Tingkatkan Kualitas Pembelajaran, SMA An Nur Bululawang Gelar Diseminasi Deep Learning
SMA An Nur Bululawang,Malang menggelar kegiatan Diseminasi Pembelajaran Mendalam (PM) serta Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) bagi seluruh tenaga pengajar pada akhir September kemarin.

SMA An Nur Bululawang Malang menggelar kegiatan Diseminasi Pembelajaran Mendalam (PM) serta Koding dan Kecerdasan Artifisial (KKA) bagi seluruh tenaga pengajar pada akhir September kemarin.
Pemateri dalam kegiatan ini antara lain Fandik Wijanarko, S.Pd., Gr., yang memaparkan tentang struktur Perencanaan Pembelajaran Mendalam (PPM); Moch. Abdulloh, S.Pd., Gr., yang membahas prinsip dan pengalaman penerapan deep learning di sekolah.
Ada pula Mohammad Irsyadul Ibad, S.Pd., Gr., yang menjelaskan tentang asesmen pembelajaran mendalam; serta Tatok Sugiarto, S.Pd., Gr., yang memaparkan pemanfaatan teknologi coding dan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia pendidikan. Guru-guru tersebut sebelumnya telah mengikuti Diklat Pembelajaran Mendalam serta Koding dan Kecerdasan Artifisial yang diselenggarakan oleh BBGTK Jawa Timur.
Pada kegiatan tersebut, para narasumber berbagi pengalaman, pengetahuan, dan praktik terbaik yang mereka peroleh selama pelatihan. Pemaparan pertama disampaikan oleh Bapak Fandik Wijanarko yang menjelaskan pentingnya perencanaan pembelajaran yang matang. Menurutnya, guru perlu melakukan identifikasi kesiapan peserta didik, menganalisis materi pelajaran, serta menetapkan tujuan pembelajaran berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS).
“Guru juga perlu menggunakan asesmen autentik seperti proyek dan presentasi yang menilai proses berpikir, bukan hanya hasil akhirnya,” ujarnya.
Selanjutnya, Abdulloh membagikan pengalaman dalam menerapkan pembelajaran mendalam di kelas. Ia menekankan pentingnya tiga prinsip utama dalam proses belajar, yakni kesadaran, Kebermaknaan, dan Mengembirakan. Menurutnya, guru perlu menciptakan suasana belajar yang positif melalui doa, sapaan hangat, serta mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata agar siswa lebih mudah memahami manfaat ilmu yang dipelajari.
Abdulloh mencontohkan metode pengajaran Rasulullah SAW yang selalu mengaitkan ilmu dengan peristiwa nyata. Ia juga mengingatkan agar waktu belajar diatur secara proporsional—sepuluh menit untuk pendahuluan, dua puluh menit penyampaian materi, dan sepuluh menit penutup. “Penutup sebaiknya diisi dengan refleksi dari siswa agar mereka mampu memahami kembali tujuan pembelajaran yang telah dicapai,” tambahnya.
Sementara itu, Irsyadul Ibad menyoroti pentingnya asesmen dalam pembelajaran mendalam. Menurutnya, asesmen bukan sekadar alat untuk menilai hasil belajar, melainkan sarana untuk memahami perkembangan siswa secara menyeluruh. “Asesmen adalah proses refleksi guru untuk melihat sejauh mana pembelajaran berjalan efektif,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa asesmen yang baik harus menilai kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas siswa.
Irsyad menjelaskan bahwa asesmen dilakukan secara berkelanjutan melalui berbagai kegiatan seperti diskusi kelompok, penyusunan rangkuman, dan quiz kolaboratif. Dengan metode ini, siswa tidak hanya diuji secara akademik, tetapi juga dilatih untuk berkomunikasi, berpikir kritis, dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah. “Asesmen yang baik bukan tentang angka, tetapi tentang bagaimana siswa tumbuh dan belajar dari prosesnya,” tegasnya.
Sebagai penutup, Tatok Sugiarto memaparkan pentingnya pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan ChatGPT dalam dunia pendidikan. Ia menegaskan bahwa guru harus beradaptasi dengan perkembangan teknologi agar pembelajaran menjadi lebih menarik dan relevan. “Dengan AI, kita bisa menciptakan pembelajaran yang interaktif, personal, dan efisien,” ujarnya. Ia juga berharap para guru dapat terus mengasah kemampuan digital agar mampu memberikan pengalaman belajar terbaik bagi siswa di era modern yang serba cepat ini. (*)
Apa Reaksi Anda?






