas 90 persen para petani menjual dalam bentuk buah, hanya 2-3 persen yang dijual sudah permentasi," ungkapnya.

Ny-Heny-Agus-Purwanta-b.jpgKetua Bhayangkari Lombok Utara, Ny Heny Agus Purwanta melihat olahan produk UMKM Kelompok Tani KCS Genggelang. (Foto : Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

Produk Olahan Butuh Label SNI dan BPOM

Selain itu, kelompok tani KCS juga sudah bisa mengolah menjadi produk lokal seperti cokelat batangan, kopi cokelat, skincare, permen cokelat, dan beberapa jenis snack ringan lainnya. 

"Namun, ada beberapa produk masih perlu desain pascking, label SNI, dan label BPOM. Ini menjadi catatan bersama yang harus diselesaikan bersama-sama oleh Diskoperindag yang juga hadir sebagai pemateri," terangnya.

Petani Cokelat Belum Menjadi Sultan

Meskipun petani cokelat memiliki ribuan pohon cokelat namun tidak membuat menjadi sultan atau petani keluar dari zona garis kemiskinan, sebab para petani memiliki tantangan mengenai bagaimana mengatur keuangan, mengatur jadwal panen, dan memasarkan sehingga lebih banyak menjual langsung ke pengepul.

"Yang menjadi sultan pengepul, semestinya para petani, karena petani kekurangan literasi. Di sinilah penting petani harus perbanyak literasi sehingga dapat mengatur jadwal panen, tidak panen serentak yang berdampak harga cokelat menurun, bila diatur jadwal panen maka harga cokelat akan tetap stabil dan terus meningkat," jelasnya.

Selain itu, para petani juga harus punya mental pengusaha. Bila saat ini hanya menjadi petani, maka berikutnya harus menjadi pengusaha cokelat dengan mengembangkan jenis usaha di produksi cokelatnya. 

"Problematika utang dan tidak ada modal gampang, yang terpenting itu mental dulu," imbuhnya yang juga pebisnis ini.

Suplay atau pemasaran perlu menjadi catatan juga. Berapapun sisa dari hasil penjualan itu harus dikembalikan atau disisihkan dari sisa kebutuhan hidup. 

"Lebih utamakan kebutuhan hidup dulu daripada gaya hidup. Misal, sudah punya motor, jangan beli motor lagi, sudah punya hp bagus jangan beli hp lebiu bagus, kecuali bisa meningkatkan daya jual," katanya dosen managemen Politeknik Banten ini.

Kemudian, bila areal tanam masih satu hektar bagaimana meningkatkan produksi, tinggal mencari. Mengatur tanggal panen, maka bisa meningkatkan nilai harga. Sehingga dapat menjaga ketersediaan cokelat tetap lancar. 

"Kemudian membuat koperasi untuk memudahkan akses permodalan perbankan," urainya.

Untuk jenis cokelat harus bisa dibuat premium dan standar. Harus dipisahkan mana harga premium dan harga standar. 

"Jangan langsung jual semuanya, harus dibedakan jenis karungnya dan jenis bingkisannya," sambungnya.

Ny-Heny-Agus-Purwanta-a.jpgKetua Bhayangkari Lombok Utara, Ny Heny Agus Purwanta berpose salam literasi bersama peserta FGD kewirausahaan cokelat. (Foto : Hery Mahardika/TIMES Indonesia)

Pengurangan biaya, harus diatur juga sesuai jenis cokelat yang di panen dan jadwal panennya. Transportasi harus disediakan oleh kelompok tani, jangan yang punya transportasi kaya.

"Ibu dan bapak sebagai petani harus tahu sasarannya kemana, petani itu harus kaya," katanya.

Dibutuhkan Kolaborasi Lintas Sektoral

Ia mengajak seluruh dinas Lombok Utara untuk bersama-sama kolaborasi meningkatkan kepedulian terhadap kelompok tani cokelat, masih terdapat perlu sentuhan dalam meningkatkan pemahaman mereka.

"Mari kita berkolaborasi bersama atas kepedulian kita. Sayang lho ini sudah bagus, bagaimana kedepan menjadi tempat edukasi untuk anak-anak dan menjadi ekowisata. Tempatnya bagus sekali," imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Utara, Wahyu Darmansyah menyampaikan, perpustakaan hadir berbasis sosial, ada dua cara untuk mau membaca buku, yaitu pertama membuka gedung perpustakaan, kemudian berkunjung ke masyarakat. 

"Membaca itu supaya kehidupan lebih baik," ucapnya.

Pihaknya datang untuk menghadirkan dua narasumber berkompeten dalam membaca kewirausahaan kedepan. 

"Tujuan kami dengan membaca dan mendengarkan penjelasan buku, dapat meningkatkan nilai tambah apa-apa yang sudah dilakukan selama ini. Dan kami hadirkan ibu Ketua Bhayangkari yang juga pegiat literasi di bidang management kewirausahaan sekaligus pelaku dari usaha," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani KCS Genggelang, Pardan menyampaikan terima kasih atas kehadiran Ketua Bhayangkari Lombok Utara dalam memberikan motivasi kepada petani Cokelat untuk terus berkreasi dalam meningkatkan produksi dan olahan untuk go nasional.

"Kita terus tingkatkan produksi dan olahan dengan beberapa tantangan yang sudah kami sampaikan tadi. Semoga bisa difasilitasi seperti label SNI dan BPOM," harapnya petani Cokelat ini. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow