Uji Coba Modul Digital Komunikasi Resiliensi untuk ABH di LPKA Blitar, Perkuat Mental dan Kepribadian Anak Binaan
Upaya penguatan mental dan kepribadian bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) terus dilakukan melalui inovasi pendidikan berbasis teknologi.

TIMESINDONESIA, MALANG – Upaya penguatan mental dan kepribadian bagi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) terus dilakukan melalui inovasi pendidikan berbasis teknologi. Tim peneliti dari Universitas Merdeka Malang bekerja sama dengan Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Timur tengah melakukan uji coba modul digital komunikasi resiliensi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Blitar Jawa Timur, Senin (15/9/2025).
Program ini dirancang untuk membantu anak binaan mengelola tekanan psikologis, menghadapi stigma sosial, serta membangun keterampilan komunikasi yang sehat. Modul digital ini mengajarkan tiga pilar utama komunikasi resiliensi, yaitu dialog reflektif untuk mengatasi trauma, afeksi sosial untuk menumbuhkan sikap positif, serta regulasi emosi untuk memperkuat relasi sosial dan ketahanan diri.
“Melalui pendekatan digital, anak-anak dapat belajar dengan cara yang lebih interaktif. Mereka tidak hanya berlatih komunikasi sehat, tetapi juga menemukan ruang aman untuk mengekspresikan diri,” ungkap Sri Widayati Ketua Riset.
Penelitian ini merupakan bagian dari hibah kompetisi nasional skema Riset Fundamental Reguler 2025, yang didanai oleh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) Republik Indonesia. Melalui program ini, anak binaan di LPKA mendapat kesempatan untuk mengikuti sesi pembelajaran interaktif berbasis digital, termasuk simulasi, latihan percakapan, dan peer support online yang difasilitasi oleh pendamping berpengalaman.
Uji coba dalam kesempatan ini merupakan tahap pertama, selanjutnya akan diselenggarakan oleh peneliti uji coba kedua di bulan Oktober untuk menghasilkan modul digital yang lebih spesifik. Kegiatan penelitian ini di ketuai oleh Sri Widayati, S.Pd., M.Si, dan beranggotakan Lian Agustina Setiyaningsih, S.Sos., M.Med Kom., Taufiqurrohman, S.Psi., MA., dan Viry Puspaning Ramadhan, A.Md.Li., S.Kom., M.Kom.
Kegiatan uji coba melibatkan sepuluh informan anak binaan dengan beragam kasus yang dimilikinya. Begitu juga dengan latar belakang jenis kelamin, usia dan kondisi ekonomi serta pendidikan anak menjadi dasar pertimbangan untuk simulasi. Kegiatan tahap satu ini menghasilkan rekomendasi yang akan diolah untuk perbaikan dan diujikan kembali pada uji coba tahap kedua sebelum modul digital dinyatakan siap untuk digunakan oleh ABH.
Anak binaan di LPKA Blitar mendapat kesempatan mengikuti sesi pembelajaran berbasis digital, mulai dari simulasi, latihan percakapan, hingga peer support online yang difasilitasi pendamping berpengalaman. Dalam modul ini terdapat delapan minggu pertemuan yang diselenggarakan secara online. Modul berbentuk pdf interaktif ini membekali anak binaan dalam hal membangun narasi positif, membentuk kepercayaan diri, membangun keseiapan untuk bertemu masyarakat, membuat relasi sosial yang positif. Setiap bab materi didampingi oleh fasilitator dan konselor untuk memantau perkembangan psikologis anak binaan.
“Kami melihat anak-anak menjadi lebih percaya diri, lebih berani mengungkapkan perasaan, dan mulai belajar mengontrol emosi. Modul ini memberi ruang aman bagi mereka untuk tumbuh lebih kuat secara mental,” ujar Auliya salah satu fasilitator PKBI yang terlibat dalam pendampingan.
Kepala Sub Seksi Pendidikan dan Keterampilan Sugeng Boedianto, S.Sos., MM. menyambut baik inisiatif ini. Menurutnya, modul komunikasi resiliensi berbasis digital tidak hanya membantu anak binaan selama berada di LPKA, tetapi juga menjadi bekal penting untuk proses reintegrasi sosial setelah bebas. Ke depan, penelitian lanjutan juga akan diarahkan pada pengembangan aplikasi peer support digital agar program ini dapat menjangkau lebih banyak anak binaan di berbagai daerah di Indonesia. (*)
Apa Reaksi Anda?






