Kolaborasi FEB UNJ dan Pengrajin Batik Rembang dan Lasem, Padukan AI dan Tradisi Menuju Panggung Global

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Jakarta (FEB UNJ) menciptakan terobosan unik dalam pengabdian kepada masyarakat melalui kolaborasi lintas budaya

Agustus 8, 2025 - 20:30
Kolaborasi FEB UNJ dan Pengrajin Batik Rembang dan Lasem, Padukan AI dan Tradisi Menuju Panggung Global

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Jakarta (FEB UNJ) menciptakan terobosan unik dalam pengabdian kepada masyarakat melalui kolaborasi lintas budaya dan teknologi bersama para pengrajin batik dari Rembang dan Lasem, Jawa Tengah. Program ini mengusung pendekatan yang menggabungkan kekayaan tradisi batik Indonesia dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) demi memperkaya nilai budaya dan menembus pasar internasional.

Digelar sepanjang Mei hingga Juli 2025, kegiatan ini melibatkan tujuh mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen FEB UNJ, dan termasuk dua mahasiswa internasional asal Tiongkok serta dua dosen tamu dari INTI International University, Malaysia dan Jordan University, Yordania. Tim ini dipimpin langsung oleh Prof. Usep Suhud selaku Guru Besar FEB UNJ, yang juga menjadi arsitek utama dari desain pelatihan dan kolaborasi lintas negara tersebut.

Menurut Prof. Usep Suhud, kegiatan ini memiliki misi ganda. “Kami ingin memberdayakan pengrajin batik agar mampu memanfaatkan teknologi modern tanpa kehilangan jati diri budaya mereka. AI dapat menjadi jembatan antara tradisi dan inovasi, sehingga karya batik tidak hanya lestari, tetapi juga relevan di pasar global,” ungkap Prof. Usep. 

Program awalnya dirancang untuk dilaksanakan di Desa Cisaat, Subang, dengan mengangkat motif nanas sebagai ikon lokal. Namun, karena kondisi tertentu, kegiatan dialihkan ke Rembang dan Lasem, dua daerah yang dikenal sebagai jantung batik tulis Nusantara. Motif nanas tetap dipertahankan, namun diberi sentuhan khas ornamen Rembang dan Lasem, menjadikannya karya hibrida yang memadukan gaya pop art ala Andy Warhol dengan kedalaman filosofi lokal.

Para pengrajin mendapatkan pelatihan pemanfaatan platform AI seperti ChatGPT untuk mengeksplorasi ide-ide desain. Fasilitator menggunakan laptop, sementara para pengrajin turut berpartisipasi menggunakan perangkat ponsel dan versi gratis dari aplikasi tersebut. Di Subang, teknik batik cap digunakan, sedangkan di Rembang dan Lasem proses dilakukan secara manual dengan teknik canting.

Respons pengrajin pun beragam. Ada yang mengapresiasi kecepatan dan efisiensi AI dalam menciptakan motif, sementara lainnya tetap mengedepankan sentuhan tangan dan proses kreatif yang bersumber dari pengalaman dan kearifan lokal. Menariknya, muncul usulan model kerja kolaboratif: AI dimanfaatkan untuk menghasilkan motif dasar, sementara proses akhir dan detail tetap dipercayakan pada tangan-tangan seniman batik.

Lebih dari sekadar pelatihan teknis, program ini menjadi bukti konkret dari komitmen dosen FEB UNJ terhadap tridarma perguruan tinggi, khususnya dalam aspek pengabdian kepada masyarakat. Melalui pendekatan lintas disiplin dan lintas negara, inisiatif ini menghadirkan masa depan batik Indonesia yang adaptif terhadap perubahan zaman, namun tetap setia pada akar budayanya. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow