Pameran Instalasi Batik Titisari di Malang, 12 Karya Leburkan Budaya Indonesia ke Kancah Global

Pameran Instalasi Batik bertema Titisari (Rasi, Relasi dan Saudara Lama yang Terlupa) yang dihadirkan oleh Seniman asal Malang, Bambang Sarasno. Pemeran yang digelar selama 6 hari mulai 14-19 November

November 19, 2025 - 22:00
Pameran Instalasi Batik Titisari di Malang, 12 Karya Leburkan Budaya Indonesia ke Kancah Global

MALANG Pameran Instalasi Batik bertema Titisari (Rasi, Relasi dan Saudara Lama yang Terlupa) yang dihadirkan oleh Seniman asal Malang, Bambang Sarasno. Mengangkat 12 zodiak dengan unsur batik dan wayang sebagai globalisasi budaya Indonesia.

Pemeran yang digelar selama 6 hari mulai 14-19 November 2025 di Auditorium Universitas Brawijaya (UB) ini menyimpan berbagai makna yang mendalam.

Bambang mengatakan, pemilihan tema bukan tanpa alasan. Menurutnya, perkembangan teknologi global justru membuka peluang bagi seniman di Indonesia.

“Zodiak dikenal di seluruh dunia, maka dari itu konsep zodiak dengan batik untuk menjembatani budaya lokal dengan bahasa visual yang global,” ujar Bambang, Rabu (19/11/2025).

Bambang menilai batik saat ini mengalami degradasi pemaknaan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya penggunaan batik secara keliru, misalnya dengan membuat karya batik menggunakan stempel.

“Banyak sekali batik tekstil yang menggunakan stempel. Itu sebenarnya mendegradasi nilai batik yang sesungguhnya. Padahal, batik di Indonesia punya filosofi dan latar belakang yang tidak hanya sekedar indah dipandang,” ungkapnya.

Pameran-Seni-Batik-Titisar-a.jpg

Bambang menyebut, karya 12 batik zodiak ini mengimplementasikan gaya khas wayang. Dimana, seluruh karyanya tidak digambarkan ke depan, melainkan menghadap ke samping.

“Zodiak, wayang dan batik memiliki kesamaan nilai, tidak hanya menonjolkan estetika tapi punya narasi yang mendalam,” katanya.

Bambang menceritakan bahwa proses pembuatan karyanya dimulai dari sekitar tahun 2015. Satu karyanya dikerjakan kurang lebih 8 sampai 12 bulan. Menurut Bambang, proses membuat karya bukan hanya soal teknik, tetapi juga sarat pembelajaran.

“Proses membatik tidak sekedar membuat karya batik, tetapi proses pembelajaran, ada time manajemen, risk manajemen,” terangnya.

Mengenai kesulitan, Bambang menyebut bahwa setiap proses bisa dikatakan banyak kesulitan, namun dari situ juga banyak sekali problem solving dalam proses pembuatannya.

“Saat membuat batik, kita tidak bisa dari atas kebawah atau bagaimana, jadi harus urut. Dari situ, saya bisa membuat problem solving dari tantangan-tantangan itu,” tuturnya.

Bambang berharap pameran ini menjadi pemantik dari seniman-seniman asal Kota Malang. Terlebih, gaya pameran yang unik agar masyarakat bisa tertarik akan budaya lokal.

“Ini adalah pemantik, saya yakin banyak kreator yang belum sempat dan berani untuk tampil. Ini pameran batik yang bukan hanya sekedar di tempel di manekin,” ucapnya. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow