Kisah Desa Gunungtiga Pemalang: Guyub, Religius, dan Mimpi Anak-anak Sekolah Dasar

Desa Gunungtiga di Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, menghadirkan potret khas pedesaan Indonesia yang penuh kebersamaan, religius, dan sarat harapan

September 5, 2025 - 22:30
Kisah Desa Gunungtiga Pemalang: Guyub, Religius, dan Mimpi Anak-anak Sekolah Dasar

TIMESINDONESIA, PEMALANG – dir="ltr">Desa Gunungtiga di Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, menghadirkan potret khas pedesaan Indonesia yang penuh kebersamaan, religius, dan sarat harapan. Anak-anak sekolah dasar di desa ini hidup sederhana, namun menyimpan mimpi besar untuk masa depan.

Pagi hari di SD Negeri 01 Gunungtiga terasa berbeda ketika mahasiswa datang melaksanakan kegiatan Communication Care. Mereka mengajak siswa belajar, bermain, dan bercerita dengan penuh semangat. Tawa riang anak-anak terdengar memenuhi kelas sederhana, menghadirkan suasana hangat dan hidup.

Saat istirahat, halaman sekolah mendadak ramai. Dengan bekal Rp5.000–Rp10.000, anak-anak membeli jajanan seribuan di warung depan sekolah, mulai dari seblak, mi instan cup, yogurt dingin, hingga es doger. Selain itu, mereka juga mendapat makanan gratis dari program pemerintah berupa nasi hangat, ayam goreng, tempe, sayur capcai, dan semangka. Hidangan sederhana ini memberi kebahagiaan tersendiri bagi mereka.

Di sela obrolan, terungkap cita-cita mulia anak-anak Desa Gunungtiga. Ada yang ingin menjadi guru, dokter, teknisi, pramugari, hingga artis. Meski hidup sederhana, semangat dan mimpi mereka begitu besar.

Namun, di balik keceriaan itu tersimpan kisah perjuangan. Beberapa anak harus rela ditinggal ayah merantau ke Jakarta demi mencari nafkah. Meski begitu, semangat belajar tak pernah padam. Mereka bahkan akrab dengan budaya populer seperti musik Korea dan teknologi gawai.

Keramahan warga desa juga begitu terasa. Hidangan sederhana seperti talas rebus, kacang tanah hangat, dan rengginang selalu tersedia untuk tamu. Seorang ibu berusia 75 tahun bahkan rela berjalan jauh demi membeli tahu sebagai suguhan, memperlihatkan ketulusan yang mengakar kuat di masyarakat.

Tradisi lokal pun tetap terjaga. Saat malam tiba, warga berkumpul menikmati pertunjukan Ebeg, seni kuda lumping khas Banyumasan. Dentuman gamelan dan tarian para penari memikat warga hingga larut malam, menjadi ruang kebersamaan dan hiburan yang dinanti.

Selain menjaga tradisi, religiusitas masyarakat Gunungtiga juga sangat kuat. Masjid megah di tengah desa menjadi pusat ibadah sekaligus ruang sosial. Warga rajin salat berjamaah, membaca Al-Qur’an, dan bersilaturahmi, memperkuat ikatan sosial antarwarga.

Meski Kecamatan Belik masih menghadapi tantangan seperti tingginya angka pernikahan dini, semangat anak-anak Desa Gunungtiga memberi secercah harapan. Dari desa sederhana ini, tumbuh mimpi-mimpi besar yang suatu saat akan diwujudkan.

Gunungtiga mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan diukur dari harta, melainkan dari rasa kebersamaan, kekuatan tradisi, dan mimpi yang terus hidup. Dari tawa anak-anak sekolah dasar hingga keramaian Ebeg di malam hari, Desa Gunungtiga menyimpan kisah tentang harapan yang tak pernah padam. (*)

*) Oleh: Dwi Kartikawati, Dosen Program Studi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Nasional Jakarta.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow