UNUJA Probolinggo Hadirkan Inovasi Solar Hybrid, Hasil Tangkapan Nelayan Paiton Naik Dua Kali Lipat
Malam di laut selalu penuh ketidakpastian bagi nelayan pesisir Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jatim.

TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Malam di laut selalu penuh ketidakpastian bagi nelayan pesisir Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jatim. Bukan hanya soal badai atau cuaca yang sulit ditebak, tapi juga soal penerangan. Sebelum ada bantuan teknologi, para nelayan kerap harus menyerah pada gelapnya malam karena lampu perahu padam lebih dulu, sementara lautan masih menyimpan banyak ikan.
Kondisi itu membuat kerugian ganda bagi nelayan. Selain biaya operasional harian untuk bahan bakar mesin yang mencapai Rp 100 ribu, hasil tangkapan rata-rata hanya sekitar 18 kilogram. Padahal ikan pelagis kecil seperti teri, kembung, hingga cumi-cumi kecil, adalah sumber utama penghidupan mereka.
Teknologi Solar Hybrid: Cahaya Harapan dari UNUJA
Situasi sulit itu berubah ketika tim dosen Teknik Elektro UNUJA hadir membawa inovasi sistem tenaga listrik solar hybrid. Program yang masuk dalam skema Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Kemendikbudristek 2025 ini menyasar langsung kebutuhan para nelayan di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, terluar).
Kegiatan ini dilaksanakan oleh Ilmirrizki Imaduddin, M.T, dibantu oleh Muhammad Hasan Basri dan Bachtera Indarto dan dua mahasiswa Universitas Nurul Jadid. Program ini melibatkan 20 nelayan Sumberanyar, tim dosen memasang perangkat teknologi berupa panel surya 550 Wp, baterai 100 Ah, dan inverter hybrid 1 kW di kapal. Teknologi ini mampu memberi pasokan listrik gratis dari energi matahari dan stabil sepanjang malam.
“Sekarang kami tidak takut lampu mati lagi. Cahaya tetap terang sampai pagi, ikan juga lebih banyak yang datang mendekat,” ungkap Abdurrahman (42), salah satu nelayan penerima manfaat.
Dari 18 Kg Jadi 33 Kg: Lonjakan 110%
Data yang dihimpun tim menunjukkan peningkatan hasil tangkapan signifikan. Dari sebelumnya rata-rata 18 kilogram, kini hasil tangkapan melonjak hingga 33 kilogram per malam.
Secara ekonomi, pendapatan nelayan naik lebih dari dua kali lipat. Jika sebelumnya penghasilan bersih per malam sekitar Rp 525 ribu, kini melonjak menjadi Rp 1,1 juta. Menariknya, biaya bahan bakar tetap sama karena teknologi solar hybrid hanya menyuplai kebutuhan penerangan.
“Profit naik lebih dari 100 persen tanpa menambah biaya operasional. Itu artinya kesejahteraan nelayan benar-benar terbantu,” terang Ilmirrizki.
Bagi nelayan, perubahan ini terasa sangat nyata. “Kalau dulu pulang bawa ikan sedikit saja, kadang tidak cukup untuk bayar bensin. Sekarang, alhamdulillah hasilnya jauh lebih banyak,” tambah Samsul (37), nelayan lainnya.
“Selain memberi manfaat langsung bagi masyarakat, program ini sekaligus menjadi sarana pembelajaran yang terintegrasi dengan mata kuliah. Mahasiswa dan dosen bisa melihat bagaimana teknologi yang dipelajari di kelas benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat,” ujar M. Noer Fadli Hidayat, M.Kom, dosen UNUJA yang turut mengapresiasi kegiatan ini.
Sebagai kampus yang berada di wilayah pesisir, UNUJA menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan solusi inovatif bagi nelayan dan masyarakat sekitar.
“Nelayan adalah tulang punggung ekonomi pesisir. Dengan teknologi tepat guna, mereka tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga berkembang,” tegas Ilmirrizki.
Program ini masih akan berlangsung hingga Desember 2025 mendatang. Harapannya, teknologi ini bisa direplikasi di daerah pesisir lainnya, sehingga lebih banyak nelayan terbantu.
Bagi nelayan Sumberanyar, cahaya lampu di tengah lautan kini bukan lagi tanda bahaya, melainkan simbol harapan baru. Dari sana, masa depan mereka perlahan menjadi lebih terang. (*)
Apa Reaksi Anda?






