Kedelai Sentuh Rp13 Ribu Per Kilogram, BHS Dorong Penurunan Harga
Di sebuah rumah sederhana kawasan Simo Gunung Kramat Surabaya, produksi Tempe Bang Jarwo terus beroperasi. Pada 2010, pasangan Jarwo Susanto dan Riska Meiwati membuka usaha tersebut berpedoman pada re
SURABAYA Di sebuah rumah sederhana kawasan Simo Gunung Kramat Surabaya, produksi Tempe Bang Jarwo terus beroperasi. Pada 2010, pasangan Jarwo Susanto dan Riska Meiwati membuka usaha tersebut berpedoman pada resep racikan buatan neneknya yang asli Kediri, Jawa Timur.
Sejak pukul tiga sore, ruang produksi sederhana bersiap mengolah kedelai murni yang diambil dari Banyu Urip.
"Saat ini harga kedelai mendekati Rp13.000/kilogram. Biasanya Rp9.000 per kilo. Tetapi, harga tempe tetap Rp1.000 per bungkus," kata Riska.
Perendaman kedelai berlangsung selama kurang lebih dua jam, setelah itu digiling dan dipisahkan dari kulit ari, kemudian dicuci berulang sampai keesokan harinya hingga tiga kali sebelum dikukus ulang. Setelah itu ditiriskan, diberi ragi, dan berlanjut pada proses fermentasi tiga hari.
"Hari ini kita bikin selesai, besok sudah angkut naik ke rak nya," ujarnya.
Dalam sehari, Bang Jarwo memproduksi 15 kilogram kedelai untuk dijadikan tempe dan didistribusikan ke sejumlah pedagang pasar. Jika ada kunjungan dari luar negeri ke kawasan Jarak dan Putat, rumahnya kerap menjadi jujugan.
Seperti pada hari ini, saat anggota Komisi VII DPR RI Bambang Haryo Soekartono (BHS) yang membidangi UMKM untuk melakukan peninjauan serta memberikan apresiasi uang tunai pembelian bahan baku sebesar Rp2.500.000 pada Sabtu (27/12/2025).
Melihat perkembangan harga kedelai, BHS berharap besar komoditas ini bisa diproduksi dalam negeri karena selama ini masih impor dari Amerika Serikat dan Kanada sehingga harga kedelai sangat dipengaruhi fluktuasi dollar.
"Kita sangat mengharapkan kedelai ini bisa diproduksi dalam negeri, sekarang kan masih impor dari Kanada maupun Amerika," ujarnya. (*)
Apa Reaksi Anda?