Beras Sintanur Wangi Bondowoso Merambah Toko Modern se-Jatim, Jateng hingga Sangihe Sulawesi Utara
- Dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan ekonomi petani. Pemerintah, petani dan produsen beras terbesar di Bondowoso terus memperluas area tanam dan cakupan pasar varietas padi Sinta
BONDOWOSO Dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan ekonomi petani. Pemerintah, petani dan produsen beras terbesar di Bondowoso terus memperluas area tanam dan cakupan pasar varietas padi Sintanur Wangi Lembah Raung.
Beras Sintanur Lembah Raung Kabupaten Bondowoso sudah mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis (IG). Sertifikat IG diterima langsung oleh Pemkab Bondowoso bersama Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) pada Juni lalu.
Beras Sintanur merupakan beras yang dihasilkan dari varietas unggul padi aromatik yang dilepas pada tahun 2001 berdasarkan SK Mentan No. 71/Kpts/TP.240/1/2001 dengan nama Varietas Sintanur.
Sebelum tahun 2007, petani Bondowoso mulai mengenal varietas padi sintanur sebagai alternatif pengganti IR64. Kemudian pada tahun 2007 dilakukan pemetaan kecamatan yang cocok untuk budidaya padi sintanur. Yaitu Kecamatan Tlogosari, Sumber Wringin, Sukosari, Pujer dan Wonosari.
Wilayah Bondowoso yang memiliki keunggulan dari kawasan penanaman Beras Sintanur berada pada ketinggian 250 – 700 mdpl dengan suhu rata-rata 27,08 °C.
Produsen beras PT Samudera Indo Pangan yang berlokasi di Desa Tegalmijin Kecamatan Grujugan Bondowoso sebagai mitra petani melakukan pengiriman beras Sintanur ke seluruh gerai toko modern Indomaret se-Jawa Timur dan Jawa Tengah. Bahkan satu kontainer dikirim ke Kepulauan Sangihe Sulawesi Utara.
Pengiriman besar Sintanur Wangi Lembah Raung ini secara resmi dilepas oleh Bupati Bondowoso Abd Hamid Wahid, jajaran Forkopimda, Direktur PT Samudera Indo Pangan dan sejumlah pihak terkait lainnya, Senin (29/12/2025).
Direktur PT Samudera Indo Pangan, Tony Tantra Hardiyanto menjelaskan, pengiriman ke Sangihe satu kontainer dengan kapasitas 25 ton. Sementara untuk toko modern dikirim ke Depo Indomaret Malang, Depo Semarang, Sidoarjo, Gresik, Klaten, Jogjakarta, dan Jember.
“Kalau sekarang, permintaan dari Indomaret itu ke seluruh Indonesia pak. Pengiriman Beras Sintanur hari ini sekitar 160 ton, ” katanya saat dikonfirmasi.
Ia juga mengungkapkan, PT Samudera Indo Pangan dan petani membangun kemitraan. Pihaknya menyediakan benih, kemudian hasil panennya dijual ke PT Samudera dengan harga di atas harga gabah pada umumnya.
Menurutnya, Beras Sintanur yang dikembangkan di Bondowoso memiliki ciri khas tersendiri, baik dari tampilan, aroma dan rasa. Bahkan kata dia, benih yang sama jika ditanam di daerah lain maka hasil produksinya tidak akan sama. Hal itu karena pengaruh sinar matahari dan suhu di Bondowoso yang mendukung varietas ini.
Tony berharap, pemerintah terus mendukung luasan tanam Sintanur. Sebab produk tersebut mendapatkan respon positif dan permintaan pasar tinggi. Sementara saat ini pihaknya baru bisa memenuhi 400 ton dalam sebulan. Padahal permintaan bisa 1.000 ton per bulan. “Harganya 19 ribu rupiah hingga 20 ribu rupiah per kilogram, karena ini beras khusus,” pungkasnya.
Ketua MPIG (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis) Beras Sintanur Wangi Bondowoso, Mustafa mengatakan, produksi tahun 2025 mencapai 1147 ton lebih dari 221,3 hektar, terhitung pasca memperoleh SK IG dengan total 276 petani.
Menurutnya, ada beberapa metode tanam yang dilakukan petani. Yaitu sistem tanam Tabela (tabur benih langsung) dan membutuhkan 120 hari untuk panen. Sementara untuk sistem semai membutuhkan 90 hingga 95 hari untuk panen. Namun bukan berarti kata dia, sistem semai lebih cepat, karena benih berada di tempat semai sekitar 30 hari sebelum dipindahtanam.
Sebenarnya keunggulan beras Sintanur Wangi ini terletak pada geografisnya bukan karena varietasnya. Sebab lima kecamatan di Bondowoso yang disebut di atas memiliki keunggulan iklim atau cuaca untuk ditanam varietas Sintanur. Namun ketika ditanam di luar Bondowoso, maka kualitasnya pasti turun.
“Kualitas berasnya sangat bagus. Salah satu contohnya adalah mengkristalnya beras. Sehingga white bulirnya sedikit, buramnya sedikit. Aromanya lebih kuat, khususnya di beras Sintanur Wangi ini,” paparnya.
Beras ini memiliki aroma pandan, bahkan tercium sejak tanaman usia 45 hari. Sementara produktivitas varietas ini kata dia, bisa mencapai 5,1 hingga 5,5 ton per hektar.
Ia juga menjelaskan, MPIG memiliki tugas menyerap gabah kering panen (GKP) sampai dengan gabah kering giling (GKG). Setelah itu dikirim ke Samudera Indo Pangan untuk diproses menjadi beras. Selain karena sudah bermitra, teknologi di PT tersebut sudah memadai untuk menghasilkan beras Sintanur berkualitas tinggi dan berstandar nasional.
“Untuk saat ini pembelian gabah kita dari 7.700 rupiah sampai dengan 8.000 rupiah. Kenapa tinggi? Karena ini beras khusus, dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani,” tegasnya.(*)
Apa Reaksi Anda?