Seni Sulap Probolinggo Bangkit Lagi Lewat Aksi Firmansyah Raditya di ‘Oblivion’

Kata Oblivion, yang berarti “terlupakan” dalam bahasa Inggris, menjadi tema sebuah pertunjukan sulap yang digarap oleh magician muda asal Probolinggo, Firmansyah Raditya.

Juni 7, 2025 - 21:30
Seni Sulap Probolinggo Bangkit Lagi Lewat Aksi Firmansyah Raditya di ‘Oblivion’

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kata Oblivion, yang berarti “terlupakan” dalam bahasa Inggris, menjadi tema sebuah pertunjukan sulap yang digarap oleh magician muda asal Probolinggo, Firmansyah Raditya.

Tema ini dipilih sebagai simbol bangkitnya kembali sang pesulap dari keterlupaan, lewat karya pertunjukan yang sarat makna.

Pertunjukan bertajuk “Oblivion: The New Beginning” ini dijadwalkan berlangsung pada 28 Juni 2025 di Oikia Café, Jalan Suyoso, Kota Probolinggo, mulai pukul 19.00 WIB.

Dalam pertunjukan tersebut, Firmansyah akan menghadirkan kejutan atraksi sulap spektakuler, sekaligus menggandeng para pemuda berbakat jebolan ajang Got Talent Season 1 program pencarian bakat yang ia inisiasi sendiri.

Firmansyah Raditya, yang memiliki nama asli Adi Firmansyah, lahir di Probolinggo pada 22 September 1994. Ketertarikannya pada dunia sulap tumbuh sejak duduk di bangku sekolah dasar, terinspirasi oleh penampilan illusionist ternama dalam acara televisi House of Demian.

“Saya tertarik menekuni sulap ini, sejak saya duduk di bangku SD. Ditambah saat saya menyaksikan pertunjukan dalam House of Demian, jadi saya tambah tertarik dalam sulap ini. Dari sanalah saya terus belajar dan belajar tentang sulap atau magic,” kata Firman.

Lulusan D3 Teknologi Transfusi Darah di Poltekkes Bhakti Setya Indonesia Jogjakarta dan Sarjana Hukum Universitas Panca Marga Probolinggo ini sempat menorehkan prestasi membanggakan.

Ia pernah menjadi juara berbagai kompetisi sulap selama periode 2014–2018. Namanya juga dikenal sebagai pengisi program “Pro Magic” di salah satu stasiun televisi lokal di Probolinggo.

Tak hanya itu, Firman pernah mencuri perhatian lewat aksi ekstrem bersepeda dengan mata tertutup saat malam hari di jembatan terpanjang di Asia yang terletak di kawasan BJBR (Beejay Bakau Resort) Probolinggo.

Namun, pandemi COVID-19 sempat menghantam dunia hiburan, termasuk seni pertunjukan di Probolinggo. Panggung sepi, acara-acara menghilang, dan karier banyak seniman meredup. Firman pun ikut terdampak.

“Sejak COVID-19, seni sulap dan bahkan seni pertunjukan di Probolinggo pernah redup, sepi ditelan pandemi, panggung kosong, sorak lenyap. Tapi itu tak membuat semangat berkarya dan berkesenian dalam diri saya ikut padam,” terang Firman, Sabtu (7/6/2025).

Alih-alih menyerah, Firman justru terus menempa diri di tengah keterbatasan. Ia tetap konsisten menekuni seni sulap.

“Ya, karena saya percaya, cahaya paling terang lahir dari kegelapan yang paling pekat. Yang redup hanya keadaannya, adalah panggungnya. Bukan semangatnya,” ujarnya.

Kini, semangat itu dituangkan lewat pertunjukan Oblivion, yang ia harapkan bisa menjadi momentum kebangkitan dunia seni pertunjukan, khususnya sulap. Ia ingin menunjukkan bahwa magic masih punya tempat, masih eksis, dan layak diberi ruang.

Lewat pertunjukan ini pula, Firman ingin menjadi pelopor seni di Kota Probolinggo, serta menjadikan daerahnya sebagai destinasi wisata kreatif yang selalu melahirkan karya-karya segar setiap tahunnya. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow