Anggota Komisi II DPRD KLU H Taufik Fokus Suarakan Pembenahan Kawasan Wisata Andalan Gili Matra
H Taufik salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Utara (DPRD KLU) periode 2024-2029 dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo) daerah pemilihan (Dapil) V Kecamatan Pemenang.

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – H Taufik salah satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lombok Utara (DPRD KLU) periode 2024-2029 dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo) daerah pemilihan (Dapil) V Kecamatan Pemenang dengan memperoleh 1.020 suara.
Selain sebagai anggota dewan, ia juga menjadi Sekretaris Fraksi Pembangunan Nasional Indonesia. Kemudian, di alat kelengkapan dewan (AKD) menjadi anggota Komisi II dan anggota badan anggaran (Banggar).
"Di AKD saya sebagai anggota Komisi II fokus menyuarakan keberlanjutan ekonomi pariwisata. Dan juga anggota Banggar," ujarnya kepada TIMES INDONESIA, Kamis (1/5/2025).
Taufik memiliki pengalaman luas di bidang pariwisata sebagai pelaku langsung sejak tahun 2013. Dan ia juga berpengalaman dua periode sebagai Kepala Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang dari tahun 2007 sampai 2018.
Taufik memiliki peluang besar untuk kembali terpilih untuk periode ketiga sebagai kepala desa. Namun, Taufik memiliki niatan lebih besar untuk menyuarakan aspirasi masyarakat sehingga memilih mundur pada akhir jabatan 2018 sebagai kepala desa.
"Saya memilih mundur sebelum berakhir masa jabatan untuk bisa maju di Pileg 2019. Karena saya ingin menyuarakan aspirasi masyarakat secara luas," ungkapnya.
Taufik resmi maju menjadi calon anggota DPRD KLU pada Pileg 2019 melalui Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan memperoleh 1.300-an suara dari Dapil I Kecamatan Pemenang dan Tanjung (Dapil masih menyatu).
"Landasan kuat membuat saya maju karena melihat persoalan pariwisata tidak serius diurus oleh pemerintah daerah. Waktu itu yang mencuat soal sampah, jalan, dan abrasi," terangnya.
Persaingan yang cukup kuat di internal Partai Gerindra di saat itu membuat Taufik berada pada posisi ke-empat sehingga belum ditakdirkan duduk sebagai anggota DPRD KLU.
Belum ditakdirkan terpilih tidak membuat Taufik mengurangi semangat menyuarakan aspirasi masyarakat. Ia tetap berjuang sebagai tokoh masyarakat dan pelaku wisata.
Pria yang mudah bergaul dengan semua kalangan ini kembali mengadu takdir di jalur legislatif melalui Perindo Dapil V Kecamatan Pemenang.
Pada Pileg 2024, Dapil sudah dimekarkan satu Dapil dengan satu Kecamatan, sehingga Taufik berkeyakinan maksimal menggarap Kecamatan Pemenang.
Dan sekarang takdir itu berpihak kepada Taufik secara sah duduk sebagai anggota DPRD KLU selama lima tahun kedepan. Saat ini ia sudah melaksanakan tugas sebagai anggota dewan hendak menuju setahun.
Dengan melihat perolehan suara di Dapilnya. Suara coblos nama mendominasi dari Gili, sehingga Taufik lebih gentol akan menyuarakan aspirasi kawasan wisata Gili Matra (Meno, Trawangan, dan Air) sebagai kawasan andalan strategis nasional, provinsi, dan daerah.
"Suara lebih banyak di Desa Gili Indah, terutama Gili Air dan Meno sehingga sudah menjadi representatif gili," ungkapnya.
Kurun waktu lima tahun ini, Taufik ingin fokus memperjuangkan aspirasi masyarakat melalui jalur legislatif. Terlebih Perindo di Pilkada KLU 2024 sebagai pemenang kepala daerah sehingga lebih memudahkan membangun komunikasi dengan kepala daerah.
"Amanah diberikan masyarakat ini ingin saya maksimalkan untuk menyuarakan aspirasi masyarakat selama lima tahun kedepan," tegasnya.
Fokus Suarakan Pembenahan Pariwisata Andalan
Sebagai anggota Komisi II, Taufik berkomitmen mendorong pemerintah daerah agar mempercepat langkah untuk membenahi fasilitas pendukung pariwisata di kawasan wisata se-KLU yang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Kawasan pariwisata terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan wisata gili terdiri dari tiga gili atau Gili Matra (Meno, Air, dan Trawangan). Dan kawasan wisata darat dengan potensi alam yang indah pegunungan, air terjun, kultur sosial, pantai, dan banyak lagi yang lainnya.
Khusus untuk kawasan wisata Gili Matra, pemerintah daerah harus segera memenuhi fasilitas penunjang seperti air bersih, lampu PJU, jalan, abrasi, dan penanganan sampah.
Persoalan pelemik ini jangan dibiarkan berlarut-larut oleh pemerintah daerah, karena sangat mengganggu kunjungan wisatawan dan juga terhambatnya investasi daerah.
Persoalan air bersih di Gili Mano yang masuk setahun ini bila terus dibiarkan tanpa kepedulian daerah, maka menyebabkan kunjungan wisatawan kabur, investor kabur.
"Maka yang merugi daerah sehingga menambah angka pengangguran dan kemiskinan," imbuhnya.
Begitu juga di Gili Trawangan memang saat ini ada air namun perusahaan yang menangani air bersih sudah diputus ijinnya oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Bila ini kembali terjadi seperti Gili Meno, maka siap-siap pemerintah daerah kehilangan sumber pendapatan asli daerah (PAD) terbesar.
"Itulah mengapa banyak hotel enggan diperbaiki pasca gempa, karena banyak persoalan di gili yang dapat menghambat bisnis wisata," tegasnya.
Kebijakan yang dilakukan pemerintah daerah harus segera melakukan langkah-langkah konkrit terkait sejumlah persoalan tersebut. Terutama pada persoalan air bersih, dimana banyak keran-keran masyarakat dan hotel sudah rusak.
"Fasilitas pendukung lain bisa di belakangan, yang terutama saat ini soal air bersih, kasihan masyarakat dan usaha sudah masuk setahun merugi," katanya.
Sementara kawasan wisata di darat. Secara keseluruhan sudah ada peningkatan kunjungan dengan adanya bangunan bagus. Di objek wisata Senaru sebagai pintu masuk ke taman nsional gunung rinjani (TNGR) sudah mulai berbenah, objek wisata baru sudah mulai bermunculan.
Belum lagi kawasan wisata air terjun di Kecamatan Gangga, banyak sekali. Di sana sudah mulai dilirik investor.
"Hanya saja belum maksimal menghasilkan PAD," katanya.
Untuk saling mendukung dua kawasan ini, kunjungan wisatawan ke gili harus bisa ke darat, sehingga tidak hanya sekedar transit. Sehingga perlu ada tindakan sempurna dari pemerintah daerah.
"Harus ada skema dibangun oleh pemerintah daerah supaya kunjungan wisatawan tidak hanya mengenal tiga gili. Bagaimana kunjungan ini bisa ke darat, maka solusi utama membangun marketing khusus untuk objek wisata di darat," imbuhnya.
Dengan waktu lima tahun, Taufik harus banyak menyuarakan aspirasi masyarakat khusus fokus di kawasan wisata. Harus suarakan bagaimana KLU membuka lapangan pekerjaan dari bidang pariwisata.
"Banyak warga di KLU menelpon saya meminta pekerjaan, maka solusinya harus segera diberikan pelayanan di Gili Meno, termasuk Air dan Trawangan maka ruang pekerjaan terbuka," katanya.
Alokasi anggaran ke kawasan wisata andalan Gili Matra saat ini sudah mulai diarahkan setelah disuarakan maksimal. Bentuk kebijakan itu dengan mengalokasikan anggaran untuk penanganan sejumlah persoalan tersebut.
Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran Rp10 miliar pentaludan abrasi di gili, pemasangan lampu PJU, penanganan sampah, dan penanganan sementara air bersih di Gili Meno sebesar Rp1 miliar.
"Sekarang perhatian pemerintah daerah sudah mulai bagus. Tinggal air bersih saja perlu dipikirkan jangka panjangnya," tutupnya. (*)
Apa Reaksi Anda?






