Kapan Definisi Harus Muncul? Saat Otak Sudah Menemukan Rasanya

“Jika kita membiarkan pengalaman memanggil konsep, lalu membiarkan definisi merapikannya pada saat yang tepat, maka definisi tidak lagi mengunci percakapan.

November 17, 2025 - 15:30
Kapan Definisi Harus Muncul? Saat Otak Sudah Menemukan Rasanya

MALANG “Jika kita membiarkan pengalaman memanggil konsep, lalu membiarkan definisi merapikannya pada saat yang tepat, maka definisi tidak lagi mengunci percakapan. Ia justru membuka jalan agar alasan bisa tinggal lebih lama di ingatan. Seperti kue yang enak, definisi terbaik adalah yang muncul ketika dapur sudah harum”.

Pernahkah Anda memperkenalkan definisi di awal pelajaran lalu mendapati kelas diam seperti melihat resep kue tanpa pernah mencicipi kue itu sendiri? Itulah momen ketika definisi datang terlalu cepat. Di kelas, kita berhadapan dengan dua gerak pikir yang dijelaskan Piaget: asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah ketika ide baru ditampung ke dalam pola yang sudah ada. Akomodasi adalah ketika pola lama diubah agar ide baru muat. Dalam The Equilibration of Cognitive Structures tahun 1975, Piaget menulis bahwa belajar yang baik bergerak dari kenyamanan semu ke ketidaknyamanan yang produktif lalu menuju keseimbangan baru. Definisi sebaiknya muncul sebagai ringkasan keseimbangan baru itu, bukan sebagai pembuka yang memaksa.

Bayangkan topik sudut. Alih alih menulis kalimat definisi sejak menit pertama, saya memutar klip jarum jam bergerak dari posisi tiga ke posisi lima lalu dari tiga ke posisi enam. Murid menaksir besar putaran, membandingkan, dan mulai menyebut kata yang mereka pilih sendiri seperti putar, arah, besar. Mereka sedang melakukan asimilasi. Lalu saya munculkan kasus yang menggoyang.

Putaran searah dan berlawanan. Putaran lebih dari satu putaran. Ketika tebakan awal mereka tidak lagi cukup, lahirlah ketidaknyamanan yang mendorong akomodasi. Di titik inilah definisi sudut sebagai besar putaran menjadi alat yang disambut, bukan benda asing. How People Learn II terbitan 2018 menegaskan bahwa pemahaman melekat ketika ide baru dikaitkan dengan pengalaman bermakna. Definisi menjadi nama yang pantas bagi sesuatu yang sudah dirasa, bukan label kaku yang ditempel pada kertas kosong.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Vygotsky melalui Mind in Society tahun 1978 mengingatkan bahwa belajar tidak hanya proses dalam kepala. Ada zona perkembangan terdekat yang menuntut perancah sosial. Itu sebabnya saya tidak menunggu kebetulan. Saya mengatur urutan fenomena dan pertanyaan agar kelas sampai pada saat ketika definisi benar benar diperlukan. Ketika murid mulai saling bertanya bagaimana membandingkan besar putaran secara adil, satuan derajat diperkenalkan. Definisi hadir seperti sendok takar di dapur. Ia berguna setelah rasa masakan dikenali, bukan sebelumnya. Tanpa rasa, sendok takar hanya angka di logam.

Prinsip yang sama bekerja pada luas segitiga. Kita bisa memulai dengan rumus setengah alas kali tinggi. Kelas akan sunyi, lembar terisi, tetapi pemahaman berjalan di tempat. Atau kita bisa memulai dari menutup persegi panjang dengan dua segitiga, dari menyusun potongan yang berubah bentuk tetapi tetap menutup luas yang sama. Di sini asimilasi bekerja. Saat puncak segitiga digeser dan murid merasa luasnya berubah padahal tidak, akomodasi didorong untuk lahir. Definisi tinggi sebagai jarak tegak lurus dan rumus luas sebagai ringkasan relasi muncul tepat waktu. Jo Boaler dalam Mathematical Mindsets tahun 2016 mendorong kita memberi banyak jalan menuju gagasan yang sama agar pola kuat lebih cepat terlihat. Peter Liljedahl di Building Thinking Classrooms in Mathematics tahun 2020 menambah bukti bahwa panggung yang memajang berbagai cara membantu murid melihat kesamaan yang penting sebelum kita menamai secara formal.

Kapan tepatnya definisi muncul? Jawaban praktisnya adalah ketika kelas sudah memiliki cukup contoh, cukup kebingungan yang sehat, dan cukup bahasa untuk menegosiasikan makna. Smith dan Stein dalam 5 Practices for Orchestrating Productive Mathematics Discussions edisi 2018 menyarankan guru mengantisipasi jawaban, memantau, memilih, mengurutkan, dan menghubungkan. Rangkaian ini memberi sinyal kapan definisi siap dihadirkan.

Jika beberapa strategi berbeda sudah terlihat dan satu invarian mulai disepakati, inilah saat yang subur. Definisi yang datang di saat ini bekerja sebagai simpul yang merapikan benang. Sebaliknya, definisi yang datang terlalu awal bekerja seperti simpul yang mengencangkan benang yang belum sempat ditenun.

Tentu saja kita tidak sedang mengusulkan kelas tanpa definisi. Kita mengusulkan definisi yang lahir dari kebutuhan berpikir. Amanda Jansen dalam Rough Draft Math tahun 2020 mengajak guru memelihara rancangan awal ide siswa agar dapat diperbaiki bersama. Dalam kerangka ini, definisi bergerak dari draf percakapan menuju formulasi yang lebih presisi. Hattie dan Clarke di Visible Learning Feedback tahun 2019 mengingatkan agar umpan balik menunjuk langkah berikutnya.

Maka komentar saya sering berbunyi, sebutkan apa yang tetap di semua contoh ini lalu rapikan kalimatmu menjadi definisi. Dengan cara ini murid melihat definisi sebagai alat kerja, bukan sebagai tembok.

Bagaimana jika ada yang bertanya apakah langkah ini memakan waktu lebih lama. Sekilas ya. Namun Education Endowment Foundation melalui laporan Teacher Feedback to Improve Pupil Learning tahun 2021 merangkum bukti bahwa penjelasan singkat yang memaksa murid menghubungkan ide memberi dampak jangka panjang. Waktu yang kita investasikan di awal akan kembali sebagai penghematan remedi di akhir. Dan suasana kelas lebih hidup. Saat diskusi memanas, humor ringan membantu. Ketika ada yang berkata definisinya belum rapi, saya jawab, tidak apa apa, yang penting rasanya sudah pas, kita tinggal menimbang takaran. Tawa kecil muncul dan percakapan berlanjut.

Freudenthal dalam Mathematics as an Educational Task tahun 1973 mengingatkan bahwa matematika sekolah sebaiknya lahir dari fenomena yang kita atur dengan cermat. Piaget memberi kita bahasa tentang asimilasi dan akomodasi. Vygotsky memberi kita lensa sosial tentang perancah dan zona perkembangan. Riset mutakhir menguatkan arah yang sama.

“Jika kita membiarkan pengalaman memanggil konsep, lalu membiarkan definisi merapikannya pada saat yang tepat, maka definisi tidak lagi mengunci percakapan. Ia justru membuka jalan agar alasan bisa tinggal lebih lama di ingatan. Seperti kue yang enak, definisi terbaik adalah yang muncul ketika dapur sudah harum”. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Isbadar Nursit, S.Pd., M.Pd Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow