Tampilan Visual Digital Gayatri dalam Relebellion in Wilwatikta

Sejarah perjalanan Majapahit dikemas dalam bentuk penampilan visual digital melalui Urban Youth Rebellion in Wilwatikta.

Juni 24, 2025 - 00:30
Tampilan Visual Digital Gayatri dalam Relebellion in Wilwatikta

TIMESINDONESIA, SURABAYAKisah Gayatri yang diperankan Gen Z menyisakan banyak cerita. Sejarah perjalanan Majapahit dikemas dalam bentuk penampilan visual digital melalui Urban Youth Rebellion in Wilwatikta.

Acara ini merupakan eksploitasi artistik yang memadukan sejarah lokal dengan pendekatan seni pertunjukan modern yang dibentuk dari lintas disiplin seni. 

Panggung seolah menjadi ruang waktu. Tubuh menjadi aksara sejarah. Cahaya dan suara menjadi jembatan antara memori kolektif dan intepretasi kreatif.

Dalam sejarah Majapahit, Dyah Gayatri atau Sri Rajapatni, punya peran besar menyelamatkan takhta kerajaan dari upaya kudeta Ra Kuti dan kelompoknya. 

Sebenarnya, sepeninggal Raden Wijaya, Gayatri telah menepi dari keramaian dunia dengan menjadi seorang bhiksuni. Namun setelah Raja Jayanegara mangkat akibat dibunuh oleh Ra Tanca, Gayatri terpaksa turun gunung. 

Di tengah kekosongan kekuasaan, istri mendiang Dyah Wijaya itu cepat mengambil sikap menjaga singgasana kerajaan agar tak jatuh ke tangan pemberontak. 

Kecermatan Gayatri mengatur strategi di tengah suasana genting tersebut akhirnya membuahkan hasil. Majapahit terselamatkan. Setelah pemberontakan Ra Kuti berhasil ditumpas oleh Gajah Mada, Gayatri mengangkat putrinya, Tribhuwana Tunggadewi, sebagai raja.

Kisah kemelut di awal-awal zaman Majapahit itu diangkat dalam pementasan drama tari modern berjudul Urban Youth: Rebellion in Wilwatikta di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur di Surabaya, Senin (23/6/2025). 

Urban Youth menjadi jejak yang terjaga, lentingan energi yang menghidupkan masa depan seni di Jawa Timur.  

Dalam ruang antara masa lalu dan masa kini, generasi muda Jawa Timur memulai perjalanan menelusuri sejarah rumit keagungan Majapahit. 

Melalui eksplorasi mendalam tentang kisah-kisah lokal, tindakan tokoh-tokoh sejarah, pembentukan identitas dan nilai-nilai kearifan lokal, pertunjukan itu berusaha merajut kembali narasi kuno menjadi pengalaman estetika yang segar.

Perpaduan instrumen musik dan gamelan menjadi warna tersendiri dalam upaya menyegarkan estetika melalui koreografi yang rancak dan atraktif. 

Visualisasi itu kian megah dengan dukungan teknologi layar LED, tata lampu, 3D dan audio menggelegar. Monolog maupun dialog dilakukan secara langsung, bukan sekedar sulih suara seperti yang dilakukan drama-drama tari era sekarang.

Art Director pementasan tersebut, Abing Santoso, mengatakan cerita yang diangkat berangkat dari gagasan bahwa saat ini mulai timbul kecenderungan bahwa generasi zilenial menuju generasi alpha kurang diarahkan oleh sosok seorang ibu. 

“Padahal di masa lalu kita punya perempuan hebat, pengatur strategi yang jitu, yakni Gayatri,” kata Abing.

Cerita Gayatri Dikemas Entertain Kekinian

Cerita-Gayatri-a.jpg

Agar pesan tersebut sampai ke anak-anak muda perkotaan, ujar Abing, cerita sejarah itu sengaja dikemas kekinian melalui entertain yang menarik namun tetap tidak mengurangi pilar-pilar tradisi yang terkandung di dalamnya.

Soal kostum para pemain umpamanya, Abing tetap mempertahankan 75 persen busana bermotif tradisional khas Majapahit, sedangkan 25 persen sisanya merupakan pengembangan sehingga, menurutnya, pertunjukkan itu layak ditonton anak-anak muda secara langsung ke gedung pertunjukkan, maupun lewat media sosial. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur Evy Avianasari berharap pertunjukan itu mampu mengingatkan anak-anak muda bahwa Jawa Timur kaya tradisi dan cerita sejarah. Sebab tak semua anak muda perkotaan paham pada cerita leluhur.

Evy juga tak yakin anak muda era sekarang memahami sosok Gayatri, perempuan yang menghindarkan Majapahit dari keterpecahbelahan. Jauh sebelum Raden Ajeng Kartini, kata Evy, Gayatri telah mengambil peran penting dalam masalah-masalah kenegaraan.

“Maka dari itu sedikit demi sedikit kami bersama seniman-seniman muda menyusun sebuah konsep epik bagaimana mengenalkan Jawa Timur versi Majapahit dengan amat sangat mudah diterima anak-anak muda perkotaan,” tutur Evy.

Menurut dia sejarah tak hanya dikenang, tetapi mesti dihidupkan kembali dalam bahasa yang dimengerti oleh anak-anak di eranya. 

Generasi muda Jawa Timur berusaha menelusuri jejak sejarah keagungan Majapahit yang berliku. Dengan mendalami kisah lokal, para seniman muda itu merangkai ulang cerita lama menjadi pengalaman estetika yang baru. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow