Kolaborasi Unisma dan SMA BSS Malang: Pendidikan Inklusif Untuk Generasi Toleran!

SMA Brawijaya Smart School (BSS) Malang menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan edukatif bertajuk “Meningkatkan Pemahaman Multikultural di SMA Brawijaya Smart School melalui Pendekatan Pembelajaran Inklusif”…

Juli 26, 2025 - 18:30
Kolaborasi Unisma dan SMA BSS Malang: Pendidikan Inklusif Untuk Generasi Toleran!

TIMESINDONESIA, MALANG – SMA Brawijaya Smart School (BSS) Malang menjadi tuan rumah pelaksanaan kegiatan edukatif bertajuk “Meningkatkan Pemahaman Multikultural di SMA Brawijaya Smart School melalui Pendekatan Pembelajaran Inklusif” yang diselenggarakan oleh mahasiswa Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam (MPAI) Universitas Islam Malang (Unisma).

Kegiatan ini berlangsung intensif selama lebih dari satu minggu, mulai 28 April hingga 8 Mei 2025 lalu.

Program ini dirancang sebagai respons terhadap tantangan keberagaman di lingkungan sekolah yang semakin kompleks, terutama pada era globalisasi di mana interaksi antarbudaya semakin terbuka. Tujuan utama kegiatan ini adalah memperkuat praktik pembelajaran yang menjunjung tinggi nilai-nilai inklusivitas, toleransi, dan keadilan sosial dalam konteks pendidikan agama Islam.

Dengan memadukan teori dan praktik, kegiatan ini diharapkan menjadi role model bagi sekolah-sekolah lain yang memiliki karakter multikultural serupa.

Sebanyak 50 siswa dengan latar belakang budaya, agama, dan sosial yang berbeda terlibat secara aktif dalam rangkaian aktivitas. Mereka mengikuti diskusi interaktif, simulasi peran, lokakarya pemetaan nilai keberagaman, hingga refleksi kritis mengenai pentingnya empati dan penghargaan terhadap perbedaan.

Materi yang diberikan bukan hanya sekadar teori, tetapi juga aplikatif dalam keseharian siswa, seperti praktik dialog damai, latihan komunikasi asertif, dan penguatan keterampilan kolaboratif.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Fajar Sidik, guru Pendidikan Agama Islam di SMA BSS, menyambut positif kegiatan tersebut.

“Pembelajaran agama yang bersifat inklusif penting diterapkan di lingkungan multikultural seperti BSS. Melalui kegiatan ini, siswa menjadi lebih terbuka dan bijak dalam memahami perbedaan keyakinan maupun budaya,” ungkapnya.

Unisma-5.jpg

Senada dengan itu, Murtingtyas selaku guru Bimbingan dan Konseling menambahkan bahwa pendekatan ini sangat relevan dalam konteks pengembangan karakter dan penguatan moderasi beragama.

“Pendekatan pembelajaran inklusif ini memberikan ruang bagi siswa untuk belajar memahami identitas dirinya dan orang lain secara sehat, tanpa diskriminasi. Mereka belajar bahwa keberagaman bukan ancaman, melainkan kekayaan yang memperkaya pengalaman belajar,” jelasnya.

Perwakilan mahasiswa Unisma, Iqbal Maulana, menuturkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari implementasi teori pendidikan multikultural dalam praktik nyata.

“Kami tidak hanya ingin membawa konsep dari ruang kuliah, tetapi juga berkontribusi langsung untuk menciptakan ruang belajar yang adil dan merangkul semua perbedaan. Kami bersyukur bisa berkolaborasi dengan guru-guru di BSS, karena dari sini kami belajar banyak tentang realitas keberagaman di sekolah,” ujarnya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Tak hanya kegiatan di dalam kelas, program ini juga menghadirkan forum refleksi guru di mana para pendidik SMA BSS bersama mahasiswa MPAI Unisma berdiskusi mengenai strategi pembelajaran yang sensitif terhadap konteks sosial budaya siswa. Mereka merumuskan beberapa rekomendasi pembelajaran inklusif, seperti penggunaan metode pembelajaran kolaboratif, integrasi nilai multikultural dalam materi Pendidikan Agama Islam, serta penguatan peran guru sebagai fasilitator dialog lintas identitas.

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian program pengabdian berbasis riset yang dirancang mahasiswa MPAI Unisma. Program semacam ini diharapkan dapat menjadi jembatan antara kajian akademik dengan kebutuhan praktis di lapangan. Dengan merujuk pada literatur pendidikan multikultural seperti teori James A. Banks dan pendekatan pendidikan inklusif UNESCO, mahasiswa MPAI Unisma mencoba menyesuaikan konsep-konsep tersebut dengan realitas sosial di sekolah Indonesia yang pluralistik.

Dampak dari kegiatan ini terasa signifikan. Siswa menjadi lebih berani mengungkapkan pendapatnya, lebih menghargai keberagaman, dan memiliki pemahaman lebih mendalam tentang pentingnya sikap toleran dalam kehidupan sehari-hari. Guru pun merasakan manfaatnya karena memperoleh perspektif baru tentang cara mengintegrasikan nilai inklusif ke dalam kurikulum. Selain itu, sekolah mendapat dukungan moral dan akademik untuk terus mengembangkan model pembelajaran yang adaptif terhadap dinamika sosial budaya.

Dengan semangat kolaboratif dan nilai-nilai multikulturalisme, SMA BSS dan Unisma menunjukkan komitmennya dalam membangun generasi muda yang toleran, inklusif, dan berdaya saing global. Harapannya, kerja sama ini tidak berhenti pada satu program, tetapi dapat berkembang menjadi kemitraan strategis berkelanjutan yang melahirkan inovasi pembelajaran relevan dengan tantangan zaman.

Dalam konteks yang lebih luas, kolaborasi ini sekaligus menjadi contoh praktik baik (best practice) bagi model kemitraan kampus dan sekolah dalam menghadirkan pendidikan agama yang moderat, adaptif, dan humanis. Sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, upaya semacam ini akan menjadi fondasi penting untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang damai, demokratis, dan berkeadilan sosial.

Melalui kegiatan ini, baik Unisma maupun SMA BSS Malang menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pembentukan karakter dan kesadaran sosial. Di sinilah nilai strategis pendidikan inklusif benar-benar menemukan maknanya: mempersiapkan generasi penerus bangsa yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang dalam empati dan kemanusiaan. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow