Tim Dosen Pengabdian UNISMA Kenalkan Alat Inovasi Produksi Cendol Ke UMKM Dusun Jetis
Cendol merupakan minuman tradisional yang akrab di lidah masyarakat Indonesia. Sensasi kenyal butiran hijau berpadu dengan segarnya santan dan manisnya gula merah membuat minuman ini selalu

TIMESINDONESIA, MALANG – Cendol merupakan minuman tradisional yang akrab di lidah masyarakat Indonesia. Sensasi kenyal butiran hijau berpadu dengan segarnya santan dan manisnya gula merah membuat minuman ini selalu digemari, baik di desa maupun kota. Salah satu sentra produksi cendol yang cukup dikenal berada di Dusun Jetis, Desa Mulyoagung, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Di wilayah ini, banyak pelaku usaha kecil yang menggantungkan hidupnya dari produksi dan penjualan cendol.
Namun, di tengah tingginya permintaan, para pengrajin kerap menghadapi kendala dalam proses produksi. Selama ini, pembuatan cendol masih dilakukan secara manual dengan menggunakan alat sederhana. Proses tersebut membutuhkan tenaga besar, waktu lama, serta menghasilkan produk yang terkadang tidak seragam. Kondisi ini berpengaruh pada kapasitas produksi dan daya saing para pengrajin, terutama ketika harus memenuhi pesanan dalam jumlah besar.
Melihat permasalahan tersebut, tim dosen dari Universitas Islam Malang, yaitu untuk Dr. Dyah Lestari Yulianti, S.Pt.MP. (Fakultas Peternakan), Ika Nuriyanti,S.Pd. M.Pd (Fakultas Teknik), Dr. Afifuddin, S.Ag.,M.Si (Fakultas Ilmu Administrasi) dan Dr. Muhammad Agus Salim (Fakultas Ekonomi dan Bisnis) pada hari Rabu/21 Mei 2025 melaksanakan program pengabdian kepada masyarakat dengan memperkenalkan alat inovasi produksi cendol. Alat ini dirancang untuk mempermudah proses pencetakan cendol, mempercepat produksi, sekaligus menghasilkan butiran cendol yang lebih seragam dan higienis.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Alat inovasi tersebut bekerja dengan prinsip sederhana namun efisien. Adonan cendol yang telah dimasak cukup dimasukkan ke dalam tabung, kemudian ditekan secara mekanis sehingga keluar melalui cetakan berbentuk khusus. Hasilnya, butiran cendol memiliki ukuran yang seragam dan kualitas yang lebih baik dibandingkan proses manual. Selain itu, alat ini mudah dibongkar pasang sehingga memudahkan dalam pembersihan, sesuai dengan prinsip produksi pangan yang higienis.
Alat inovasi ini mampu memangkas waktu produksi hingga hampir setengah dari metode tradisional. Jika biasanya seorang pengrajin membutuhkan waktu sekitar 3–4 jam untuk menghasilkan satu adonan besar, kini proses tersebut bisa dipangkas menjadi 1,5–2 jam saja. Dengan begitu, pengrajin dapat meningkatkan kapasitas produksi harian tanpa menambah jumlah tenaga kerja.
Penerapan alat inovasi ini memberikan dampak positif bagi pengrajin cendol. Dari sisi ekonomi, peningkatan kapasitas produksi berarti peluang untuk memperluas pasar dan menambah penghasilan keluarga. Dari sisi sosial, pengrajin merasa lebih terbantu karena pekerjaan yang dulunya melelahkan kini bisa dilakukan lebih ringan.
Lebih dari itu, keberadaan alat inovasi juga menumbuhkan semangat berwirausaha di kalangan generasi muda di Dusun Jetis. Selama ini, banyak anak muda enggan meneruskan usaha orang tua karena menganggap proses produksi cendol terlalu berat dan ketinggalan zaman. Dengan adanya modernisasi alat, usaha cendol dipandang lebih menjanjikan dan memiliki peluang berkembang.
Program pengabdian masyarakat ini menunjukkan bahwa Universitas Islam Malang tidak hanya berperan dalam pendidikan dan penelitian, tetapi juga hadir langsung untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat. Melalui pendekatan teknologi tepat guna, UMKM lokal dapat lebih berdaya saing tanpa kehilangan identitas tradisional produknya.
Ke depan, diharapkan inovasi serupa dapat diperluas tidak hanya pada pengrajin cendol, tetapi juga pada produk pangan tradisional lainnya. Dengan demikian, warisan kuliner nusantara tetap lestari, sekaligus memberi kesejahteraan bagi para pelaku usaha kecil. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Apa Reaksi Anda?






