Tim PKM Unwaha Sulap Limbah Botol Plastik Jadi Kebun Cerdas Berbasis IoT di Desa Betek
Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang (Unwaha) berhasil hadirkan kontribusi nyata di tengah masyarakat.

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang (Unwaha Jombang) berhasil hadirkan kontribusi nyata di tengah masyarakat.
Melalui Program inovasi pertanian modern yang bertajuk "Edukasi dan Implementasi Ekosistem Vertikultur dengan IoT untuk Mendukung Hilirisasi Ketahanan Pangan di Lahan Terbatas", mereka membawa teknologi pertanian cerdas berbasis Internet of Things (IoT) ke Desa Betek, Kecamatan Mojoagung.
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, Minggu-Selasa (03-05/08/2025) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam mengelola limbah khususnya botol plastik bekas melalui teknologi sederhana dan ramah lingkungan.
Ketua Tim PKM Unwaha, Anggun Wulandari bersama anggota Umi Kulsum Nur Qomariah dan Kartika Wulandari, merancang program ini sebagai solusi atas keterbatasan lahan seiringn meningkatnya limbah plastik rumah tangga.
"Kegiatan ini bukan hanya soal menanam, tetapi juga mengubah sampah plastik menjadi solusi pangan yang berkelanjutan," ujar Anggun.
TIM PKM Unwaha mengedukasi warga untuk mengubah limbah botol plastik menjadi rak vertikultur, sekaligus mengintegrasikan sistem penyiraman otomatis dengan sensor kelembapan tanah yang terkoneksi ke ponsel pintar.
"Model ini bisa menjadi jawaban bagi keluarga di lahan sempit untuk memproduksi sayuran sehat secara mandiri dan berkelanjutan," imbuh Anggun.
Anggun berharap, ouput dari program inovasi ini dapat bermanfaat secara berkelanjutan dan menjadi pilot project yang dapat direplikasi oleh desa-desa lain di Kabupaten Jombang.
"Dengan inovasi ini, tim PKM Unwaha berusaha menumbuhkan semangat kemandirian pangan dan kesadaran lingkungan di hati masyarakat," harapnya.
Adapun materi pelatihan meliputi pembuatan rak vertikultur dari botol plastik bekas, pemilihan media tanam, penanaman sayur cepat panen seperti selada, kangkung, dan pakcoy, hingga instalasi alat penyiram otomatis. Tak hanya soal teknis, peserta juga dibekali pengetahuan hilirisasi produk, pengemasan sayuran organik, pemasaran lokal, dan peluang pembentukan koperasi desa.
Sementara itu, salah satu peserta, Aminatus Sa’adah, mengaku terinspirasi. "Saya tak menyangka botol bekas bisa jadi kebun vertikal yang rapi. Teknologi penyiraman otomatis membuat saya tak khawatir tanaman kekurangan air meski sedang sibuk," seru Sa'adah.
Sebagai informasi, kegiatan ini didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) tahun anggaran 2025. (*)
Apa Reaksi Anda?






