Dosen UNISMA Dorong Mediasi untuk Tekan Angka Perceraian di Kota Batu
Angka perceraian di Kota Batu, khususnya cerai gugat yang diajukan istri, tercatat cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab dominan konflik rumah tangga adalah masalah ekonomi dan…

TIMESINDONESIA, MALANG – Angka perceraian di Kota Batu, khususnya cerai gugat yang diajukan istri, tercatat cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab dominan konflik rumah tangga adalah masalah ekonomi dan perselingkuhan. Melihat fenomena tersebut, Dwi Ari Kurniawati, Dosen Hukum Keluarga Islam Unisma, melakukan program pengabdian masyarakat di Kecamatan Batu dengan fokus pada penguatan komunikasi dan mediasi keluarga.
Menurut Dwi Ari, mediasi memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan rumah tangga. “Mediasi memberikan ruang aman bagi keluarga untuk berbicara dari hati ke hati tanpa merasa dihakimi. Dengan cara ini, mereka bisa saling memahami kebutuhan dan harapan, sekaligus mencari solusi yang adil,” ujarnya saat ditemui usai kegiatan penyuluhan.
Ia menambahkan, persoalan ekonomi dan perselingkuhan sering kali membuat pasangan tidak bisa lagi berkomunikasi dengan baik. Padahal, komunikasi menjadi kunci utama agar permasalahan tidak semakin membesar. “Ketika komunikasi rusak, konflik kecil bisa meledak jadi perceraian. Melalui mediasi, pasangan dilatih untuk mendengarkan secara aktif, menyampaikan pendapat dengan jelas, serta memahami sudut pandang orang lain,” jelasnya.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Kegiatan pengabdian masyarakat ini melibatkan berbagai elemen, mulai dari perangkat desa, tokoh agama, hingga masyarakat umum. Bentuk kegiatannya mencakup pelatihan keterampilan komunikasi, penyuluhan tentang pentingnya mediasi, serta pendampingan langsung dalam kasus keluarga yang berpotensi retak.
Salah satu peserta, Siti Nurjanah, warga Kelurahan Sisir, mengaku banyak mendapat manfaat dari program tersebut. “Saya jadi paham bahwa tidak semua masalah harus dibawa ke pengadilan. Kadang dengan berbicara baik-baik dan difasilitasi mediator, persoalan bisa selesai tanpa harus merusak rumah tangga,” katanya.
Dwi Ari menegaskan, keberhasilan mediasi bukan hanya menyelesaikan konflik, melainkan juga mencegah konflik serupa di kemudian hari. “Misalnya dalam kasus perselingkuhan, yang paling berat adalah membangun kembali kepercayaan. Mediasi membantu pasangan untuk perlahan memperbaiki hubungan dan menemukan jalan baru bersama,” ucapnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya membangun kesadaran masyarakat bahwa mediasi merupakan alternatif penyelesaian sengketa yang lebih baik daripada jalur hukum formal. “Jika semua persoalan langsung dibawa ke pengadilan, maka perceraian akan semakin tinggi. Dengan mediasi, peluang keluarga untuk bertahan lebih besar,” ungkapnya.
Program ini juga dinilai berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang lebih harmonis dan damai. Melalui pelatihan dan pendampingan, masyarakat tidak hanya belajar menyelesaikan konflik rumah tangga, tetapi juga sengketa lain seperti masalah tanah atau perselisihan antarwarga.
“Harapan kami, budaya mediasi bisa tumbuh di tengah masyarakat. Jika komunikasi kuat, konflik bisa dicegah sejak dini, dan itu artinya kita membangun lingkungan yang lebih sehat serta harmonis,” pungkas Dwi Ari.
Dengan langkah nyata ini, penguatan komunikasi dan mediasi keluarga diharapkan mampu menjadi solusi dalam menekan angka perceraian di Kota Batu sekaligus memperkuat ketahanan keluarga di era penuh tantangan ini. (*)
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Apa Reaksi Anda?






