Agar Umat Islam Mampu Memahami dan Mengamalkan Islam Secara Kaffah
Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin banyaknya komunitas umat Islam, saat ini kita dihadapkan pada tantangan kehidupan dan budaya modern yang sangat kompleks.

Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin banyaknya komunitas umat Islam, saat ini kita dihadapkan pada tantangan kehidupan dan budaya modern yang sangat kompleks. Studi Islam dipandang menjadi hal yang sangat urgen untuk dilakukan. Dengan mempelajari dan memahami Metode Studi Islam diharapkan umat Islam mampu memahami dan mengamalkan lalam secara kaffah.
Kaffah mengandung arti sempurna dan menyeluruh, komprehensif, baik dalam bidang aqidah, syariah, maupun akhlak. Islam dipahami secara utuh, integral Jari berbagai macam pendekatan dan sudut pandang sehingga menghasilkan kesimpulan yang berdasarkan pada argumentasi yang lengkap untuk kemudian diamalkan. Allah 56 berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 208:
يَتَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السَّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ (3)
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2): 208)
Ayat di atas menjelaskan bahwa umat Islam harus mengikuti ajaran agama yang diturunkan Allah 4 secara menyeluruh, menyangkut ajaran aqidah (keimanan), ajaran syariah (hukum), dan ajaran akhlak (norma). Semua ajaran dalam Islam harus diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun karena itu datang dari Allah 4. Untuk itu, diperlukan metode memahami Islam supaya melahirkan kesadaran pengamalan yang komprehensif. Sebagai contoh, ajaran mana yang terlebih dahulu harus disampaikan kepada seorang muslim yang belajar tentang Islam, apakah aqidah, syariah, atau akhlak? Bagaimana cara memahami Alquran sebagai sumber pokok ajaran Islam? Apakah cukup hanya membacanya, setelah pandai membaca, menghafal surah dan ayat, kemudian itu dianggap selesat?
Seperti yang terjadi pada sebagian besar kaum muslimin saat ini, mempelajari Islam sampai mendalam dianggap tugas ulama, orang yang akan menjadi ustadz, bukan kewajiban setiap individu muslim. Padahal, mempelajari Islam secara menyeluruh untuk kemudian diamalkan adalah kewajiban setiap muslim dan muslimah, dan untuk itu diperlukan metode untuk memperoleh hasil yang optimal.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Ayat di atas juga menjelaskan bahwa umat Islam harus menaati ajaran agama yang diturunkan Allah se tanpa memilih-milih mana yang disukai dan mana yang tidak disukai. Semua ajaran dalam Islam harus diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun karena itu datang dari Allah 56. Maka yang menjadi patokan utama dalam beragama adalah wahyu, baru setelah itu akal. Jangan sampai akal menafikan wahyu karena dianggap bertentangan dengan akal. Manusia tidaklah diberi pengetahuan oleh Allah 36 kecuali hanya sedikit saja. Sehingga ilmu Allah 3 yang mahaluas tidak mungkin dapat dijangkau oleh akal manusia seluruhnya. Seperti firman Allah 4 dalam Surah Al-Kahf ayar 109:
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَتُ رَبِّي وَلَوْ جِفْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا (3)
Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al-Kahf (18): 109)14
Selain itu, dalam Alquran Surah Al-Isra' ayat 85. Allah 34 juga menjelaskan bahwa akal manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu Allah 5%. Misalkan saja tentang ruh, yaitu
وَيَسْتَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertarnya kepadamu (Muhammad) tentang mah. Katakanlah, "Ruh itu termasuk umesan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan harrya sedikit." (QS. Al-Isra (17),85)"
Upaya mempelajari, memahami Islam secara menyeluruh, artinya mem pelajari Islam bukan hanya ajaran ibadahnya saja, ajaran aqidah atau ajaran akhlaknya saja, tetapi keseluruhan ilmu yang terkait dengan Islam. Artinya, seluruh ilmu yang ada dalam sumber ajaran Islam (Alquran dan hadis) yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan bahkan kehidupan akhirat nanti. Terkait dengan metode, mempelajari dan memahami Islam secara menyeluruh juga dapat diartikan sebagai menggunakan berbagai macam metode dan pendekatan yang telah ada saat ini yang digunakan oleh bidang ilmu kealaman, sosial, dan budaya. Pendekatan, model, dan metode yang dikembangkan tentunya yang relevan digunakan untuk penelitian ilmu agama dan dalam ranah kemampuan akal dan nalar. Ketika sudah memasuki wilayah yang bersifat gaib maka akal tidak akan bisa menjangkaunya dan diserahkan sepenuhnya kepada wahyu yang dilandasi oleh keyakinan dan keimanan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Berbagai pendekatan, model, dan metode dapat digunakan dalam usaha memahami Islam secara kaffah. Metode, pendekatan, dan model, secara komprehensif digunakan dalam rangka mempelajari Islam, dengan pendekatan teologis dan normatif sebagai acuannya. Pendekatan teologis mengacu pada ajaran keimanan Islam yang bersumber pada tauhid, sedangkan pendekatan normatif mengacu kepada sumber ajaran pokok Islam, yaitu Alquran dan hadis.
Landasan pentingnya pendekatan teologis sebagai acuan dalam studi Islam dapat kita lihat dalam Alquran Surah Al-Isra' ayat 85. Allah yang menjelaskan bahwa akal manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu Allah. Misalkan saja tentang ruh, yaitu
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُم مِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, "Ruh termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit (QS. Al-Isra (17): 85)
Dengan dasar ayat ini, kita bisa memahami tentang "RUH" dalam ajaran Islam mengacu pada wahyu yang disampaikan Allah 34 dalam ayat di atas, urusan ruh manusia tidak banyak mengetahui kecuali sedikit saja. Di sinilah urgensinya tauhid sebagai landasan umat Islam mempelajari Islam, yaitu kesadaran bahwa sumber ilmu adalah Allah, dan ilmu manusia hanya sedikit saja. Seperti firman Allah dalam Alquran Surah Al-Kahf ayat 109:
قُل لَّوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَن تَنفَدَ كَلِمَنتُ رَبِّي وَلَوْ جَفْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا
Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al-Kahf (18): 109)
Maka Alquran dan hadis yang merupakan wahyu adalah sumber utama dalam literasi Islam, selanjutnya baru pengoptimalan akal melalui berbagai metode yang dilakukan untuk kemudian menjadi berbagai ilmu yang me-nguatkan wahyu. Manusia tidaklah diberi pengetahuan oleh Allah kecuali hanya sedikit saja, ilmu Allah 3 yang mahaluas tidak mungkin dapat dijangkau oleh akal manusia seluruhnya. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
Apa Reaksi Anda?






