Muslimat NU Kota Malang: Keluarga adalah Madrasah  Pertama dan Ibu Adalah Guru Utama

Hadapi fenomena KDRT, bullying, dan kekerasan seksual pada anak, Muslimat NU Kota Malang gelar Bimtek untuk 60 daiyah dan konselor. Tekankan keluarga sebagai madrasah pertama dan ibu sebagai guru utam

November 15, 2025 - 16:30
Muslimat NU Kota Malang: Keluarga adalah Madrasah  Pertama dan Ibu Adalah Guru Utama

MALANG Berangkat dari semakin banyaknya fenomena ang saat ini berdampak pada anak-anak, PC Muslimat NU Kota Malang menggelar Bimtek yang dibuka oleh Ketua PC Muslimat NU Kota Malang Nyai Hj. Mutammimah Hasyim Muzadi, Sabtu (15/11/2025) pagi tadi 

Bimtek ini diikuti oleh sekitar 60 anggota muslimat NU Kota Malang, dan mereka terdiri dari para Daiyah Muslimat NU, Konselor Muslimat NU" dan  Paralegal Muslimat NU.

PC Muslimat NU Kota Malang menghadirkan nara sumber dari kantor Pengadilan Agama dan sebuah LSM, LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) Harapan Ummat (HARUM).

Tema yang diambil dalam Bimtek yang berlangsung di gedung PC NU di Jl Kolonel Sugiono 3A/331a Kota Malang kali ini adalah "Strategi Mewujudkan Keluarga Berbasis Cinta dan Pola Pengasuhan yang Sehat-Harmonis".

Muslimat-NU-Kota-Malang-2.jpgSuasana Bimtek "Strategi Mewujudkan Keluarga Berbasis Cinta dan Pola Pengasuhan yang Sehat-Harmonis di gedung PC Muslimat NU Kota Malang di Jl Kolonel Sugiono 3A/331a. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)

Hj Mutammimah Hasyim Muzadi mengatakan, pentingnya sebuah penguatan keluarga adalah sangat luar biasa, sehingga tema yang diambil dalam Bimtek ini sangat tepat. "Karena semuanya itu bersumber dari keluarga," tegasnya.

"Kita bisa melihat anak-anak, maka kita bisa melihat keluarga. Begitu sebaliknya kita bisa melihat keluarga maka kita bisa melihat anak-anaknya," katanya lagi. Maka, lanjut Hj Mutammimah, sangat tepat apa yang telah dikatakan bahwa keluarga adalah madrasah yang pertama dan ibu adalah guru yang utama.

Banyak faktor yang mempengaruhi saat ini hingga terjadi banyak fenomena seperti misalnya KDRT, bullying kepada anak-anak, pengasuhan yang salah, dan kekerasan seksual.

Karena itu, lanjut Hj Mutammimah, peran orang tua yang sekarang ini ganda mungkin menjadi salah satu sebab munculnya sesuatu, seperti mis-komunikasi dan tingkat stres yang tinggi.

Sekarang ini ibu-ibu saat bangun tidur tidak hanya merawat keluarga dan rumah tangga, tapi sudah ada kegiatan lain yang harus dipanggulnya, seperti mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah.

"Dulu jaman kami, berangkat sekolah hingga pulang sekolah dilepas begitu saja, aman. Tapi kini keadaan telah berbeda. Banyak faktor yang mempengaruhi, sehingga pengawasan terhadap anak juga dituntut berlebih," katanya.

Memang, lanjut dia, munculnya  fenomena-fenomena itu seperti KDRT, bullying dan kekerasan seksual faktornya tidak sama dan banyak. Antara kejadian satu dengan lainnya tidak bisa "digebyah uyah" atau disamakan.

Tapi, kata Hj Mutammimah, paling tidak Muslimat NU mengambil peran untuk meminimalisir, tapi untuk menghentikan tidak mungkin.

Agama Pondasi Utama

Pembicara dari Pengadilan Agama Kepanjen Malang, Dra. Hj. Nur Ita Aini, S.H., M.Hes. menambahkan, pola asuh terhadap anak saat ini tidak bisa dengan kekerasan. "Anak sekarang harus diberi contoh dulu," paparnya.

Dengan mengambil tema keluarga harmoni yang berbasis cinta, sinergi hukum, iman dan pengasuhan, Nur Ita membeberkan bahwa keluarga harmonis adalah hubungan keluarga yang bersatu padu, berkomunikasi terbuka, ada kehangatan diantara anggota keluarga.

Muslimat-NU-Kota-Malang-3.jpgPara peserta Bimtek "Strategi Mewujudkan Keluarga Berbasis Cinta dan Pola Pengasuhan yang Sehat-Harmonis berfoto bersama sebelum acara dimulai. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)

Dalam semua keluarga, perselisihan, perbedaan pendapat, perbedaan karakter itu sudah biasa. "Tinggal bagaimana kita mencari jalan keluarnya. Karena kita semua ini dilahirkan dari lingkungan yang berbeda," ujar Nur Ita.

Kalau sampai sebuah rumah tangga itu tidak ada perselisihan, lanjut Nur Ita, itu perlu dipertanyakan. "Perselisihan itu pasti selalu ada, dan itu wajar," tegasnya.

Keluarga adalah pondasi utama bangsa, maka melalui komunikasi yang baik kita bisa membangun pola pengasuhan yang  berlandaskan nilai agama, menciptakan generasi yang berakhlak dan harmonis.

"Saya melihat pendidikan agama itu adalah nomer satu sebagai pondasi. Apalagi dimasa sekarang ini. Untuk bermain saja, jaman kami dulu sifatnya fisik. Tapi sekarang bermain sudah beda, bisa lewat HP ," ujar Nur Ita.

Sementara itu menurut M. Noor Choirullah dari LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) Harapan Ummat (HARUM), berbicara soal anak memang tidak lepas dari bicara soal keluarga. Karena rumah atau keluarga adalah tempat awal mula anak mengenali dan belajar tentang kehidupan.

Supaya mereka bisa tumbuh dan berkembang secara wajar, maka harus berada di lingkungan yang aman dan penuh cinta," kata Noor Choirullah yang akrab dipanggil Rully itu.

Bagaimana kita bersama sama menghadirkan keluarga yang aman dan penuh cinta untuk setiap anak. "Supaya generasi emas di tahun 2045 itu benar benar diwujudkan. Tidak sekedar slogan, atau jargon saja, tapi bagaimana ichtiar yang harus dilakukan agar 2045 generasi emas itu benar-benar terwujud," ujar Rully.

HARUM sendiri yang berkiprah sejak tahun 2005 itu meski punya panti asuhan, namun tidak menampung anak-anak asuhnya di asrama. "Kami justru mencegah supaya anak-anak tidak terpisah dari orang tuanya. Karena tempat terbaik mereka adalah di keluarganya," tegasnya.

LKSA HARUM adalah organisasi yang berfokus pada perlindungan dan kesejahteraan anak.

Organisasi ini didirikan pada tahun 2004 untuk menyediakan pengasuhan terbaik bagi anak, melalui berbagai program seperti sekolah gratis, sanggar anak untuk pembelajaran, dan Pondok Parenting untuk edukasi pengasuhan yang baik bagi masyarakat luas. 

Memberikan akses pengetahuan tentang pengasuhan anak, menyadarkan akan hak-hak anak, dan melindungi anak yang membutuhkan perlindungan khusus.

Selain sekolah gratis dan sanggar anak, program utama lainnya adalah Pondok Parenting yang menyasar masyarakat umum untuk mendidik tentang pengasuhan yang benar.

Target mereka memang melayani masyarakat marjinal dan rentan di Malang, termasuk anak-anak dan keluarga di area seperti Lowokwaru, Muharto, dan Gadang.

Rully meras pas berkolaborasi dengan para peserta bimtek Muslimat NU Kota Malang yang terdiri dari paralegal, konselor dan para daiyah itu. "Karena panjenengan adalah agen agen di lapangan yang bisa berkolaborasi untuk membuat anak-anak lebih baik berada di lingkungan mereka," tambah Rully.

Rully juga mengungkapkan bahwa masalah anak itu tidak bisa berdiri sendiri. Karena setiap kondisi anak pasti dipengaruhi lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga.

Karena itu PC Muslimat NU Kota Malang menggelar Bimtek yang dibuka oleh Ketua PC Muslimat NU Kota Malang Nyai Hj. Mutammimah Hasyim Muzadi, tentang  Strategi Mewujudkan Keluarga Berbasis Cinta dan Pola Pengasuhan yang Sehat-Harmonis. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow