Mahasiswa UNISMA Hadirkan Nugget Bayam dan Susu Jagung Manis, Inovasi Pangan Lokal untuk Cegah Stunting

Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KSM) Universitas Islam Malang (UNISMA) Kelompok 14 menggelar kegiatan penyuluhan sekaligus praktik memasak bersama warga  Dusun Blethok, Desa Pandanajeng, Kecamatan Tumpang.

Agustus 23, 2025 - 14:30
Mahasiswa UNISMA Hadirkan Nugget Bayam dan Susu Jagung Manis, Inovasi Pangan Lokal untuk Cegah Stunting

TIMESINDONESIA, MALANG – Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KSM) Universitas Islam Malang (UNISMA) Kelompok 14 menggelar kegiatan penyuluhan sekaligus praktik memasak bersama warga  Dusun Blethok, Desa Pandanajeng, Kecamatan Tumpang.

Bertempat di rumah Atik, Ketua Posyandu Dusun Blethok mahasiswa praktik  membuat makanan sehat berbahan jagung manis, Jumat (15/8/2025). Bahan yang digunakan sederhana, hanya bayam dan jagung manis. Namun, dua bahan ini disulap menjadi olahan istimewa: nugget bayam dan susu jagung manis.

Kegiatan tersebut menjadi bagian dari program bertajuk “Optimalisasi Sayur Bayam dan Jagung Manis sebagai Olahan Makanan Bergizi untuk Mencegah Stunting pada Balita.” Program ini lahir dari keprihatinan mahasiswa terhadap masih tingginya angka stunting di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan yang sebenarnya memiliki kekayaan pangan lokal melimpah.

Stunting, Ancaman Serius yang Dekat dengan Kita

Stunting masih menjadi momok di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, jutaan anak mengalami gangguan pertumbuhan akibat kurang gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun. Dampaknya tidak hanya membuat anak bertubuh pendek, tetapi juga berpengaruh pada kecerdasan, kesehatan, hingga daya saing bangsa.

Dusun Blethok, yang notabene wilayah agraris dengan tanah subur dan hasil pangan melimpah, ternyata tidak lepas dari ancaman stunting. Banyak keluarga lebih memilih makanan instan dan cepat saji, sementara bahan lokal seperti bayam dan jagung manis kerap terabaikan. Inilah yang kemudian mendorong mahasiswa UNISMA menghadirkan solusi sederhana namun tepat sasaran.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Edukasi Gizi Lewat Pangan Lokal

Sebelum memulai praktik memasak, mahasiswa memberikan penyuluhan mengenai pentingnya gizi seimbang. Mereka menjelaskan bahwa stunting bukan hanya soal tinggi badan anak yang tidak sesuai usia, tetapi juga berhubungan dengan kecerdasan kognitif, daya tahan tubuh, hingga kualitas hidup di masa depan.

“Bayam kaya akan zat besi, vitamin A, dan kalsium yang bagus untuk pertumbuhan tulang serta daya tahan tubuh. Sedangkan jagung manis mengandung serat, karbohidrat, dan antioksidan lutein yang baik untuk kesehatan otak dan pencernaan,” jelas salah satu anggota tim KSM saat memberikan materi kepada peserta.

Penjelasan ini membuat warga semakin antusias. Mereka menyadari bahwa bahan makanan sehari-hari yang kerap dianggap biasa saja ternyata menyimpan manfaat besar untuk tumbuh kembang anak.

Dari Teori ke Dapur

Setelah penyuluhan, kegiatan dilanjutkan dengan demonstrasi memasak. Menu pertama adalah susu jagung manis. Jagung segar direbus, dipipil, lalu diblender dengan air. Setelah disaring, cairan jagung direbus kembali bersama gula dan sedikit susu cair. Hasilnya adalah minuman hangat berwarna kuning cerah dengan rasa manis alami.

“Anak-anak pasti lebih suka minum ini daripada membeli es di luar. Selain enak, jelas lebih sehat,” tutur Ibu Atik, sembari tersenyum puas setelah mencicipinya.

Menu berikutnya adalah nugget bayam. Bayam yang sudah direbus dan dicincang dicampur dengan tepung, telur, serta bumbu sederhana. Adonan kemudian dikukus, dipotong, dilapisi tepung roti, lalu digoreng hingga berwarna keemasan. Teksturnya lembut di dalam namun renyah di luar, membuat anak-anak yang hadir berebut mencicipinya.

“Biasanya anak saya susah sekali makan sayur. Tapi setelah dicoba nugget bayam buatan adik-adik KKN ini, dia malah suka,” ungkap  Atik dengan penuh antusias.

kader-posyandu.jpg

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dampak Nyata bagi Masyarakat

Tidak hanya mengajarkan resep, mahasiswa juga membagikan leaflet berisi langkah-langkah pembuatan dan manfaat gizinya. Hal ini bertujuan agar para ibu bisa mempraktikkan kembali di rumah. Beberapa warga bahkan menyampaikan rencana menjadikan susu jagung manis sebagai minuman rutin keluarga, serta menjual nugget bayam sebagai usaha kecil untuk menambah penghasilan.

“Kami ingin masyarakat melihat bahwa makanan sehat itu tidak harus mahal. Justru dari bahan sederhana yang ada di sekitar kita bisa tercipta menu bergizi tinggi,” jelas Ketua Tim KSM Kelompok 14.

Program ini pun membuka kesadaran baru bagi masyarakat Pandanajeng. Pola pikir bahwa makanan bergizi itu sulit dibuat perlahan mulai berubah. Kini, warga semakin yakin bahwa dengan sedikit kreativitas, pangan lokal bisa menjadi solusi untuk mencegah stunting sejak dini.

Antusiasme Warga, Harapan Baru untuk Anak Sehat

Resep sederhana ini disambut antusias. Banyak ibu-ibu yang mencatat langkah pembuatan, bahkan ada yang langsung berencana mempraktikkan di rumah. Tidak sedikit pula yang ingin menjadikan olahan ini sebagai peluang usaha kecil untuk menambah penghasilan keluarga.

“Kami baru sadar, ternyata bahan yang ada di sekitar bisa dibuat jadi makanan sehat. Tidak sulit, tidak mahal, dan anak-anak juga suka,” ujar salah satu warga yang hadir.

Bagi mahasiswa, antusiasme ini adalah bukti nyata bahwa program mereka tidak sia-sia. Tujuan utama KSM bukan hanya memberi pengetahuan, tetapi juga mengubah perilaku konsumsi masyarakat agar lebih sehat.

Menuju Generasi Sehat 2045

Kegiatan KSM UNISMA Kelompok 14 di Dusun Blethok tidak hanya berhenti pada edukasi gizi semata. Lebih dari itu, kegiatan ini menumbuhkan semangat kebersamaan dan kepedulian kolektif terhadap kesehatan generasi penerus.

Hasil kegiatan ini membuktikan bahwa intervensi sederhana berbasis pangan lokal mampu memberikan dampak nyata. Masyarakat tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru, tetapi juga keterampilan praktis yang bisa diterapkan sehari-hari.

Dengan keberhasilan ini, mahasiswa berharap program serupa dapat terus digalakkan di desa desa lain. “Kalau masyarakat mau memanfaatkan potensi pangan lokal, saya yakin angka stunting bisa ditekan. Ini bukan hanya soal kesehatan anak hari ini, tapi juga investasi untuk masa depan Indonesia Emas 2045,” pungkas salah satu mahasiswa.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*)Pewarta: Mahasiswa KSM-T Kelompok 14 Universitas Islam Malang (UNISMA)

Apa Reaksi Anda?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow