Dato’ Abdul Radzeen: Transparansi Adalah Pondasi Kepercayaan di Era Digital
Di tengah derasnya arus inovasi teknologi yang terus menembus batas-batas industri, Dato’ Abdul Radzeen menegaskan satu hal mendasar: transparansi adalah mata uang baru kepercayaan di era digital.

Di tengah derasnya arus inovasi teknologi yang terus menembus batas-batas industri, Dato’ Abdul Radzeen menegaskan satu hal mendasar: transparansi adalah mata uang baru kepercayaan di era digital.
Pendiri ThinkQuran sekaligus inisiator proyek NeoKhat itu berbicara dalam wawancara daring di sela gelaran Expand North Star 2025 di Dubai, Senin (13/10/2025).
Dengan gaya tenang namun berwibawa, Radzeen menjelaskan bahwa masa depan ekonomi digital tidak hanya ditentukan oleh kecepatan inovasi, tetapi juga oleh kedalaman nilai moral yang mengiringinya.
“Teknologi berkembang setiap hari, bahkan setiap jam. Tapi tanpa transparansi, semua kemajuan itu bisa kehilangan arah dan makna,” ujarnya. “Kepercayaan adalah fondasi, dan blockchain adalah alat untuk menjaganya," tambahnya.
Blockchain dan NeoKhat: Inovasi yang Berakar pada Nilai
Dalam proyek NeoKhat, Dato’ Radzeen memadukan kecanggihan blockchain dengan kekayaan warisan Islam. NeoKhat, kata Radzeen, bukan sekadar proyek teknologi, tetapi representasi dari perjalanan spiritual umat Islam dalam menulis, mengabadikan, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan secara aman dan terbuka.
“Melalui NeoKhat, kami ingin menunjukkan bahwa blockchain bukan hanya tentang aset digital atau mata uang kripto. Ini tentang kepercayaan yang bisa diverifikasi. Semua proses — dari minting, kurasi, hingga transaksi — terbuka bagi publik,” jelasnya.
Dengan demikian, NeoKhat menjadi model trust economy yang menempatkan nilai keterbukaan dan kejujuran sebagai prinsip utama. Teknologi ini, menurut Radzeen, mampu menjembatani dunia spiritual dan digital dalam satu sistem nilai yang harmonis.
“Transparansi bukan hanya strategi teknis. Ia adalah niat baik yang diterjemahkan ke dalam kode,” tambahnya.
ThinkQuran: Menyatukan Teknologi dan Spiritualitas
ThinkQuran, lembaga yang dipimpinnya, lahir dari gagasan sederhana: bagaimana menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi bagi inovasi digital yang etis dan berkeadilan.
Melalui pendekatan multidisipliner, ThinkQuran menggabungkan data science, desain komunikasi, dan kajian tafsir untuk menciptakan ekosistem teknologi yang mencerminkan nilai-nilai Islam.
“ThinkQuran adalah tempat berpikir, bukan sekadar proyek riset. Kami ingin melahirkan teknologi yang bukan hanya canggih, tapi juga berakhlak,” kata Radzeen.
“Islam telah mengajarkan keterbukaan dalam ilmu, kejujuran dalam perdagangan, dan akuntabilitas dalam kepemimpinan. Itu semua kini bisa diwujudkan secara digital," ujarnya.
Dengan fondasi itu, ThinkQuran dan NeoKhat menjadi dua entitas yang saling melengkapi — yang satu menanam nilai, yang lain mewujudkannya dalam teknologi.
Transparansi Sebagai Ibadah
Dato’ Radzeen juga menekankan bahwa prinsip transparansi yang ia perjuangkan tidak bisa dilepaskan dari spirit Islam itu sendiri. “Dalam Islam, setiap transaksi harus terang dan jujur. Tidak boleh ada sesuatu yang disembunyikan,” ujarnya.
Bagi Radzeen, kejujuran dalam ruang digital bukan sekadar etika profesional, tetapi bagian dari ibadah. “Ketika kita membangun sistem yang transparan, kita sedang menegakkan keadilan. Itu berarti kita menjalankan perintah Tuhan dalam konteks zaman modern," katanya.
Pesan untuk Indonesia: Bangun Ekosistem Kepercayaan
Menutup wawancara, Dato’ Radzeen menyampaikan pesannya kepada para pemimpin dan pembuat kebijakan di Indonesia agar membangun ekosistem digital yang berlandaskan kepercayaan publik.
“Bangun komunikasi yang terbuka, libatkan masyarakat dalam edukasi digital, dan dorong inovasi yang jujur. Hanya dengan cara itu, teknologi bisa menjadi sarana kebaikan, bukan alat manipulasi,” pungkasnya.
Ia optimistis, dengan modal sosial dan semangat gotong royong, Indonesia berpotensi menjadi pelopor ekosistem digital yang transparan dan beretika di Asia Tenggara. (*)
Apa Reaksi Anda?






