Manajemen Risiko Jadi Kunci Peningkatan Kapasitas Karyawan di Era Bisnis Dinamis
PLN UP2B Sistem Makassar gelar pelatihan manajemen risiko. Peserta alami peningkatan kompetensi signifikan dan dorong ketahanan bisnis perusahaan.

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Manajemen risiko menjadi faktor penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis dan operasional perusahaan. Risiko dapat muncul dari sisi internal maupun eksternal yang sulit diprediksi.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memastikan bahwa setiap karyawan memiliki pemahaman memadai tentang cara mengidentifikasi, menganalisis, dan mengendalikan risiko agar dampaknya bisa diminimalisir.
Pelatihan menjadi salah satu cara yang dianggap efektif untuk memperkuat kompetensi karyawan dalam bidang ini. Dengan pendekatan yang sistematis, karyawan tidak hanya dibekali pengetahuan teoritis, tetapi juga praktik nyata yang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Proses belajar ini memungkinkan mereka lebih siap menghadapi tantangan kompleks yang bisa menghambat kinerja perusahaan.
Selain itu, pelatihan manajemen risiko juga berfungsi sebagai sarana untuk melatih pola pikir analitis. Karyawan dituntut agar mampu membuat keputusan berdasarkan data dan perhitungan yang tepat.
Dengan begitu, hasil dari pelatihan tidak hanya bermanfaat secara individual, tetapi juga berdampak pada peningkatan ketahanan organisasi secara keseluruhan.
Pentingnya program ini semakin terasa karena risiko dalam dunia usaha cenderung berkembang seiring dinamika ekonomi, regulasi, dan teknologi. Tanpa kompetensi yang memadai, perusahaan akan lebih rentan menghadapi kerugian.
Sebaliknya, dengan karyawan yang terlatih, perusahaan dapat menjaga stabilitas sekaligus meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan.
Di sisi lain, sejumlah perusahaan kini mulai serius mengadopsi program pelatihan manajemen risiko. Salah satunya PLN UP2B Sistem Makassar yang pada akhir Juli lalu mengadakan pelatihan Quantitative Risk Management untuk memperkuat pengetahuan para karyawannya.
Pelatihan ini diikuti 11 orang peserta dan berlangsung intens selama dua hari dengan materi yang cukup mendalam, mulai dari teori hingga simulasi proyek.
Salah satu peserta, Tiara Dwi, mengaku mendapatkan banyak manfaat dari pelatihan ini. “Nilai rata-rata kami meningkat signifikan, dari 49,3 pada pre-test menjadi 88,6 di post-test. Itu membuktikan kalau materi yang diberikan memang bisa kami pahami dengan baik,” ujarnya.
Tiara menambahkan, pemahaman baru yang diperoleh membuat dirinya dan rekan-rekan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan kerja.
“Kami jadi lebih siap menerapkan konsep manajemen risiko, terutama saat harus mengambil keputusan penting dalam proyek,” katanya.
Ia juga menilai bahwa pelatihan ini memberikan kontribusi terhadap kepercayaan mitra kerja perusahaan.
“Kalau kompetensi karyawan semakin baik, otomatis kerja sama dengan pihak luar bisa lebih kuat. Kami merasa ini langkah yang sangat positif,” tutur Tiara. (*)
Apa Reaksi Anda?






