FISIP UB Luncurkan Tobacco Research Development Corner, Kaji Tembakau dari Beragam Perspektif
FISIP UB meluncurkan Tobacco Research Development Corner (TRDC) untuk kajian multidisiplin soal tembakau, meliputi ekonomi hingga kesehatan.

TIMESINDONESIA, MALANG – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (FISIP UB) resmi meluncurkan Tobacco Research Development Corner (TRDC) pada Jumat (3/10/2025). Lembaga riset ini dibentuk sebagai wadah kajian lintas keilmuan yang membahas persoalan tembakau dari berbagai perspektif, mulai dari ekonomi, budaya, hukum, hingga kesehatan.
Syahirul Alim, M.Si., Wakil Ketua TRDC, menegaskan bahwa isu tembakau tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut pandang. “Jadi lintas keilmuan. Karena kita menganggap bahwa problem tembakau ini tidak hanya problem satu perspektif,” ujarnya.
Menurut Syahirul, tembakau memiliki dimensi yang kompleks. Selain berkontribusi besar terhadap pendapatan negara melalui cukai, tembakau juga terkait dengan identitas budaya dan kesejahteraan petani. Namun, ia menyoroti bahwa keberadaan petani justru kerap terabaikan.
“Posisi petani tembakau itu butuh ada yang mengadvokasi. Kondisi hari ini itu kan di mana tembakau 90 persen lebih cukainya untuk pendapatan negara. Tapi petaninya itu kan tidak terurus. Kita tahu bahwa banyak petani tembakau yang sekarang menangis, terutama di Temanggung setelah penutupan Gudang Garam,” katanya.
TRDC hadir untuk mencari jalan tengah dalam perumusan kebijakan tembakau, termasuk perdebatan soal kenaikan cukai. Selain itu, lembaga ini juga mendorong inovasi diversifikasi produk berbasis tembakau agar tidak hanya terfokus pada rokok.
“Bagaimana nanti inovasi yang mungkin bisa dikembangkan dari tembakau itu tidak hanya untuk kretek, mungkin juga parfum, mungkin juga untuk pestisida. Ada banyak nanti yang diversifikasi kita coba untuk carikan inovasinya,” jelas Syahirul.
Peluncuran TRDC juga dirangkaikan dengan kegiatan Fisip Fest yang menjadi bagian dari inagurasi mahasiswa baru. Berbagai kegiatan digelar, mulai dari networking dengan mitra, talkshow, hingga pagelaran wayang. Melalui kegiatan ini, mahasiswa juga dilibatkan dalam kajian tembakau.
“Untuk kajian kita sudah keluar SK-nya, yang meng-SK-kan memang Dekan. Dan itu kita memang melibatkan mahasiswa, bukan mahasiswa semua ya, tapi kita ada mahasiswa yang memang konsen di kajian itu," ujarnya.
"Kita ada sekretariat yang nanti kita akan rutin melakukan kajian, ada program-program yang sudah kita rencanakan selama satu tahun ke depan,” lanjut Syahirul.
Dalam tahap awal, TRDC akan fokus pada isu Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) yang dinilai belum berpihak pada petani.
“Sekarang lagi rame tentang isu cukai. Kita juga lagi konsen dengan DBHCHT. kesejahteraan petani itu masih sekitar 2% dan kita tahu bahwa tembakau itu menyumbang lebih besar daripada holding BUMN. Tapi DBHCHT-nya itu masih belum fair terhadap petani,” tegasnya.
Dengan hadirnya TRDC, FISIP UB berharap dapat memberikan kontribusi nyata bagi perumusan kebijakan tembakau yang lebih adil, berkelanjutan, dan berpihak pada kesejahteraan petani. (*)
Apa Reaksi Anda?






