Crystal Palace Kejutkan Manchester City, Raih Gelar FA Cup Pertama dalam Sejarah
Final FA Cup 2025 menghadirkan kejutan besar saat Crystal Palace kalahkan Manchester City 1-0 di Wembley. Kemenangan bersejarah ini menjadi trofi mayor pertama bagi The Eagles.

TIMES Network – dir="ltr">Final FA Cup 2025 yang mempertemukan tim unggulan Manchester City dan Crystal Palace di Wembley Stadium pada 17 Mei 2025, berakhir dengan kejutan besar. Crystal Palace, yang tidak diunggulkan, berhasil mengalahkan juara bertahan Manchester City dengan skor tipis 1-0.1 Kemenangan ini tidak hanya memastikan trofi FA Cup musim 2024-2025 menjadi milik mereka, tetapi juga menandai raihan trofi mayor pertama dalam sejarah klub berjuluk The Eagles tersebut.
Kekalahan ini menjadi pukulan telak bagi Manchester City, yang harus mengakhiri musim 2024-2025 tanpa satu pun trofi mayor. Kegagalan ini sangat kontras dengan musim-musim sebelumnya di mana mereka mendominasi sepak bola Inggris dengan raihan berbagai gelar bergengsi. Di sisi lain, kemenangan Crystal Palace merupakan momen bersejarah yang mengakhiri penantian panjang para penggemar dan klub untuk sebuah trofi bergengsi. Hasil ini membuktikan bahwa kejutan masih bisa terjadi dalam dunia sepak bola, bahkan di level kompetisi tertinggi.
Pertandingan berjalan dengan intens sejak menit awal. Crystal Palace berhasil mengejutkan banyak pihak dengan mencetak gol cepat melalui Eberechi Eze pada menit ke-16.1 Gol tersebut bermula dari serangan balik cepat yang dibangun dari lini belakang. Jean-Philippe Mateta berhasil merebut bola di lini tengah dan memberikan umpan kepada Daniel Munoz di sisi kanan. Umpan silang mendatar dari Munoz berhasil disambut dengan tendangan voli first-time oleh Eze yang tak mampu dijangkau oleh kiper Manchester City, Stefan Ortega. Gol cepat ini mengubah jalannya pertandingan secara signifikan, memaksa Manchester City untuk bermain lebih menyerang demi mengejar ketertinggalan. Sementara itu, Crystal Palace dapat menerapkan taktik bertahan yang lebih dalam dan mengandalkan serangan balik untuk mengancam gawang City.
Sepanjang sisa pertandingan, Manchester City mendominasi penguasaan bola dengan mencatatkan sekitar 77% ball possession. Namun, meskipun unggul dalam penguasaan bola, The Citizens kesulitan untuk menembus pertahanan rapat dan disiplin dari Crystal Palace. Statistik penguasaan bola yang tinggi tidak selalu berbanding lurus dengan kemenangan, terutama jika tidak diimbangi dengan efektivitas dalam menciptakan dan memanfaatkan peluang di depan gawang lawan.
Momen krusial lainnya terjadi pada menit ke-34 ketika Manchester City mendapatkan hadiah penalti setelah Bernardo Silva dijatuhkan oleh bek Crystal Palace, Tyrick Mitchell, di kotak terlarang. Omar Marmoush ditunjuk sebagai algojo penalti, namun tendangannya ke sisi kanan gawang berhasil ditepis dengan gemilang oleh kiper Crystal Palace, Dean Henderson. Penyelamatan penalti ini menjadi momen penting yang menggagalkan peluang emas bagi Manchester City untuk menyamakan kedudukan dan memberikan dorongan moral yang besar bagi Crystal Palace. Kegagalan dalam mengeksekusi penalti dapat mempengaruhi mentalitas tim yang sedang berusaha mengejar gol, sementara keberhasilan kiper dalam menepisnya dapat meningkatkan kepercayaan diri tim yang sedang mempertahankan keunggulan.
Pertandingan juga diwarnai beberapa kontroversi terkait keputusan Video Assistant Referee (VAR). Pada menit ke-20, terjadi insiden handball yang melibatkan kiper Crystal Palace, Dean Henderson, di luar kotak penalti saat berduel dengan Erling Haaland.2 Meskipun terlihat jelas bola mengenai tangan Henderson di luar area, VAR tidak memberikan hukuman kartu merah. Keputusan ini kemungkinan akan menjadi bahan perdebatan, mengingat handball di luar kotak penalti oleh seorang kiper yang menggagalkan peluang serangan biasanya berbuah kartu merah. Aturan handball dan interpretasinya memang sering kali menimbulkan kontroversi dalam sepak bola.
Kontroversi VAR lainnya terjadi pada menit ke-58 ketika Crystal Palace berhasil mencetak gol kedua melalui Daniel Munoz. Namun, setelah tinjauan VAR, gol tersebut dianulir karena Munoz dianggap berada dalam posisi offside saat menerima umpan dari Ismaila Sarr. Meskipun gol ini tidak disahkan, itu menunjukkan bahwa Crystal Palace tetap berbahaya dalam skema serangan balik dan mampu menciptakan peluang untuk memperlebar keunggulan mereka. Bahkan dengan dominasi penguasaan bola oleh Manchester City, Crystal Palace mampu menunjukkan ancaman serangan mereka sendiri, yang membuat lini belakang City harus tetap waspada.
Selain penalti yang gagal, Manchester City juga memiliki beberapa peluang lain untuk mencetak gol, namun gagal dimanfaatkan dengan baik. Kiper Dean Henderson kembali menunjukkan performa gemilang dengan melakukan penyelamatan-penyelamatan krusial, termasuk menggagalkan upaya dari Erling Haaland pada awal pertandingan dan tendangan melengkung dari Jeremy Doku menjelang akhir babak pertama. Penyelesaian akhir yang kurang efektif menjadi masalah utama bagi Manchester City dalam pertandingan ini, terutama mengingat banyaknya peluang yang berhasil mereka ciptakan. Meskipun memiliki pemain-pemain depan dengan kualitas tinggi, Manchester City gagal mengonversi peluang-peluang tersebut menjadi gol, yang pada akhirnya menjadi faktor penentu kekalahan mereka.
Kemenangan Crystal Palace tidak lepas dari taktik bertahan yang solid dan disiplin yang diterapkan oleh manajer Oliver Glasner. Glasner berhasil mengorganisir lini belakang timnya untuk meredam serangan bertubi-tubi dari para pemain Manchester City, menunjukkan kepiawaian taktisnya dalam mempersiapkan tim untuk menghadapi lawan yang lebih kuat. Mengalahkan tim sekuat Manchester City membutuhkan rencana permainan yang matang dan eksekusi yang sempurna, dan Glasner tampaknya berhasil dalam kedua aspek tersebut. Selain taktik, semangat juang dan determinasi tinggi dari para pemain Crystal Palace juga menjadi kunci keberhasilan mereka meraih kemenangan. Para pemain menunjukkan dedikasi dan kerja keras yang luar biasa dalam mempertahankan keunggulan tipis mereka, terutama di bawah tekanan konstan dari serangan-serangan City. Kemenangan dalam pertandingan besar seperti final FA Cup sering kali ditentukan oleh semangat dan keinginan tim untuk menang, yang tampaknya dimiliki oleh Crystal Palace dalam pertandingan ini.
Performa individu yang luar biasa juga turut berkontribusi pada kemenangan bersejarah Crystal Palace. Kiper Dean Henderson tampil sangat gemilang dengan melakukan serangkaian penyelamatan penting, termasuk menggagalkan tendangan penalti dari Marmoush. Penampilannya yang solid di bawah mistar gawang membuatnya dinobatkan sebagai Man of the Match. Sementara itu, Eberechi Eze tidak hanya mencetak gol kemenangan bagi timnya, tetapi juga menunjukkan ancaman yang konstan dalam serangan balik, merepotkan lini pertahanan Manchester City.
Di sisi lain, kekalahan ini tentu saja menimbulkan kekecewaan mendalam bagi Manchester City. Meskipun mendominasi penguasaan bola dan berhasil menciptakan banyak peluang, efektivitas serangan mereka sangat kurang. Kegagalan dalam mengonversi peluang-peluang tersebut menjadi gol menjadi faktor utama yang menyebabkan kekalahan mereka. Hal ini menunjukkan adanya potensi masalah dalam penyelesaian akhir para pemain depan City atau mungkin juga faktor keberuntungan yang tidak berpihak pada mereka. Tim sekelas Manchester City diharapkan memiliki tingkat konversi peluang yang lebih tinggi, dan kegagalan ini mungkin memerlukan analisis lebih lanjut mengenai taktik serangan atau performa individu para pemain.
Kegagalan penalti dari Omar Marmoush pada momen yang sangat krusial juga menjadi pukulan bagi Manchester City. Keputusan Erling Haaland, sebagai algojo penalti utama tim, untuk memberikan kesempatan kepada Marmoush mungkin akan dipertanyakan, terutama mengingat betapa pentingnya momen tersebut untuk menyamakan kedudukan. Dalam situasi tekanan tinggi di final, pengalaman dan ketenangan seorang penendang penalti utama biasanya sangat dibutuhkan.
Dengan kekalahan di final FA Cup ini, Manchester City harus mengakhiri musim 2024-2025 tanpa meraih satu pun trofi mayor. Ini adalah pertama kalinya sejak musim 2016-2017 The Citizens gagal meraih trofi domestik, menandakan adanya potensi penurunan performa tim atau peningkatan kualitas persaingan di Liga Inggris dan kompetisi lainnya. Setelah periode dominasi yang panjang, kegagalan meraih trofi musim ini bisa menjadi indikasi bahwa tim perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap skuad dan taktik mereka untuk kembali ke puncak kejayaan. Kemenangan Crystal Palace atas Manchester City di final FA Cup 2025 dapat dianggap sebagai salah satu kejutan terbesar dalam sejarah kompetisi ini.3 Meskipun Manchester City mendominasi sebagian besar pertandingan, Crystal Palace berhasil memanfaatkan peluang mereka dan menunjukkan pertahanan yang solid untuk mengamankan kemenangan tipis 1-0. Hasil ini sangat mengecewakan bagi Manchester City yang harus mengakhiri musim tanpa trofi, sementara bagi Crystal Palace, kemenangan ini merupakan pencapaian bersejarah dengan meraih trofi mayor pertama dan mengamankan tempat di Liga Europa musim depan. Musim 2024-2025 akan dikenang sebagai musim di mana kejutan terjadi di final FA Cup, dan Crystal Palace berhasil menuliskan nama mereka dalam buku sejarah sepak bola Inggris.
Apa Reaksi Anda?






