Implementasi Inovasi Teknologi Alat Bantu Pemupukan Efisiensi Pertanian
Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) UNISMA mengiplementasikan inovasi alat bantu pemupukan efiseiensi pertanian di Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.

TIMESINDONESIA, MALANG – Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) UNISMA mengiplementasikan inovasi alat bantu pemupukan efiseiensi pertanian di Desa Ngawonggo, Kecamatan Tajinan, Kabupaten Malang.
Desa Ngawonggo dikenal sebagai salah satu desa agraris dengan mayoritas warganya bekerja sebagai petani. Lahan yang luas dan subur menjadi tumpuan utama penghidupan masyarakat. Namun, di balik potensi besar tersebut, masih ada tantangan yang dihadapi petani, terutama dalam proses pemupukan. Selama ini, cara yang digunakan masih manual, yaitu dengan menaburkan pupuk menggunakan tangan. Metode tradisional tersebut kerap menimbulkan masalah: sebaran pupuk yang tidak merata, dosis yang berlebihan, hingga pemborosan bahan.
Melihat permasalahan itu, mahasiswa Kandidat Sarjana Mengabdi (KSM) Universitas Islam Malang hadir membawa sebuah inovasi sederhana namun bermanfaat besar alat bantu pemupukan. Inovasi ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari penyebar pupuk genggam, aplikator tongkat, teknologi tepat guna ini diharapkan dapat meringankan pekerjaan petani, mempercepat proses pemupukan, sekaligus membuat hasilnya lebih merata dan efisien.
Program KSM yang dijalankan oleh Kelompok 27 tidak hanya sebatas mengenalkan alat, tetapi juga mengajak petani untuk mencoba langsung melalui sosialisasi dan praktik di lahan pertanian. Respons masyarakat sangat positif. Para petani terlihat antusias mencoba alat, bahkan beberapa di antaranya langsung merasakan manfaat karena pekerjaan yang biasanya memakan waktu berjam-jam bisa lebih cepat diselesaikan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Lebih dari sekadar alat, kegiatan ini membawa semangat baru. Para petani mulai menyadari bahwa inovasi tidak selalu harus mahal atau rumit, justru yang sederhana dan mudah diaplikasikan sering kali memberikan dampak nyata. Efisiensi waktu, penghematan biaya pupuk, hingga peningkatan kualitas tanaman menjadi bukti bahwa pertanian modern bisa dimulai dari langkah kecil.
Inovasi yang dibawa mahasiswa KSM Universitas Islam Malang ini bukan hanya memberi solusi bagi petani Ngawonggo, tetapi juga menghadirkan harapan akan masa depan pertanian desa yang lebih berkelanjutan, produktif, dan sejahtera. Sebuah kolaborasi sederhana antara ilmu dan praktik yang mampu memberi warna baru bagi kehidupan masyarakat desa.
Sekelompok mahasiswa tampak serius melakukan kegiatan praktik lapangan di sebuah area pertanian yang baru saja ditanami jagung muda. Mereka datang dengan mengenakan rompi lapangan dan membawa peralatan ukur yang cukup besar, sambil berdiskusi dan mencatat data yang mereka dapatkan. Di sekeliling mereka, terlihat pohon bambu yang menjulang tinggi dan pepohonan hijau yang rimbun, membuat suasana lokasi kegiatan terasa sejuk dan alami.
Kegiatan ini merupakan bagian dari pembelajaran yang mengajak mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan. Tujuannya sederhana, agar ilmu yang mereka dapat di kelas tidak hanya berhenti di teori, tetapi juga bisa dipraktikkan dalam kondisi nyata. Dengan melakukan pengukuran, survei tanah, serta mengamati pertumbuhan jagung muda, mereka belajar bagaimana cara membaca kondisi lahan yang akan sangat berguna untuk mendukung keberhasilan pertanian.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Tak hanya soal teknik, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan. Setiap mahasiswa punya peran masing-masing, ada yang memegang alat ukur, ada yang mencatat hasil pengamatan, dan ada yang memastikan posisi alat tetap stabil. Semua proses dilakukan dengan kerja sama tim, sehingga mereka belajar bahwa pertanian bukan hanya soal menanam, tetapi juga soal kolaborasi dan ketelitian.
Lingkungan sekitar juga memberi pelajaran tambahan. Mahasiswa bisa melihat langsung bagaimana lahan pertanian bisa berdampingan dengan alam tanpa merusak keseimbangan. Rimbunnya bambu, pepohonan, dan tanaman hijau lain menjadi bukti bahwa pertanian bisa dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian alam. Dari sinilah mereka bisa memahami pentingnya konsep pertanian berkelanjutan, yaitu mengolah lahan untuk menghasilkan pangan, tetapi tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.
Dengan pengalaman lapangan ini, mahasiswa diharapkan semakin peka terhadap persoalan nyata di dunia pertanian. Mereka belajar tidak hanya soal tanaman, tetapi juga soal kondisi tanah, cuaca, dan faktor lingkungan lain yang memengaruhi hasil panen. Lebih dari itu, pengalaman ini juga melatih mereka untuk berpikir kritis, bekerja sama, dan mencari solusi nyata atas berbagai tantangan di dunia pertanian.
Kegiatan semacam ini menjadi bukti bahwa belajar tidak selalu harus di dalam kelas. Justru dengan menyentuh tanah, melihat langsung tanaman, dan merasakan suasana lapangan, ilmu yang diperoleh akan lebih mudah dipahami dan diingat. Harapannya, mahasiswa yang turun ke lapangan hari ini bisa menjadi generasi penerus yang siap membangun pertanian Indonesia ke arah yang lebih maju, modern, dan tetap ramah lingkungan. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Pewarta: Rina Kusumawati, Mahasiswa KSM-T Kelompok 27 Universitas Islam Malang (UNISMA)
Apa Reaksi Anda?






