FMIPA UNJ Dukung Kelestarian Jamu sebagai Warisan Budaya dan Produk Kesehatan Berbasis Riset
Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Jakarta (FMIPA UNJ) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional (Semnas) Jamu 2025 yang bertema “Ketahanan dan Kebangkitan Nasional:

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Jakarta (FMIPA UNJ) sukses menyelenggarakan Seminar Nasional (Semnas) Jamu 2025 yang bertema “Ketahanan dan Kebangkitan Nasional: Spiritualitas, Budaya, Kesehatan, dan Industri Sosial-Kerakyatan Masa Depan” pada Kamis, 26 September 2025, di Aula Maftuchah Yusuf, Kampus A UNJ.
Kegiatan ini dirangkaikan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UNJ dengan Dewan Jamu Indonesia dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia.
Penandatanganan kerja sama dilakukan oleh Ketua Umum Dewan Jamu Indonesia, Prof. Daniel Tjen, dan Kepala BPOM RI, Prof. Taruna Ikrar, sebagai bentuk komitmen bersama dalam pengembangan jamu sebagai warisan budaya dan produk kesehatan berbasis ilmiah.
Dalam laporannya, Vina Rizkawati, dosen Program Studi Biologi FMIPA UNJ sekaligus penanggung jawab kegiatan, menyampaikan bahwa seminar ini menjadi wadah integrasi riset dan inovasi di bidang jamu. Ia juga menginformasikan bahwa pada hari yang sama akan dilaksanakan pembentukan Ketua Dewan Jamu Indonesia Provinsi DKI Jakarta.
“Kami berharap acara ini dapat membangun jejaring kolaborasi antara peneliti, pelaku UMKM, dan mendorong hilirisasi produk jamu,” ujar Vina.
Sementara itu Prof. Daniel Tjen dalam sambutannya menekankan bahwa Indonesia memiliki kekayaan luar biasa dalam hal tanaman obat, termasuk potensi bioprospeksi dari laut yang belum tergali secara optimal.
“Dari sekitar 40.000 jenis tanaman obat di dunia, sekitar 30.000 jenis terdapat di Indonesia,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa jamu tidak hanya perlu dikembangkan sebagai produk kesehatan, tetapi juga sebagai bagian dari ilmu pengetahuan yang mapan. Prof. Daniel juga menyampaikan bahwa jamu telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO pada 6 Desember 2023.
“Jamu bukan sekadar konsumsi kesehatan, tetapi juga narasi sosial yang mencerminkan kesetaraan gender dan peran perempuan sebagai garda utama,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya pelestarian jamu dalam konteks etno-ekologis, sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian alam di tengah krisis lingkungan.
Dukungan serupa disampaikan Kepala BPOM RI, Prof. Taruna Ikrar, yang menegaskan bahwa Indonesia memiliki biodiversitas sangat kaya dengan 18.000 jenis obat asli Indonesia yang dikenal sebagai jamu.
“Setiap daerah di Indonesia memiliki jamu khas yang mencerminkan kekayaan budaya dan alam kita,” ujarnya.
Namun, ia juga menyoroti bahwa baru sebagian kecil yang benar-benar menjadi produk konsumsi masyarakat. Hal ini menurutnya merupakan tantangan sekaligus peluang bagi kolaborasi strategis antara UNJ, BPOM RI, dan Dewan Jamu Indonesia.
Dari sisi universitas, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Bisnis UNJ, Andy Hadiyanto, menegaskan bahwa jamu adalah manifestasi budaya dalam kehidupan manusia. Ia menilai seminar dan kongres ini sebagai kontribusi nyata UNJ dalam membangun kesadaran kolektif untuk mencintai warisan leluhur.
“Yang lebih penting, jamu harus menjadi objek kajian ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat modern, memperkaya ilmu pengetahuan, dan memperkuat kemitraan strategis antara perguruan tinggi, pemerintah, dan dunia usaha,” jelasnya.
Andy juga menekankan pentingnya literasi jamu agar masyarakat tidak hanya melihatnya sebagai konsumsi kesehatan, tetapi juga sebagai identitas budaya sekaligus produk legal yang mampu bersaing di pasar nasional.
Sementara itu, Dekan FMIPA UNJ, Hadi Nasbey, menyambut baik kerja sama yang terjalin dalam kegiatan ini dan berharap UNJ dapat menjadi pionir riset jamu di masa depan.
“Mungkin dalam 10 tahun ke depan akan terjadi pergeseran paradigma kesehatan menuju pemanfaatan jamu,” ujarnya. Ia pun mendorong keterlibatan lintas fakultas untuk memperkuat basis riset, inovasi, hingga hilirisasi produk jamu, sehingga kontribusi UNJ dapat semakin nyata bagi kesehatan dan budaya bangsa.
Pada kesempatan seminar ini juga dilangsungkan kongres pembentukan Dewan Jamu Indonesia Provinsi DKI Jakarta (DJI DKI). Di mana Prof. Dalia Sukmawati selaku Guru Besar Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) UNJ yang juga Wakil Dekan Bidang 3 FMIPA UNJ, resmi terpilih sebagai Ketua dan Dr. dr. Eka Poedjihartanto selaku Dokter Kepresidenan, juga terpilih sebagai Wakil Ketua Dewan Jamu Indonesia Provinsi DKI Jakarta untuk masa periode 2025-2028.
Melalui kolaborasi kepemimpinan ini, Dewan Jamu Indonesia Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat menjadi motor penggerak dalam merevitalisasi jamu sebagai warisan budaya bangsa sekaligus sebagai pilar industri sosial-kerakyatan yang berdaya saing di tingkat nasional maupun global. (*)
Apa Reaksi Anda?






