KSM-T UNISMA Dorong Pertanian Ramah Lingkungan dengan Mikroba Tanah
Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA) yang tergabung dalam Kelompok 15 Kandidat Sarjana Mengabdi Tematik (KSM-T)

TIMESINDONESIA, MALANG – Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA) yang tergabung dalam Kelompok 15 Kandidat Sarjana Mengabdi Tematik (KSM-T) melaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan mikroba tanah di Dusun Tamiajeng, Desa Pandanajeng, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang pada Minggu (24/08/2025).
Kegiatan ini menjadi salah satu program kerja unggulan yang bertujuan untuk mendorong terwujudnya pertanian organik yang ramah lingkungan sekaligus memberikan solusi atas ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia.
Pertanian merupakan sektor penting bagi kehidupan masyarakat pedesaan. Namun, dalam praktiknya, masih banyak petani yang mengandalkan pupuk kimia sebagai penunjang kesuburan tanah. Ketergantungan ini lambat laun menimbulkan masalah serius, mulai dari meningkatnya biaya produksi, menurunnya kualitas tanah, hingga ancaman terhadap kelestarian lingkungan. Melihat realitas tersebut, mahasiswa KSM-T UNISMA merasa perlu memberikan alternatif melalui inovasi sederhana namun bermanfaat, yaitu pembuatan mikroba tanah sebagai pupuk hayati alami.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Sejak pagi, beberapa petani Dusun Tamiajeng sudah berkumpul di ladang perkebunan milik salah satu seorang warga dusun untuk mengikuti praktik pelatihan pupuk mikroba tanah. Mereka tampak antusias menyimak penjelasan dari mahasiswa KSM-T Kelompok 15 mengenai manfaat dan cara pembuatan mikroba tanah. Tidak sedikit dari mereka yang mengajukan pertanyaan, terutama seputar bagaimana efektivitas mikroba tanah dalam membantu meningkatkan kesuburan tanah serta mendukung pertumbuhan tanaman agar lebih sehat dan berkelanjutan.
Dalam sesi praktik, mahasiswa menjelaskan secara runtut bagaimana mikroba tanah dibuat. Dalam praktik pembuatan mikroba tanah dengan Metode Basah, para mahasiswa KSM-T UNISMA menjelaskan bahwa bahan-bahan yang digunakan sangat sederhana dan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Petani hanya perlu menyiapkan air bersih, beberapa butir kentang, garam krosok, serta humus daun yang biasanya banyak terdapat di sekitar pekarangan. Sementara itu, peralatan yang digunakan pun tidak rumit, cukup dengan panci, kompor, drum, dan kain berpori yang bersih.
Proses pembuatannya diawali dengan merebus kentang hingga matang, kemudian didinginkan dan dimasukkan ke dalam kain berpori. Kentang tersebut selanjutnya digantung di dalam drum berisi air bersih sebagai sumber makanan bagi mikroba. Hal yang sama dilakukan pada humus daun, yang juga dimasukkan kedalam drum dengan cara di ikat dengan batu sampai semua daun berada di dasar drum.
Agar mikroba lebih cepat tumbuh, kedua kain tersebut diremas-remas hingga air berubah keruh. Remasan kentang akan menjadi nutrisi, sementara humus daun berfungsi sebagai sumber mikroba alami. Sebagai langkah terakhir, ditambahkan garam krosok untuk mempercepat proses pengembangbiakan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Campuran larutan ini kemudian didiamkan selama 24 jam hingga mikroba berkembang biak dengan baik. Setelah itu, larutan mikroba tanah siap digunakan, dengan masa efektif pemakaian sekitar 72 jam. Menurut mahasiswa KSM-T Kelompok 15, mikroba ini dapat langsung diaplikasikan ke lahan pertanian untuk membantu menyuburkan tanah sekaligus menjaga kesehatan tanaman.
Koordinator KSM-T Kelompok 15, Nauval menjelaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga kesadaran pentingnya menjaga kelestarian alam.
“Kami ingin petani memahami bahwa tanah adalah aset berharga yang harus dijaga. Dengan mikroba tanah, petani bisa tetap produktif tanpa merusak lingkungan. Bahan-bahannya sederhana, murah, dan bisa ditemukan di sekitar rumah. Inilah yang membuatnya cocok diterapkan di desa,” ujarnya.
Salah satu petani Dusun Tamiajeng, Sutrisno (52), mengaku terbantu dengan adanya pelatihan ini.
“Harga pupuk kimia makin mahal, sementara tanah kami semakin lama semakin kurang subur. Pelatihan ini memberi kami alternatif. Kami bisa mencoba pupuk alami yang lebih hemat dan menyehatkan. Kalau berhasil, ini bisa mengurangi ketergantungan kami pada pupuk kimia,” ungkapnya.
Selain Sutrisno, Siti Aminah (45), seorang ibu rumah tangga yang juga membantu suaminya di sawah, menyampaikan pandangan serupa.
Mikroba tanah memiliki banyak keunggulan. Selain meningkatkan kesuburan tanah, pupuk hayati ini juga menjaga keseimbangan ekosistem mikroorganisme, memperbaiki struktur tanah, dan membuat tanaman lebih tahan terhadap hama serta penyakit. Bagi petani, hal ini berarti pengeluaran untuk pupuk bisa ditekan, kualitas panen meningkat, dan lahan pertanian tetap terjaga kelestariannya.
Dampak positif lainnya adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pertanian organik. Para petani yang sebelumnya menganggap pupuk kimia sebagai satu-satunya pilihan, kini menyadari bahwa ada alternatif lain yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Kegiatan ini juga menjadi wadah kolaborasi antara mahasiswa dan masyarakat. Mahasiswa berperan sebagai fasilitator ilmu, sementara masyarakat menjadi pelaku utama yang akan menerapkannya. Sinergi ini diharapkan melahirkan perubahan nyata dalam pola pertanian di Dusun Tamiajeng.
Wakil Koordinator KSM-T Kelompok 15, Ilham menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang agar masyarakat memiliki keterampilan tambahan dalam mengelola lahan secara lebih sehat. “Kami berharap dengan adanya pelatihan ini, para petani di Dusun Tamiajeng dapat memanfaatkan mikroba tanah sebagai alternatif pupuk hayati alami yang ramah lingkungan. Hal ini juga sejalan dengan upaya mewujudkan pertanian berkelanjutan di desa,” ujarnya.
Salah satu petani peserta pelatihan, Bapak Sulhan mengaku senang dengan kegiatan tersebut. “Biasanya kami hanya tahu pupuk kimia, tapi dengan adanya pelatihan ini kami jadi tahu cara membuat pupuk alami dari bahan sederhana. Kami berharap bisa menerapkannya di lahan agar hasil panen lebih baik dan tanah tetap subur,” tuturnya.
Manfaat dari penggunaan mikroba tanah ini tidak hanya dirasakan pada peningkatan kesuburan tanah dan kualitas panen, tetapi juga mampu menekan biaya produksi karena petani dapat membuat pupuk sendiri tanpa harus membeli pupuk kimia. Dengan demikian, pelatihan ini memberikan dampak positif bagi ekonomi petani sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Kegiatan ini menunjukkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Melalui pemanfaatan bahan sederhana yang ada di sekitar, masyarakat bisa menghadirkan solusi atas permasalahan pertanian yang kompleks. Kehadiran mahasiswa UNISMA menjadi bukti nyata bahwa perguruan tinggi mampu berkontribusi langsung dalam menyelesaikan persoalan masyarakat desa.
Dengan adanya pelatihan ini, masyarakat Dusun Tamiajeng memiliki harapan baru untuk mewujudkan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berdaya saing. Mahasiswa KSM-T UNISMA telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan bisa diterapkan secara sederhana namun membawa dampak besar. Pertanian lestari bukan lagi sekadar wacana, tetapi nyata dimulai dari desa. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*)Pewarta: Mahasiswa KSM-T Kelompok 15 Universitas Islam Malang (UNISMA)
Apa Reaksi Anda?






