Ruwatan dan Doa Semesta di Gebyar Suro di Desa Ngingit Malang

Akhir bulan Suro di Desa Ngingit, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur ditutup dengan ritual budaya yang sarat makna. Acara bertajuk “Gebyar Suro” di Padepokan Taman Tirto Aji, menjadi ajang…

Juli 29, 2025 - 10:30
Ruwatan dan Doa Semesta di Gebyar Suro di Desa Ngingit Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Akhir bulan Suro di Desa Ngingit, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur ditutup dengan ritual budaya yang sarat makna. Acara bertajuk “Gebyar Suro” di Padepokan Taman Tirto Aji, Sabtu (26/7/2025), menjadi ajang perpaduan antara seni tradisi, dan doa bersama.

Ratusan warga dari berbagai usia berkumpul untuk mengikuti prosesi ruwatan, sebuah tradisi Jawa yang dilakukan sebagai ungkapan syukur dan permohonan perlindungan kepada Tuhan. Dalam suasana khidmat, tumpeng diarak mengelilingi area padepokan, disertai doa sesuai keyakinan masing-masing.

“Bulan Suro adalah bulan sukacita bagi semua makhluk dan momen budaya untuk bersyukur atas segala rezeki dari langit dan bumi,” ujar Tony Indrawijaya, ketua panitia Gebyar Suro.

Selain prosesi doa, acara ini juga dimeriahkan pertunjukan jaranan dan bantengan dari sejumlah kelompok seni. Namun, penampilan tersebut tidak sekadar hiburan. Sebelum pentas dimulai, panitia bersama warga berziarah ke sebuah lokasi sakral di desa — makam tua yang jarang dijamah warga. Di area tersebut terdapat lima makam, dua di antaranya dikenal sebagai “eyang kakung” dan “eyang putri”, sementara tiga lainnya diyakini sebagai para pendamping yang tak diketahui identitasnya.

budaya-4.jpgGebyar Suro di Padepokan Taman Tirto Aji, Sabtu (26/7/2025), dimeriahkan pertunjukan jaranan dan bantengan dari sejumlah kelompok seni. (foto: Maria Rossa Rambu Bella/TIMES Indonesia)

Ritual tersebut berujung pada kejadian mengejutkan. Saat salah satu penari mengalami kerasukan, ia menuntun Tony dan istrinya menuju sumber mata air kuno yang konon dulu menjadi tempat pemandian. Di lokasi itu, mereka menemukan pusaka berupa pedang dan cincin. Temuan tersebut diyakini warga sebagai simbol restu serta perlindungan dari para leluhur.

Di akhir prosesi, Tony menyampaikan pesan yang memantik renungan. “Tuhan, iblis, setan… semua itu ada di hatimu,” ujarnya, mengingatkan bahwa kebaikan dan kejahatan sesungguhnya berasal dari dalam diri manusia.

“Gebyar Suro” di Desa Ngingit bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga menjadi ruang spiritual yang menyatukan manusia, alam, dan hal-hal gaib yang diyakini hadir di sekitar mereka. Panitia berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa syukur sekaligus mengenalkan generasi muda pada kekayaan budaya Jawa yang kian tergerus zaman. (*)

Pewarta: Maria Rossa Rambu Bella (MG)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow