Bengkel Muda Surabaya Buka Ruang Imajinasi Anak Lewat Teater Musikal Sarat Pesan Moral

Bengkel Muda Surabaya menggelar pementasan teater musikal anak di Balai Budaya Surabaya.

Oktober 14, 2025 - 05:30
Bengkel Muda Surabaya Buka Ruang Imajinasi Anak Lewat Teater Musikal Sarat Pesan Moral

Lampu panggung redup. Suara musik perkusi gamelan kecil berpadu dengan teriakan bocah yang melengking riang dari balik tirai merah. 

Di atas panggung, beberapa anak mengenakan kostum hitam dipadu warna-warna mencolok, ada yang menjelma sebagai kupu-kupu, pohon, juga raja dan pengawalnya.

Mereka bergerak lincah, menyanyi, menari dan berakting seolah seluruh dunia di panggung itu adalah taman bermain mereka.

Begitulah suasana yang tampak saat pementasan “Hikayat Anak yang Sombong” yang digelar Bengkel Muda Surabaya (BMS) Sabtu dan Minggu, 11 – 12 Oktober 2025 mulai pukul 19.30 WIB di Balai Budaya Surabaya.

Pertunjukan kali ini mendapat dukungan dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudporapar) serta Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disbudporapar Kota Surabaya Fauzi Mustaqim Yos dalam sambutannya menekankan pentingnya peran teater dalam menjaga nilai-nilai kebudayaan di tengah masyarakat yang kian majemuk.

Yos menyebut BMS sebagai garda depan dalam melestarikan budaya sekaligus menanamkan moral pada generasi muda.

Dayang-Sumbi-gelisah-dan-minta-pertolongan-dewa.jpg

Dayang Sumbi gelisah dan minta pertolongan dewa agar Sangkuriang gagal memenuhi permintaannya dalam lakon Hikayat Anak yang Sombong di Balai Budaya Surabaya, Minggu (12/10/2025). (FOTO: Dok.BMS)

"Bengkel Muda Surabaya memiliki peran penting dalam menjaga nilai-nilai kebudayaan di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. Melalui teater anak, kita bisa menanamkan moral dan etika dalam bentuk yang menyenangkan dan kreatif,” tutur Yos di depan penonton pertunjukan.

Yos juga berjanji, Pemerintah Kota Surabaya, akan terus mendukung para pelaku seni dalam pembinaan anak-anak dan penguatan nilai budaya lokal.

Ia berharap agar BMS terus melahirkan generasi yang tangguh, berkarakter, dan bersemangat dalam mengabdi kepada bangsa.

Mengajarkan Rendah Hati dan Ingatkan Kasih Ibu yang Harus Dihormati

Pertunjukan teater musikal anak ini terasa seperti napas segar di tengah minimnya ruang ekspresi bagi anak-anak di dunia seni pertunjukan kota besar.

Di tangan sutradara Heroe Budiarto, panggung sederhana itu berubah menjadi ruang penuh warna dan makna. Ia tak ingin anak-anak sekadar menjadi aktor yang menghafal naskah, melainkan benar-benar bermain—dengan kebebasan, kejujuran, dan tawa yang lepas.

“Mengajak anak-anak untuk bermain-main: sepur-sepuran, bernyanyi berbalas, bermain bersama seperti saat bulan purnama. Mengajarkan pada anak berani berkhayal (berimajinasi), yang digabung dengan musik, gerak, dan bermain, menjadi ekspresi anak-anak tanpa harus dibatasi dan direkayasa,” ujar Heroe usai pementasan.

Ia menegaskan bahwa kepolosan dunia anak adalah unsur penting dalam pendidikan seni.

karena-ayam-berkokok-sebelum-fajar-dalam-lakonHikayat-Anak-yang-Sombong.jpg

Perahu besar gagal dibuat karena ayam berkokok sebelum fajar dalam lakon Hikayat Anak yang Sombong di Balai Budaya Surabaya, Minggu (12/10/2025). (FOTO: Dok.BMS)

“Kepolosan dunia anak menjadi bagian penting dari aspek edukasi yang mengenalkan etika dasar yakni ketulusan dan kejujuran. Melalui Teater Musikal Anak Hikayat Anak yang Sombong juga diajarkan untuk rendah hati dan mengingatkan pada kasih ibu yang harus dihormati,” lanjutnya.

Pertunjukan berdurasi sekitar satu jam itu tidak hanya menghibur, tetapi juga memantik kesadaran tentang pentingnya ruang bermain bagi anak.

Pertunjukan ini diangkat dari cerita legenda Sangkuriang, kisah rakyat asal Jawa Barat. Dalam cerita “Hikayat Anak yang Sombong”, tokoh utama, Sangkuriang, digambarkan sebagai anak yang merasa kuat, sakti dan terpesona kecantikan seorang perempuan yang ternyata adalah ibu kandungnya.

Sangkuriang, memaksa menikahi sang Ibu yang masih cantik jelita di usianya yang menua. Hingga akhirnya permintaan Dayang Sumbi, sang Ibu, gagal dipenuhi saat ayam jantan sudah berkokok di saat perahu besar belum selesai dibuat.

Pentas ini melibatkan lebih dari 20 anak dari berbagai latar belakang, hasil proses latihan selama dua bulan di sanggar BMS.

Mereka belajar menyanyi, menari, hingga berinteraksi di atas panggung dengan spontanitas khas anak-anak. Tak ada tekanan untuk sempurna; yang penting adalah kejujuran dalam bermain.

“Untuk itu, apresiasi tertinggi untuk para orang tua yang tak kenal lelah mendukung anak-anak dalam proses Latihan hingga 2 hari pementasan ini. Terima kasih,” ucap Ndindy Indiyati, Stage Manager pertunjukan ini. 
 
Pentas ini bukan sekadar hiburan. Ia adalah pengingat, bahwa seni bagi anak bukan soal prestasi, melainkan proses menemukan diri. Dan di atas panggung itulah, ketika cahaya menyinari wajah-wajah mungil yang penuh tawa, Surabaya seolah menemukan kembali denyut masa kecilnya—jujur, polos, dan penuh kasih. (*)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow