Tsurayya Islamic School Malang-TISMA Ikut Warnai Diskusi Keilmuan di Bahtsul Masail MWC NU Dau
Tsurayya Islamic School Malang-TISMA hadir memenuhi undangan agenda Bahtsul Masail. Agenda ini diadakan pada hari Ahad, 29 September 2025.

TIMESINDONESIA, MALANG – Tsurayya Islamic School Malang-TISMA hadir memenuhi undangan agenda Bahtsul Masail. Agenda ini diadakan pada hari Ahad, 29 September 2025. Agenda ini diadakan oleh Lembaga Bahtsul Masail MWC NU Kecamatan Dau di Pondok Pesantren Mambaul Ulum 2 Mulyoagung Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Agenda Bahtsul Masail ini dihadiri oleh para kyai dan asatidz dari perwakilan pesantren di Kecamatan Dau khususnya dan wilayah Malang Raya secara umum. Tsurayya Islamic School Malang-TISMA mendelegasikan Ustadz Muhammad Iqbal Vicry dan Ustadz Ilman Mahbubillah selaku guru Diniyah untuk hadir berpartisipasi dalam acara tersebut.
Seperti yang sudah diketahui, Bahtsul Masail adalah forum musyawarah dan diskusi yang diselenggarakan oleh Nahdlatul Ulama (NU) untuk membahas dan mencari solusi atas berbagai masalah (masail) yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya terkait masalah keagamaan, sosial, ekonomi, dan politik. Agenda ini rutin diadakan oleh NU baik di tingkat Nasional, provinsi, kota atau bahkan kecamatan.
Pada agenda Bahtsul Masail kemarin, ada 4 masalah yang dibahas dan dimusyawarahkan. Masalah tersebut berupa pertanyaan yang datang dari masyarakat umum khususnya yang berdomisili di kecamatan Dau. Masalah pertama yang dibahas adalah hukum pernikahan kembar siam. Masalah yang lainnya yang dibahas adalah hukum memakai sarung yang ada logo NU. Lalu tentang hukum pemanfaatan karpet masjid untuk agenda kemasyarakatan dan yang terakhir tentang hukum berhutang untuk mengadakan resepsi pernikahan yang mewah.
Para peserta kemudian bergantian mengajukan jawaban beserta argumen atau dalil yang melandasinya. Dalil tersebut berupa kutipan pendapat para ulama yang dinukil dari beragam kitab literatur klasik atau yang sering disebut kitab turats atau kitab kuning.
Tidak jarang ditemukan jawaban atau pendapat yang berbeda dari para peserta. Hal ini kemudian membuat antar peserta saling adu argumen dan saling menanggapi atas jawaban dari masing-masing pihak. Pada akhirnya ada dewan asatidz senior atau yang disebut mushohhih yang menjadi penengah dan memberikan jawaban yang melegakan.
Agenda ini kemudian diakhiri dengan ramah tamah untuk mendinginkan suasana yang mungkin sempat memanas karena pembahasan yang cukup berat. Sekaligus meredakan tensi yang sempat meninggi saat diskusi berlangsung alot. Sehingga pada akhirnya kehangatan silaturahmi antar peserta tetap menjadi prioritas utama.
Tsurayya Islamic School Malang-TISMA sebagai lembaga pendidikan tidak terafiliasi dengan kelompok atau ormas tertentu. Meski begitu, TISMA tetap berperan aktif dalam menghadiri kegiatan kemasyarakatan yang diadakan oleh pemerintah atau ormas khususnya di daerah Kecamatan Dau. (*)
Apa Reaksi Anda?






