Pembinaan SDM Tsurayya Islamic School Malang Tekankan Growth Mindset sebagai Bekal untuk Indonesia Emas
Lembaga Tsurayya Karimah Indonesia menggelar pembinaan sumber daya manusia (SDM) bulanan dengan tema “Bersama Tsurayya, Menuju Indonesia Emas.” Kegiatan itu berlangsung di Ruang Utama Masjid SMP Tsurayya…

TIMESINDONESIA, MALANG – Lembaga Tsurayya Karimah Indonesia menggelar pembinaan sumber daya manusia (SDM) bulanan dengan tema “Bersama Tsurayya, Menuju Indonesia Emas.” Kegiatan itu berlangsung di Ruang Utama Masjid SMP Tsurayya Islamic School, Senin (1/9/2025).
Acara ini diikuti oleh seluruh tenaga pengajar dan staf dari unit pendidikan di bawah naungan Tsurayya; SD Tsurayya Flexi-School, Bimbel Al-Qur’an Tsurayya, dan SMP Tsurayya Islamic School. Mereka hadir dengan antusias, bahkan ada sebagian yang sudah datang sejak sebelum Dhuhur, seolah tak mau ketinggalan satu detik pun dari pembinaan kali ini.
Pemateri utama, Yoga Adi Pratama, S.Pd., M.A. atau yang akrab dipanggil Ustaz Yoga Al-Marouki, menyampaikan materi dengan gaya yang lugas namun penuh energi. Ia membuka sesi dengan sebuah analogi sederhana namun mengena: guru harus siap menjadi “gelas kosong”, Bukan hanya memberi ilmu, tetapi juga mau terus menerima pengetahuan baru.
“Kalau gelas sudah penuh, tak akan ada lagi yang bisa masuk. Begitu juga guru. Kalau merasa sudah tahu segalanya, maka selesai sudah proses belajarnya,” ucap Yoga yang langsung membuat banyak peserta mengangguk pelan.
Selain itu, ia menekankan pentingnya growth mindset. Menurutnya, guru yang terjebak pada fixed mindset hanya akan mengulang pola lama dan sulit berkembang. Sementara, growth mindset membuat guru terbuka pada perubahan, mencoba metode baru, dan berani mengevaluasi diri.
Tidak berhenti di situ, Ustaz Yoga juga mengingatkan bahwa setiap penempatan Allah kepada seorang guru pasti memiliki maksud kebaikan. “Bisa jadi kita ditaruh di sekolah kecil, di kelas sulit, atau di lingkungan yang penuh tantangan. Tapi selalu ada pelajaran berharga yang Allah ingin kita ambil”, jelasnya.
Poin terakhir yang banyak meninggalkan kesan mendalam adalah soal kehati-hatian guru dalam berkata dan bertindak. Ustaz Yoga mengingatkan bahwa setiap kata, hukuman, bahkan ekspresi wajah guru dapat menempel di ingatan murid, membentuk cara pandang mereka di masa depan. “Kadang satu kalimat bisa menjadi penyemangat seumur hidup. Tapi satu kalimat juga bisa jadi luka yang tidak hilang” tuturnya.
Menjelang akhir sesi, dibuka kesempatan untuk bertanya. Dari barisan peserta, Ustaz Alwi, salah satu SDM dari SD Tsurayya Flexi-School, mengajukan pertanyaan yang cukup dalam:
“Apakah cukup bagi kita para guru hanya berpegang pada kalimat Tauhid saja dalam mengarungi hidup, utamanya menghadapi semakin banyaknya tantangan menuju Indonesia emas? Mengingat pada saat ini banyaknya pemuda-pemudi yang baru merintis dan mulai berjuang namun berakhir tragis dengan bunuh diri.”
Pertanyaan itu seketika membuat ruangan hening. Ustadz Yoga menanggapinya dengan penuh keseriusan. Ia menegaskan bahwa tauhid memang pondasi utama dalam hidup, tetapi seorang guru sekaligus pendidik generasi tidak bisa berhenti di situ saja.
“Tauhid itu fondasi, tapi kita juga harus menguatkan pemahaman, memberi pendampingan, dan mencontohkan bagaimana menjalani hidup dengan sabar dan ikhtiar. Pemuda kita butuh teladan nyata, bukan hanya teori”, jawabnya.
Jawaban tersebut disambut anggukan serius dari para peserta. Diskusi singkat itu menambah kedalaman makna pembinaan hari itu, mengingatkan para guru bahwa tugas mereka bukan sekadar mengajar, melainkan juga membimbing jiwa.
Kegiatan pembinaan ini akhirnya ditutup dengan doa bersama. Dengan adanya pembinaan rutin ini, Tsurayya berharap seluruh tenaga pendidik semakin kuat secara mental, spiritual, dan intelektual. Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal mengajar, tetapi tentang membentuk manusia yang berkarakter.
“Kalau kita ingin Indonesia Emas, maka gurunya dulu yang harus bermental emas,” pungkas Ustaz Yoga disambut tepuk tangan peserta. (*)
Apa Reaksi Anda?






