Angeline Virginia Wong Tampilkan Gaun Bertema Kemegahan Kerajaan di SFP 2025
Desainer muda Angeline Virginia Wong kembali menunjukkan karya gaun indah. Kali ini dalam perhelatan Surabaya Fashion Parade (SFP) 2025 bertema "Rebellion" yang berlangsung di Tunjungan Plaza
SURABAYA Desainer muda Angeline Virginia Wong kembali menunjukkan karya gaun indah. Kali ini dalam perhelatan Surabaya Fashion Parade (SFP) 2025 bertema "Rebellion" yang berlangsung di Tunjungan Plaza, Minggu (16/11/2025).
Tema yang diusung Angeline di SFP 2025 adalah “华御天成 (Huá Yù Tiān Chéng)”, mengandung arti “Kemegahan Kerajaan, Anugerah dari Langit.”
Desain ini dibuat khusus untuk Surabaya Fashion Parade 2025, sebagai penampilan eksklusif yang menggabungkan Wastra Nusantara (kain tradisional Indonesia), estetika budaya Tionghoa, terinspirasi dari tea party Sangjit, serta filosofi dewi-dewi dalam mitologi China, yang melambangkan kecantikan abadi, kebijaksanaan, dan kekuatan feminin spiritual.
Makna “华御天成” adalah perempuan sebagai wujud kemuliaan dan anugerah, karakter yang lembut namun kuat, penuh keanggunan, dan memancarkan aura surgawi.
Untuk koleksi khusus ini, Angeline menampilkan 1 signature look utama, serta 8 look lainnya, yaitu gaun eksklusif yang menjadi interpretasi penuh dari tema “华御天成.”
"Look ini bersifat custom couture, bukan bagian dari koleksi massal," kata Angeline, Minggu (16/11/2025).
Gaun ini juga memadukan berbagai elemen. Menggunakan Wastra Nusantara, seperti motif etnik dan tekstur tradisional serta payet atau beading yang detail.
Palet warna berfokus pada kuning dan emas lembut sebagai simbol keagungan dan berkah, warna biru melambangkan royal sebagai seorang dewi, warna hitam bermakna kekuatan batin dan pribadi yang bisa mengubah luka menjadi kekuatan, dan warna merah keemasan sebagai simbol keberuntungan Tionghoa
"Keseluruhan warna menciptakan kesan surgawi, klasik, dan sakral," ungkap Angeline Virginia Wong.
Gaun makin dipercantik dengan penambahan sejumlah ornamen berupa embroidery yang terinspirasi dari filosofi dewi-dewi China, serta overall look yang terinspirasi dari pakaian tea party sangjit China.
Teknik beading halus pun dikerjakan manual, sedangkan penggunaan kain wastra yang menandakan adanya alkuturasi budaya yang kaya.
"Detail ini dirancang untuk menghasilkan siluet yang anggun, modern, namun tetap sarat makna budaya," jelasnya.
Proses desain “华御天成” memakan waktu sekitar dua bulan. Angeline melakukan riset budaya Nusantara dan Tionghoa, khususnya simbolik dewata dan ritual Sangjit.
Ia juga mencari cara paling harmonis menggabungkan wastra Indonesia dengan aura imperial Tionghoa.
Begitu pula untuk proses sketsa, eksplorasi warna, dan penentuan siluet hingga pembuatan detail embroidery dan beading secara handmade, yang memakan waktu tersendiri hingga final fitting dan penyempurnaan struktur gaun.
Bagian paling menantang bagi Angeline adalah menyeimbangkan dua budaya tanpa menghilangkan identitas masing-masing, namun akhirnya tercipta harmoni yang anggun.
Di SFP 2025, Angeline sendiri tampil mengenakan gaun biru yang unik terinspirasi dari konsep “Dewi Air”, sebuah simbol feminin yang tenang, murni, namun memiliki kekuatan yang tak terduga.
Ditanya terkait perkembangan fashion tahun mendatang Angeline melihat potensi busana berkonsep cultural revival berupa penggabungan budaya lokal dengan modernitas global, serta artisan work embroidery, handcrafting, dan sustainable handmade pieces akan menjadi tren.
"Busana yang tak hanya dipakai, tetapi juga bold symbolic fashion atau pakaian yang membawa cerita, makna, dan filosofi," katanya.
Tren lain adalah siluet lembut futuristik, flowy namun structured dengan sentuhan warna (color trend) jade green, muted gold, baby blue, dan cosmic silver.
"Fashion 2026 bukan hanya estetika, tetapi juga emosi dan identitas, tempat desainer menceritakan asal-usul dan worldview mereka," jelasnya.
Sebagaimana tema Rebellion dalam Surabaya Fashion Parade 2025, Angeline yang dikenal unik dan inovatif selalu mencoba berani menjadi sendiri.
Bagi Angeline, Rebellion bukan tentang melawan, tetapi tentang berani menjadi diri sendiri.
Rebellion berarti berani keluar dari pola standar, tidak takut menggabungkan budaya, konsep, atau teknik yang tidak biasa, terus mendorong batas kreativitas dengan cara yang tetap elegan, serta mampu menghadirkan karya yang jujur, personal, dan memiliki suara sendiri.
Sebagai desainer muda yang inovatif, Angeline melihat Rebellion sebagai kebebasan kreatif, cara untuk menunjukkan bahwa fashion adalah ruang tanpa batas—ruang bagi setiap individu untuk mengekspresikan cerita, budaya, dan jiwa mereka.
Diketahui, sejumlah desainer kenamaan dan desainer lokal meramaikan panggung Surabaya Fashion Parade (SFP) 2025 selama 14-16 November di Convention Hall Tunjungan Plaza Surabaya.
SFP kali ini mengusung tema Rebellion, menandai 18 tahun perjalanan yang penuh inovasi dan dedikasi terhadap dunia fashion Indonesia.
Rebellion digambarkan sebagai simbol keberanian, kebebasan berekspresi, dan semangat untuk menantang batas-batas konvensional dunia mode.
Lewat eksplorasi desain eksperimental penuh karakter, SFP ke-18 menjadi ruang bagi para desainer untuk menyuarakan ide-ide yang tak biasa - memadukan antara keanggunan, ketegasan, dan kebebasan artistik.
Melalui karya mereka, ‘pemberontakan’ dalam mode diterjemahkan menjadi eksplorasi bentuk, tekstur, dan detail yang memadukan keunikan personal dengan sentuhan modern.
Rebellion sekaligus mempresentasikan semangat baru para insan fashion untuk melawan arus, menolak stagnasi, dan mendobrak standar lama.
Menampilkan koleksi eksklusif dari beberapa designer papan atas Indonesia dan sejumlah desainer lokal yang namanya sudah malang melintang di industri fashion. (*)
Apa Reaksi Anda?