Film 'Sumpek' Karya Siswa SMPN 1 Arjosari Raih Juara di Festival Film Horor Pacitan 2025
Berbeda dari horor konvensional yang mengandalkan sosok hantu, 'Sumpek' mengangkat ketakutan yang lahir dari trauma batin.
PACITAN Film berjudul 'Sumpek' karya siswa SMPN 1 Arjosari sukses meraih Juara 3 Kategori Eksibisi dalam Festival Film Horor (FFH) Pacitan 2025.
Ajang yang digelar pada 12–14 Desember itu menjadi panggung pembuktian bahwa sineas pelajar mampu bersaing di tengah ketatnya karya film dari berbagai daerah di Indonesia. Festival Film Horor Pacitan 2025 merupakan kolaborasi Komunitas Ruang Film Pacitan bersama Pemerintah Kabupaten Pacitan.
Ratusan karya masuk, baik dari kategori pelajar maupun umum. Di antara persaingan tersebut, 'Sumpek' tampil mencuri perhatian juri lewat pendekatan horor psikologis yang kuat. Berbeda dari horor konvensional yang mengandalkan sosok hantu, 'Sumpek' mengangkat ketakutan yang lahir dari trauma batin.
Film ini bercerita tentang Cinta, seorang remaja yang mengalami tekanan mental akibat konflik orang tua yang berada di ambang perceraian. Depresi, penurunan prestasi, dan kemurungan menjadi gambaran 'horor' yang nyata dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Disutradarai Rudi Prasetyo, 'Sumpek' memotret bagaimana luka psikologis perlahan berubah menjadi tekanan emosional yang menghantui kehidupan tokoh utama. Trauma digambarkan sebagai “hantu tak kasat mata” yang menggerogoti mimpi dan ketenangan Cinta, hingga akhirnya meledak dalam bentuk protes sunyi.
Proses syuting film horor di SMPN 1 Arjosari Pacitan.(Foto: Hafizh Dzaky Setyo Nugroho for TIMES Indonesia)
Pemeran utama Cinta, Yuvita Clara Oktavia Putri, siswi kelas IX D, mengaku peran tersebut menjadi pengalaman berharga baginya. “Saya merasakan tantangan tersendiri saat memerankan Cinta. Arahan sutradara sangat membantu saya memahami emosi dan konflik batin tokoh ini,” ujarnya, Senin (29/12/2025).
Keberhasilan “Sumpek” terasa istimewa karena seluruh proses produksi dikerjakan secara mandiri oleh warga sekolah. Rudi Prasetyo memilih tidak melibatkan pihak luar dan sepenuhnya memberdayakan siswa, mulai dari proses pengambilan gambar hingga pascaproduksi.
Alqis Justere Muzambique (kelas IX F) yang bertugas sebagai editor, serta Hafizh Dzaky Setyo Nugroho di bagian pemotretan, menjadi bagian penting di balik layar. “Kami bangga bisa berkontribusi dan membawa nama sekolah meraih prestasi di tingkat nasional,” kata Hafizh.
Dukungan sekolah juga terlihat nyata. Plt Kepala SMPN 1 Arjosari Pacitan, Pujo Basuki, bahkan turut ambil peran dalam film tersebut. Ia menilai capaian ini bukan sekadar prestasi, tetapi juga pesan sosial.
“Prestasi ini membawa pesan kuat bahwa isu kesehatan mental sangat penting dan perlu mendapat perhatian,” ujarnya.
Keberhasilan FFH 2025 yang menyerap ratusan karya juga menandai kuatnya kolaborasi pemerintah dan komunitas film di Pacitan, sekaligus membuka peluang daerah ini berkembang sebagai salah satu pusat industri kreatif di Jawa Timur. (*)
Apa Reaksi Anda?