KLTH Lansia Katolik Berlatih Menulis Wujud Pembebasan Diri Tekanan dan Kesepian
Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi melakukan pelatihan menulis sebagai upaya untuk menghindari keterpurukan dan menikmati kebebasan dalam menjalani kehidupan, Sabtu (18/10/2025).

Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi melakukan pelatihan menulis sebagai upaya untuk menghindari keterpurukan dan menikmati kebebasan dalam menjalani kehidupan, Sabtu (18/10/2025).
Dr. Agustinus Indradi, M.Pd mengatakan, Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi (KLTH) adalah kumpulan bapak-bapak dan ibu-ibu yang bertujuan sosial dan solidaritas di usia senja setelah banyak mengabdi dalam segi kehidupan atau bekerja.
"Masa tua sering kali dipandang sebagai fase kemunduran. Tubuh melemah, tenaga berkurang, kesehatan menurun, bahkan ruang sosial semakin menyempit," ujarnya saat menemui Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi di Jl Plongkowati Kota Malang.
Apabila manusia menerima usia tua dengan pasrah tanpa usaha untuk mengisi hidup secara bermakna. Sebaliknya, banyak komunitas membuktikan bahwa usia lanjut justru dapat menjadi masa keemasan—bukan sekadar menunggu, tetapi menjemput hari dengan semangat.
Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi, sebuah wadah lansia Katolik yang memilih untuk hidup tangguh, semangat, berkarya, berguna, dan bahagia di masa senja.
Usia tua bukan akhir, melainkan babak baru untuk tangguh tidak menyerah pada keterbatasan fisik, sementara menjadi hepi berarti tetap mampu menemukan sukacita dalam kesederhanaan hidup.
Kebahagiaan bukanlah hasil dari keadaan luar semata, melainkan cara seseorang memaknai hidupnya dengan memberikan ruang bagi anggotanya untuk terus memberi makna, bukan sekadar mengisi waktu luang.
KLTH mengisi hari-hari anggotanya dengan aktivitas positif seperti berdoa sebagai umat Katolik, doa menjadi sumber kekuatan spiritual dan pentingnya dimensi transendensi sebagai sumber makna hidup.
"doa bersama memperkuat iman sekaligus meneguhkan bahwa mereka tetap dikasihi Allah meski usia menua," jelasnya.
Kegiatan KLTH seperti line dance adalah Aktivitas fisik ringan seperti line dance tidak hanya menjaga kesehatan jasmani, tetapi juga merangsang koordinasi otak dan melatih memori. WHO pernah merilis jurnal yang menyebutkan aktivitas fisik teratur dapat mencegah penyakit degeneratif dan menjaga kesehatan mental lansia.
Ziarah rohani perjalanan ke tempat-tempat suci bukan sekadar wisata, tetapi juga bentuk kontemplasi. Ziarah menjadi ruang batin untuk merefleksikan perjalanan hidup dan memperkuat solidaritas iman.
Bakti sosial menjadi berkat bagi sesama karena dengan Kebahagiaan sejati adalah melayani orang lain dengan bakti sosial para lansia membuktikan bahwa mereka masih mampu berbagi tenaga, waktu, dan kasih.
Anggotanya berasal dari latar belakang beragam profesi yang berbeda, watak yang tidak sama, pengalaman hidup yang penuh warna. Perbedaan bisa memicu gesekan, tetapi di sisi lain bisa menjadi kekayaan.
Solidaritas sosial—rasa memiliki dan kesediaan untuk saling menopang dalam KLTH, rasa guyub dan semangat kekeluargaan menjadi perekat yang melampaui perbedaan.
Di sinilah nilai iman Katolik menemukan relevansinya. Yesus sendiri berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh 15:14).
"Persahabatan yang dilandasi kasih Kristiani itulah yang menjadi dasar persaudaraan dalam KLTH, " ungkapnya.
Konsep successful agung, yakni penuaan yang sehat, aktif, dan produktif. Tiga unsur utamanya yaitu bebas dari penyakit, tetap terlibat secara sosial, dan menjaga fungsi kognitif. KLTH menjalankan ketiga unsur ini dalam aktivitasnya.
Erik Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya menyebut bahwa tahap terakhir kehidupan manusia adalah integritas melawan keputusasaan. Lansia yang mampu menerima hidupnya dengan penuh syukur akan mencapai integritas, bukan keputusasaan. KLTH menjadi ruang untuk mencapai integritas itu.
WHO juga mendorong konsep healthy agung yang menekankan kemampuan lansia untuk tetap mandiri, berkontribusi, dan menikmati kualitas hidup. KLTH menjadi praktik nyata dari visi WHO ini di tingkat komunitas basis gereja.
KLTH tidak hanya berdampak pada anggotanya, tetapi juga pada lingkungan sosial yang lebih luas. Mereka menjadi teladan bahwa usia tua tetap bisa penuh makna. Bagi generasi muda, komunitas ini adalah inspirasi: bahwa masa depan tidak harus menakutkan, karena ada cara untuk tetap tangguh dan bahagia.
Komunitas sebagai ruang dialogis di mana manusia menemukan identitas dan kebebasan ada ruang dialog antarlansia, sekaligus dialog dengan generasi lebih muda, dengan Gereja, bahkan dengan masyarakat luas.
Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi bukan sekadar perkumpulan lansia Katolik. Ia adalah simbol bahwa usia senja bukan akhir perjalanan, melainkan awal dari babak baru babak syukur, persaudaraan, dan kesaksian. Dengan doa, gerak tubuh, karya sosial, dan ziarah, para lansia menemukan kembali makna hidup yang utuh. Mereka membuktikan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan usia, tetapi oleh hati yang mau terus mencinta, berbagi, dan bergembira.
KLTH bisa mendokumentasikan perjalanan hidupnya menggunakan keterampilan berbahasa ada empat hal antara lain membaca menulis berbicara dan menyimak.
"Ini sebagai sarana membantu orang lain bertemu dengan Tuhan," ungkapnya.
Berbahasa yang aktif itu membaca dan menulis maksudnya membaca dan menyimak ini semua itu bisa menjadi sarana untuk membantu orang lain berjumpa dengan Tuhan .
Dr. Tengsoe Thahjono, M.Pd , Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia mengaku, para Lansia mempunyai pengalaman hidup yang luar biasa, apabila pengalaman bisa dibaca orang lain terutama dibaca anak -anak muda.
Menulis sebagai kegiatan positif untuk membebaskan diri dari tekanan, kesepian dari kehidupan rasa berat karena anak anak sudah tidak ada sekitarnya.
"Menulis itu melepaskan diri suasana tidak nyaman di usia tua, menulis tidak ada batasnya," pungkasnya. (*)
Apa Reaksi Anda?






