TMMD 125: Menyusuri Bukit Soko, Merawat Asa Rakyat

Desa Soko menyambut saya dengan banyak cerita. Jalan-jalan tanah membelah bukit, membimbing langkahku menuju rumah-rumah yang berdiri apa adanya.

Agustus 22, 2025 - 10:30
TMMD 125: Menyusuri Bukit Soko, Merawat Asa Rakyat

TIMESINDONESIA, BOJONEGORO – Desa Soko menyambut saya dengan banyak cerita. Jalan-jalan tanah membelah bukit, membimbing langkahku menuju rumah-rumah yang berdiri apa adanya. Di balik jendela kayu dan dinding yang mulai lapuk, saya melihat wajah-wajah yang terbiasa hidup dengan seadanya. Langkah saya di Desa Soko bukan hanya menandai penugasan, tetapi juga membuka mata di tengah ketimpangan pembangunan negeri ini. Desa ini terbentang di tengah perbukitan, seluas 4.021 hektare. Di kiri-kanan jalan tanah yang belum tersentuh aspal, hamparan ladang kering terlihat menyatu dengan rumah-rumah sederhana. Udara segar, tapi terasa sunyi. Sunyi yang semakin lama kian terasa dalam, seperti menyimpan harap.

Desa Soko dikenal dengan hasil perkebunannya. Bawang merah, tembakau, dan jagung tumbuh dari tanah yang mereka garap dengan tekun. Sebagian lahan bahkan berada di atas tanah Perhutani, yang mereka rawat seperti halaman sendiri. Dan di balik cangkul serta mata yang lelah, mereka menanam harapan, seperti menanam musim di ladang yang sama, percaya bahwa satu waktu akan ada panen yang membawa sedikit lega.

Sebanyak 2.809 jiwa tinggal di desa ini. Sebagian besar dari mereka adalah petani. Mereka menggantungkan hidup pada cuaca yang sulit ditebak, pada air yang tak selalu cukup, dan pada ladang yang tak selalu ramah. Lebih dari separuh warga tercatat dalam kategori miskin, lebih tepatnya 50,55%, tentu bukan sama sekali angka yang kecil. Tapi tak satu pun dari mereka yang putus harapan, mereka tetap bertahan sampai saat ini.

Dan di sanalah TMMD hadir, bukan sekadar sebagai program, tetapi sebagai ruang temu. Ruang untuk mendengar dan mengulurkan tangan. Di Desa Soko, TMMD bukan hanya soal membangun infrastruktur, melainkan soal menjembatani harapan yang terlalu lama terhalang jalan rusak, dinding reyot, dan sumber air yang sulit dijangkau. Ini bukan tentang “kami datang membantu,” melainkan tentang “kami datang untuk berjalan bersama.”

Kami tahu, membangun desa tidak selesai dalam 30 hari. Tapi kami percaya, satu jalan beton, satu mushola, satu rumah yang diperbaiki, bisa menjadi awal. Awal dari semangat baru yang tumbuh dari tengah masyarakat itu sendiri.

TMMD 125: Mengawali Langkah di Soko, Menguatkan Harapan Warga

Pagi itu, Rabu 23 Juli 2025, lapangan sepak bola di Desa Soko, Kecamatan Temayang, menjadi saksi dibukanya TMMD ke-125. Langit cerah. Tanah belum sepenuhnya kering. Namun semangat di tengah lapangan tak sedikit pun redup. Warga berdiri berdampingan dengan jajaran tamu undangan, menyimak setiap rangkaian upacara yang berlangsung khidmat dan penuh kebersamaan.

Saya berdiri di sana. Mewakili barisan prajurit yang akan tinggal dan bekerja bersama masyarakat selama satu bulan ke depan. TMMD bukan lagi sekadar program tahunan, melainkan ruang temu antara cita-cita pembangunan dan kepedulian yang nyata.

Upacara pembukaan dipimpin langsung oleh Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono, sebagai Inspektur Upacara. Tema besar yang diusung tahun ini adalah “Dengan Semangat TMMD Mewujudkan Pemerataan Pembangunan dan Ketahanan Nasional di Wilayah.” Sebuah kalimat panjang. Namun setiap katanya mengandung arah dan tekad.

Barisan pejabat tampak lengkap. Dandim 0811 Tuban Letkol Inf Dicky Purwanto, Kasiter Korem 082/CPYJ Letkol Arm Indra Asmara Manurung, Kepala Bakorwil Bojonegoro Agung Subagyo, dan Wakil Bupati Nurul Azizah turut hadir. Selain itu, Pj. Sekda Bojonegoro, jajaran OPD, Danramil, Kapolsek, para camat, kepala desa se-Kecamatan Temayang, serta berbagai unsur forkopimda lainnya duduk bersisian dengan warga. Menandai bahwa pekerjaan besar ini dimulai bukan dari perintah, tetapi dari kebersamaan.

Dalam amanatnya, Bupati menyampaikan bahwa TMMD adalah bentuk nyata kolaborasi lintas sektor. Bukan hanya soal membangun jalan atau fasilitas. Namun juga membangun semangat dan percaya diri masyarakat agar mampu mengelola potensi mereka sendiri. Peran TNI dalam kegiatan ini tidak hanya sebagai pelaksana, tetapi sebagai bagian dari masyarakat yang turut menghidupi cita-cita desa.

Ada tiga fokus besar TMMD tahun ini yang diantaranya, Percepatan penanganan kemiskinan ekstrem, Penguatan ketahanan pangan, Serta percepatan penurunan angka stunting. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro mengalokasikan anggaran sebesar Rp 5,3 miliar. Terbagi menjadi Rp 4,6 miliar untuk sasaran fisik dan Rp 658 juta untuk kegiatan nonfisik.

Bupati menegaskan bahwa sasaran fisik diprioritaskan untuk membangun infrastruktur, sarana dan prasarana umum. Sedangkan kegiatan nonfisik diarahkan untuk memperkuat kesadaran berbangsa. Menumbuhkan ekonomi kerakyatan. Dan menyemai semangat gotong royong.

Namun di antara banyak pesan penting yang disampaikan, ada satu bagian yang paling membekas bagi saya secara pribadi:

“Kepada masyarakat Desa Soko, jadikanlah TNI sebagai saudara dan keluarga sendiri selama kegiatan TMMD berlangsung. TNI akan bekerja sama dengan masyarakat, dan menginap di rumah-rumah warga dengan harapan akan terjalin hubungan kekeluargaan dan komunikasi sosial antara TNI dan masyarakat.”

Kalimat itu tidak hanya menjadi penutup sambutan. Ia menjadi pengingat bahwa keberadaan kami di sini bukan semata untuk menyelesaikan pembangunan, tetapi untuk menjalin kepercayaan. Kami datang bukan sebagai tamu, melainkan sebagai saudara yang akan berjalan bersama.

Dan hari itu, langkah pertama sudah dimulai.

TMMD 125: Di Soko, Pembangunan Dimulai dari Percaya

Setelah upacara selesai dan barisan mulai bubar, saya berdiri sebentar, memandangi lapangan yang perlahan kosong. Angin pagi masih bertiup pelan, debu halus menari di atas tanah kering. Di balik seremoni, pekerjaan sesungguhnya baru dimulai.

Ada banyak yang ingin kami kerjakan di sini, tapi saya belajar untuk tidak melihatnya sebagai tumpukan target. Jalan beton sepanjang lebih dari seribu meter itu, misalnya, bukan hanya tentang panjang dan lebarnya jalan, tetapi tentang bagaimana anak-anak di desa ini bisa pulang sekolah tanpa harus melewati jalan licin saat hujan. Check dam yang akan direhab mungkin tak terdengar istimewa, tapi bagi petani, itu penopang musim. Enam rumah yang akan diperbaiki, yang dulu berdinding rapuh dan atapnya bocor, akan menjadi ruang yang lebih layak untuk tidur dan pulang. Kami juga akan membangun sebuah mushola dan satu pagar, dua hal yang mungkin sederhana, tapi punya arti besar dalam kehidupan sehari-hari warga.

TMMD-Kodim-0813-Bojonegoro-2.jpgPembuatan Sumur Bor di Desa Soko, Kec. Temayang, Bojonegoro

Masih ada empat sumur bor untuk air bersih, dan dua hektare lahan yang kami kelola bersama warga untuk pertahanan pangan. Di lahan itu nanti, bukan Cuma padi yang tumbuh, tapi rasa percaya diri, bahwa desa ini bisa berdiri di atas daya sendiri.

Selain itu, kami juga membawa kegiatan nonfisik. Penyuluhan, sosialisasi, pelatihan. Tidak selalu ramai, tidak selalu mudah dipahami. Tapi saya melihat bagaimana mata-mata warga menyimak, dan saya yakin, itu benih pengetahuan yang perlahan akan tumbuh. Mungkin bukan sekarang hasilnya terlihat. Tapi suatu hari nanti, saya percaya: upaya kecil hari ini bisa jadi jalan panjang bagi perubahan.

Jalan Baru untuk Harapan yang Lama

Saya masih ingat pertama kali mendengar cerita salah satu warga tentang jalan tanah yang menghubungkan Desa Soko dengan Desa Pajeng. Jalur itu sempit, licin saat hujan, dan melelahkan kalau ditempuh berulang kali. Tapi baginya, jalan itu adalah urat nadi. Maka ketika TMMD ke-125 memutuskan untuk membangun jalan cor beton di jalur ini, saya tahu betul betapa besarnya harapan yang ikut diletakkan di sana.

Pembangunan jalan cor beton sepanjang 1.372 × 3,5 meter ini menjadi salah satu sasaran fisik pokok dalam kegiatan TMMD. Bersama personel Satuan Tugas dan masyarakat setempat, kami bergotong royong mengejar waktu yang telah ditentukan. Program ini dimulai sejak 23 Juli dan akan berakhir pada 21 Agustus 2025. Di setiap langkah pengecoran, saya melihat semangat yang tak bisa diukur dengan angka.

Semen, batu, dan kerikil kami aduk bersama. Satu unit truk molen dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Penataan Ruang Pemkab Bojonegoro membantu mempercepat prosesnya. Sementara untuk pemasangan rangka dan pemerataan adukan, semuanya dilakukan secara gotong royong, antara kami para prajurit dan warga yang menyambut hangat kehadiran kami.

Saya percaya, jalan ini akan memudahkan mereka membawa hasil panen, mengakses layanan, dan menghubungkan harapan yang lama tersimpan. Jalan ini juga menjadi jembatan antara TNI dan masyarakat, dibangun bukan hanya dengan beton, tapi juga rasa percaya.

“Pembangunan jalan cor beton ini merupakan wujud nyata kemanunggalan TNI dengan rakyat. Harapannya dapat memudahkan aksesibilitas warga, sekaligus meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Komandan SSK Satgas TMMD ke-125 Kodim 0813 Bojonegoro, Lettu Inf Setyo Budi, saat saya berbincang dengannya pada Kamis, 31 Juli 2025.

Ia juga berpesan kepada seluruh personel agar menjaga profesionalisme dan loyalitas selama bertugas. “Terus berupaya keras, lakukan yang terbaik dan tetap semangat,” pesannya. Dan saya setuju. Karena jalan ini bukan hanya proyek, tapi jejak kerja bersama yang semoga akan terus berguna bagi masyarakat.

Menguatkan Nadi Desa di Tengah Kemarau

Terik kemarau terasa menampar kulit sejak pagi. Tapi tak ada keluhan. Di Dusun Sekonang, Desa Soko, langkah kami tetap berjalan. Rehabilitasi check dam menjadi salah satu prioritas, bukan karena instruksi semata, tapi karena kami tahu: air di desa ini ibarat nadi, mengalirkan kehidupan dari satu ladang ke ladang lain, dari satu musim ke musim berikutnya.

TMMD-Kodim-0813-Bojonegoro-3.jpgPembangunan Chek Dam oleh Anggota Satgas TMMD ke-125 Kodim Bojonegoro Bersama Warga

Check dam ini berada di RT 010/RW 003, dikelilingi ladang dan pohon-pohon yang mulai mengering. Selama bertahun-tahun, bangunan ini menjadi penahan dan pengatur aliran air dari hulu. Tapi waktu telah meninggalkan retak-retak kecil, dan petani mulai merasakan kekurangannya.

Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air Kabupaten Bojonegoro, dengan volume bangunan mencapai 156,80 meter persegi dan total anggaran lebih dari Rp388 juta. Bukan sekadar proyek pembangunan, check dam ini ibarat telapak tangan yang menadah sisa hujan, agar tak lekas hilang ke hilir dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

"Rehabilitasi check dam ini dilakukan sebagai upaya dalam pemenuhan kebutuhan air baku irigasi atau pertanian. Tujuannya supaya air itu bisa dikendalikan, tidak langsung hanyut habis sampai ke hilir sehingga bisa dimanfaatkan untuk pertanian," terang Komandan SSK Satgas TMMD ke-125 Kodim 0813 Bojonegoro, Lettu Inf Setyo Budi, saat saya menemaninya meninjau lokasi.

Saya melihat sendiri bagaimana check dam ini menyimpan makna lebih dari tumpukan batu dan semen. Ia adalah penopang harapan di tengah musim kering, pengingat bahwa kerja bersama bukan hanya memperbaiki bangunan, tapi juga menghidupkan kembali harapan.

"Jadi, rehabilitasi ini bukan hanya soal infrastruktur, tapi soal keberlangsungan hidup dan penghidupan warga," lanjut Lettu Setyo. Dan saya tahu, pernyataan beliau adalah cerminan dari apa yang kami rasakan di lapangan.

Tak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan melihat warga ikut bekerja, mengulurkan tangan, dan percaya. Dalam diam, mereka tahu ini bukan sekadar pembangunan, ini adalah upaya bertahan. Dan kami, TNI yang datang ke desa ini, merasa terhormat bisa berjalan bersama mereka.

Di Balik Dinding yang Diperbarui, Ada Hidup yang Diperjuangkan

Ketika saya berdiri di depan rumah Ibu Maerah, 76 tahun, di Dusun Sekidang RT 014/RW 003, ada rasa yang sulit saya jelaskan. Rumah itu, sebelum disentuh program TMMD, berdinding kayu lapuk, berlantai tanah, dan atapnya bocor di banyak sisi. Tapi senyum beliau justru begitu tenang saat kami datang bersama personel Satgas.

TMMD-Kodim-0813-Bojonegoro-4.jpgPembangunan Rutilahu di Program TMMD ke 125 Kodim 0813 Bojonegoro di Desa Soko

Sabtu, 26 Juli 2025. Hari itu, rumah Bu Maerah menjadi salah satu titik yang kami kunjungi. Salah satu dari enam unit Rumah Tinggal Layak Huni yang direnovasi melalui peningkatan kualitas atap, lantai, dan dinding, atau biasa kami sebut Aladin. Program ini kami laksanakan bersama pemerintah Kabupaten Bojonegoro, sebagai wujud sinergi dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Selain rumah Bu Maerah, ada Jainem dari RT 015/RW 002, Priyanto RT 013/RW 004, Yustika RT 011/RW 003, Briyanto RT 006, dan Subakir dari RT 001/RW 001. Mereka adalah warga yang benar-benar layak mendapat bantuan, bukan hanya karena kondisi fisik rumahnya, tapi juga karena semangat dan keteguhan mereka menjaga kehidupan dengan segala keterbatasan.

Progres renovasi terus kami pantau. Saya ingin memastikan bahwa setiap rumah yang dibantu dibangun dengan standar yang layak dan manfaatnya benar-benar bisa dirasakan. Ini bukan soal angka atau laporan. Ini soal kehidupan yang akan berubah.

Saya selalu tekankan kepada seluruh personel Satgas untuk tetap semangat, menjaga hubungan baik dengan masyarakat, dan membaur. Karena sejatinya, kehadiran TNI bukan sekadar membangun secara fisik, tapi juga menguatkan batin dan menumbuhkan kepercayaan. Kita hadir bukan sebagai tamu, tapi sebagai bagian dari mereka.

Kepala Desa Soko, Mohammad Johan Hariyoko, menyampaikan bahwa penentuan penerima bantuan dilakukan melalui koordinasi menyeluruh dengan perangkat desa dan kepala dusun. Semua dipastikan objektif, berdasarkan kondisi nyata di lapangan. Ini penting, karena keadilan adalah fondasi utama dari setiap bentuk bantuan.

Saya juga sempat berbincang dengan Pak Subakir. Usianya 68 tahun. Rumah lamanya berdinding papan, sudah lapuk, lantainya tanah, dan gentengnya bocor di banyak sisi. “Saya sangat berterima kasih kepada TNI, Pemkab dan semua pihak yang sudah membantu membangun rumah ini. Semoga segera selesai dan bisa saya tempati bersama keluarga dengan aman dan nyaman,” ujarnya sambil tersenyum.

Melihat rumah-rumah itu perlahan berubah, saya tahu betul bahwa kami tidak hanya memasang bata dan atap. Kami sedang menumbuhkan kembali rasa aman, memberi ruang untuk hidup yang lebih baik, dan merawat harapan agar tetap tumbuh di tanah yang sederhana ini.

Menjaga Gerbang Masa Depan

Saat pertama kali melihat kondisi SDN Soko IV, saya langsung mengerti mengapa pembangunan pagar menjadi salah satu sasaran fisik dalam TMMD ke-125 ini. Sekolah itu berada di tengah lingkungan terbuka, tanpa pembatas yang memadai. Setiap pagi, guru dan siswa harus berjibaku dengan jejak-jejak kotoran hewan ternak yang keluar masuk tanpa kendali. Bagi kami, itu bukan hanya soal kebersihan, tapi juga tentang rasa aman dan nyaman dalam proses belajar.

Pagar ini dibangun setinggi dua meter dan membentang sepanjang 56 meter. Anggota Satgas TMMD dari Tiga Matra bahu-membahu mengerjakannya. Kami percaya, sekolah adalah rumah kedua bagi anak-anak. Tempat ini semestinya menjadi ruang yang terlindungi, bukan yang terganggu oleh lalu-lalang sembarangan.

Saya pribadi berharap kehadiran pagar ini bisa memberi kesan positif. Lingkungan belajar yang lebih kondusif dapat membantu anak-anak berkonsentrasi, merasa tenang, dan tumbuh dengan semangat. Sebab di balik tembok sederhana itu, ada gerbang harapan yang dijaga bersama.

Kepala sekolah, Pak Dewanto, menyampaikan terima kasihnya dengan wajah lega. Sebelumnya, ayam-ayam peliharaan warga kerap masuk ke ruang kelas dan halaman sekolah. Pagi dibersihkan, besoknya kembali kotor. Itu menjadi keluhan yang selama ini mereka pendam.

Kini, keluhan itu dijawab. Tidak dengan janji, tapi dengan kerja. Saya percaya, pagar ini akan menjadi lebih dari sekadar dinding pelindung. Ia adalah simbol kolaborasi, gotong royong, dan kepedulian kita terhadap pendidikan anak-anak di desa ini. Karena masa depan, sejatinya dimulai dari ruang-ruang belajar yang aman dan nyaman.

Merawat Akar, Menyemai Harapan

Selama di Desa Soko dalam program TMMD ke-125, saya menyadari satu hal: membangun desa tak cukup dengan semen dan batu. Ada bagian yang tak terlihat, tapi justru menjadi pondasi dari semua pengetahuan, kesadaran, dan semangat warga itu sendiri. Maka dari itu, kegiatan non fisik menjadi ruang penting yang tak bisa diabaikan.

Kami hadir membawa berbagai bentuk penyuluhan dan pelatihan, mulai dari sosialisasi tentang stunting, ketahanan pangan, hingga penguatan wawasan kebangsaan. Semuanya dilakukan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sekaligus menumbuhkan ekonomi kerakyatan dan semangat gotong royong dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Di sela kegiatan itu, saya sering melihat wajah-wajah yang tadinya ragu perlahan berubah menjadi penuh perhatian. Ada yang mencatat, ada yang bertanya, bahkan ada yang pulang membawa cerita untuk tetangganya. Seperti ladang yang mulai menerima benih setelah kemarau panjang, warga di sini tampak mulai percaya bahwa perubahan bisa tumbuh dari hal-hal kecil yang mereka pahami.

Program ini bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan juga menyalakan api kecil di dada tiap orang, seperti api yang membuat mereka ingin tahu lebih, ingin hidup lebih baik, dan ingin desanya berkembang. Karena saya percaya, pembangunan sejati tak hanya mengubah bentuk desa, tapi juga cara pandang warganya terhadap masa depan.

TMMD-Kodim-0813-Bojonegoro-5.jpgTim Wasev Kolonel Inf M. Herry Subagyo, S.I.P. Saat Kunjungi Desa Soko

Ketika Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) mengunjungi lokasi pengerjaan, harap-harap cemas dalam benakku. Denyut jantungku mulai bergejolak apakah masih ada yang kurang dalam pengerjaan TMMD yang kami kerjakan.

Namun, ketika Kolonel Inf M. Herry Subagyo, S.I.P. mengunjungi lokasi hatiku merasa agak tenang, karena beliau mengapresiasi capaian kegiatan tersebut. “Pencapaian ini tak lepas dari kolaborasi antar semua pihak, sehingga kegiatan TMMD berjalan dengan lancar,” katanya.

Bahkan beliau berharap, melalui kegiatan program TMMD ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan, serta meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat

Bagi kami kegiatan ini merupakan seperti akar yang tak terlihat namun menghidupi pohon, kegiatan non fisik ini adalah upaya kami untuk merawat akar itu agar apa yang dibangun hari ini bisa bertahan, tumbuh, dan memberi buah bagi generasi yang akan datang.

Membingkai Masa Depan, Menata Ulang Harapan

Dari atas bukit dan tanah-tanah berdebu Desa Soko, perlahan kami menyaksikan satu demi satu simpul kehidupan terurai dan kembali ditata. Jalan yang dulu hanya setapak sempit kini mulai terbentang seperti urat nadi, menghubungkan denyut aktivitas warga dari ladang, peternakan, hingga pasar. Sumur bor dan check dam tak lagi menjadi tumpukan batu dan semen, mereka menjelma sumber daya yang menyusup ke akar kebutuhan warga, menghidupi sawah, ladang, dan harapan.

TMMD-Kodim-0813-Bojonegoro-6.jpgDansatgas dan Tim Wasev Menikmati Jalan Penghubung Desa Soko Kecamatan Temayang menuju Desa Pajeng Kecamatan Gondang

Infrastruktur yang dibangun bersama masyarakat tak sekadar memperlancar distribusi hasil bumi atau mempercepat langkah ke seberang desa. Ia menjadi jembatan antara mimpi dan kenyataan, antara kemauan dan kemampuan. Di sana, kemanunggalan TNI dan rakyat bukan semboyan, melainkan peluh yang menetes di jalan cor, di dinding rumah, di pagar sekolah.

Sementara itu, di balik batu dan semen, kegiatan non fisik mengalir bagai benih yang ditanam di ladang kering serta pelatihan, penyuluhan, dan sosialisasi dari dinas-dinas terkait memberi asupan ilmu dan kesadaran baru bagi warga. Mereka tak hanya diajak membangun, tapi juga dipersiapkan untuk bertumbuh. Program ini bukan sekadar menyentuh, tapi juga mengakar.

Kami percaya, perubahan tidak selalu datang dengan gegap gempita. Ia bisa muncul dari sebuah sumur yang kembali mengalir, dari lantai rumah yang tak lagi basah, atau dari senyum anak-anak yang tak lagi terganggu saat belajar. TMMD ke-125 ini adalah ikhtiar untuk menata ulang fondasi desa: agar langkah-langkah kecil warga Soko bisa menapaki masa depan dengan lebih mantap, dan cahaya harapan bisa menyala lebih lama di tengah bukit-bukit sunyi.

***

*) Oleh: Letkol Czi Arief Rochman Hakim, SE., MM., Dansatgas TMMD Kodim 0813 Bojonegoro.

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow