Alat Ukur Kualitas Air, Inovasi Dosen UKWMS Atasi Gagal Panen Ikan
Tim pengabdian masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) turut berperan dalam mengatasi masalah yang dihadapi Kelompok Kumis Lele, di Kelurahan Panjang Jiwo, Surabaya.

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Tim pengabdian masyarakat Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) turut berperan dalam mengatasi masalah yang dihadapi Kelompok Kumis Lele, di Kelurahan Panjang Jiwo, Surabaya. Kelompok ini mengalami gagal panen besar karena kualitas air yang buruk.
Sebelumnya, tim UKWMS, yang terdiri dari Ir. Diana Lestariningsih, S.T., M.T., ASEAN Eng. dan Ir. Albert Gunadhi, S.T., M.T., ASEAN Eng., telah melakukan penelitian tentang pengembangan dan pemasaran produk. Kini, mereka berfokus pada masalah utama, yaitu pemantauan kualitas air.
Menurut ketua tim, Diana, kualitas air adalah faktor terpenting dalam budidaya ikan. Parameter yang harus dipantau meliputi pH (derajat keasaman), DO (oksigen terlarut), Nitrit, Amonia, dan H2S (gas beracun).
"Sayangnya, Kelompok Kumis Lele hanya memiliki alat ukur pH yang kurang akurat dan tidak memiliki alat ukur DO sama sekali," ujarnya, Selasa (23/9/2025).
Akibatnya, sekitar 170 kg ikan nila mati. Dari 60.000 bibit, hanya 5.000 ekor yang berhasil dijual. Sisanya mati karena cuaca ekstrem yang membuat kualitas air memburuk.
"Oleh karena itu, kami merancang sebuah alat ukur berbasis teknologi yang mudah digunakan. Alat ini dirancang dengan tombol minimalis, hanya ada tombol hidup/mati, kalibrasi, dan mulai," jelas Diana.
"Selain itu, alat ini dapat dihubungkan ke ponsel dan dilengkapi layar LCD, sehingga memudahkan peternak untuk memantau pH dan DO secara rutin," tandasnya. (*)
Apa Reaksi Anda?






