Asah Literasi di Era AI, UMBY Gelar Lomba Public Speaking Nasional Berbahasa Inggris
Pusat Pelatihan Bahasa Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) sukses menggelar Lomba Public Speaking Berbahasa Inggris Tingkat Nasional bagi siswa SMA/SMK sederajat.
YOGYAKARTA Pusat Pelatihan Bahasa Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) sukses menggelar Lomba Public Speaking Berbahasa Inggris Tingkat Nasional bagi siswa SMA/SMK sederajat. Kegiatan yang dilaksanakan secara daring ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-39 UMBY sekaligus wadah penguatan literasi dan komunikasi generasi muda di era kecerdasan buatan (AI).
Mengusung tema “Smart Minds in a Digital World: Learning with AI, Living with Literacy”, kompetisi ini tidak hanya menguji kemampuan berbicara di depan publik, tetapi juga mendorong peserta untuk merefleksikan peran AI yang harus berjalan berdampingan dengan nilai-nilai literasi manusia.
Ketua panitia, Dangin, S.Pd., M.Hum., menjelaskan bahwa lomba ini dirancang sebagai ruang edukatif bagi generasi Z untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan komunikasi global.
“Lomba Public Speaking UMBY 2025 diharapkan menjadi pemantik semangat siswa di seluruh Indonesia untuk terus meningkatkan keterampilan komunikasi. Di masa depan, kemampuan berbahasa Inggris bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan kebutuhan mendasar untuk berkolaborasi secara internasional,” ujarnya, Senin (29/12/2025)
Hal senada disampaikan Kepala Biro Akademik UMBY, Elysa Hartati, S.Pd., M.Pd., dalam sambutan pembukaan. Ia menekankan bahwa kompetisi ini merupakan misi pendidikan, bukan sekadar ajang mencari pemenang.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin membina generasi muda agar tidak hanya kompeten secara digital, tetapi juga bijaksana dan terpelajar dalam menavigasi dunia digital. Kita belajar dengan AI, namun tetap hidup dengan nilai-nilai literasi yang kuat,” tuturnya.
Rangkaian lomba telah dimulai sejak November 2025 dengan diikuti 16 sekolah dari berbagai provinsi di Indonesia. Setelah melalui proses seleksi yang ketat, lima finalis terbaik melaju ke babak final yang digelar secara daring melalui Zoom Meeting, guna mengakomodasi peserta dari luar Pulau Jawa.
Meski berlangsung virtual, para finalis tampil percaya diri dengan argumentasi tajam dan kefasihan bahasa Inggris yang mengesankan.
Pada babak final, peserta diminta memaparkan gagasan berdasarkan empat pilar utama, yakni bidang pendidikan, ekonomi, sosial, dan kesehatan.
Topik yang diangkat meliputi etika akademik di era AI, kreativitas manusia dalam ekonomi kreator, literasi media untuk melawan disinformasi, hingga kesehatan mental di tengah dunia yang semakin terkoneksi.
Penilaian dilakukan oleh tiga juri berkompeten, yaitu Agustinus Hary Setyawan, S.Pd., M.A. (Wakil Dekan FKIP UMBY), Dr. Yuli Widiana, M.Hum. (Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya), dan Pramugara Robby Yana, M.Pd. (Universitas PGRI Yogyakarta).
Babak puncak yang berlangsung pada Selasa, 23 Desember 2025, berlangsung sengit. Selain presentasi, peserta juga harus melewati sesi tanya jawab yang menguji kedalaman pemahaman materi serta kemampuan berpikir spontan dalam bahasa Inggris.
Hasil akhir menempatkan Celine Livina Rusli dari SMA Ignatius Global School Palembang sebagai Juara Pertama. Ia dinilai unggul dalam artikulasi, penguasaan panggung virtual, serta kemampuan menjawab pertanyaan juri secara logis dan solutif. Prestasi ini sekaligus menunjukkan bahwa talenta public speaking dari luar Pulau Jawa mampu bersaing di tingkat nasional.
Juara kedua diraih Muhammad Dien Royyan Fatahillah dari SMA Unggulan CT ARSA Foundation Sukoharjo, disusul Jason Anugrah Palobo dari SMAN 1 Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sebagai juara ketiga. Sementara itu, posisi keempat dan kelima masing-masing ditempati oleh Khafifah Marwa Ramadhani (SMA Negeri 1 Bekasi) dan Felix Al-Hafidz Syahlan (SMA Negeri 5 Tambun Selatan).
Muhammad Dien Royyan Fatahillah mengaku lomba ini memberikan pengalaman berharga sebagai ruang berekspresi dan evaluasi diri. Ia merasa terdorong untuk terus meningkatkan kualitas diri, khususnya dalam public speaking.
Sementara itu, Jason Anugrah Palobo menilai kompetisi ini menuntut keberanian dan kemampuan berpikir kritis. Ia bahkan berharap suatu saat dapat melanjutkan studi di UMBY.
“Lombanya keren dan pesertanya luar biasa. Kita ditantang untuk berani dan kritis melihat suatu persoalan. Semoga UMBY terus maju, siapa tahu ke depan saya bisa berkuliah di sini,” paparnya. (*)
Apa Reaksi Anda?