Unusa Dorong Pemulihan Ibu Pascamelahirkan Lewat Pelatihan Spa Nifas
Spa nifas bukan sekadar layanan kecantikan, melainkan intervensi kesehatan berbasis sentuhan yang terbukti membantu pemulihan fisik dan psikologis ibu.
SIDOARJO Banyak ibu pascamelahirkan mengalami kondisi fisik dan mental mulai menurun, hal ini membuat beberapa dosen Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melaksanakan Pelatihan Spa Ibu Nifas bagi kader Posyandu di Desa Wage, Kabupaten Sidoarjo.
Program ini merupakan bagian dari Pengabdian Masyarakat Skema Pemberdayaan Masyarakat Tahun 2025 yang didanai oleh Kemendikti Saintek RI.
Pelatihan dipimpin oleh Ketua Pengabdian Masyarakat Unusa, Uliyatul Laili, SST., Bdn., M.Keb, bersama anggota tim Nur Masruroh, SST., Bdn., M.Keb dan Rachma Rizqina Mardhotillah, S.T., MMT. Sebanyak 40 kader Posyandu dan 40 ibu nifas terlibat dalam kegiatan tersebut.
Ketua Pengabdian Masyarakat Unusa, Uliyatul Laili, menjelaskan bahwa pelatihan dirancang untuk menjawab kebutuhan riil ibu di lapangan.
“Masa nifas adalah periode yang sangat menentukan bagi kesehatan ibu. Banyak ibu mengalami ketegangan, kelelahan, hingga gangguan produksi ASI. Karena itu, kader perlu dibekali keterampilan praktis, bukan hanya teori,” ujar Uliyatul Laili, Jumat (12/12/2025).
Uliyatul menegaskan bahwa spa nifas bukan sekadar layanan kecantikan, melainkan intervensi kesehatan berbasis sentuhan yang terbukti membantu pemulihan fisik dan psikologis ibu.
“Pijat relaksasi dan pijat oksitosin dapat memperlancar ASI, mengurangi stres, dan mempercepat pemulihan. Pelatihan ini bertujuan memperkuat peran kader sebagai pendamping utama ibu di komunitas,” tambahnya.
Kegiatan dimulai melalui assessment kebutuhan, kemudian penyuluhan terkait perawatan masa nifas dan kesehatan mental ibu. Para kader dilatih praktik pijat relaksasi, pijat oksitosin, perawatan payudara, hingga simulasi pendampingan kelompok kecil.
Untuk mengukur dampak program, kader dan ibu nifas mengikuti pre-test dan post-test. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan.
“Rata-rata kompetensi kader meningkat 27,7 persen, terutama dalam keterampilan spa nifas. Pada ibu nifas, pengetahuan meningkat 29,8 persen. Ini menunjukkan bahwa pelatihan sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta,” jelasnya.
Para kader Posyandu mengaku pelatihan ini memperluas wawasan mereka dalam mendampingi ibu pasca melahirkan. Salah satu kader mengatakan:
“Selama ini kami hanya memberi edukasi tentang ASI dan gizi. Setelah ikut pelatihan, saya jadi tahu bahwa pijat oksitosin dan perawatan spa itu sangat membantu ibu lebih tenang dan ASI lebih lancar. Ibu-ibu di wilayah kami juga sangat antusias.”
Sementara kader lainnya melihat peluang ekonomi baru dari kemampuan yang diperoleh.
“Ternyata spa nifas tidak hanya untuk kesehatan, tapi bisa jadi usaha rumahan. Banyak ibu yang bilang mau langganan kalau kami buka layanan. Ini bisa menambah pemasukan bagi kami,” ujarnya.
Salah satu perserta Anita mengakui merasakan manfaat nyata usai mengikuti pelatihan yang dilakukan.
“Setelah melahirkan, badan rasanya pegal dan saya sering cemas. Setelah dipijat, badan lebih ringan dan tidur lebih nyenyak. Produksi ASI juga lebih lancar,” katanya.
Uliyatul menegaskan bahwa program ini tidak hanya berfokus pada aspek kesehatan, tetapi juga pemberdayaan ekonomi perempuan.
“Program ini mendukung tujuan SDGs, terutama kesehatan ibu dan pekerjaan layak. Kader kini punya keterampilan baru yang bisa meningkatkan kesejahteraan mereka,” jelasnya.
Dengan berbagai hasil positif ini, Desa Wage Sidoarjo dinilai berpotensi menjadi model bagi daerah lain.
“Kami berharap model spa ibu nifas ini dapat direplikasi di wilayah lain di Indonesia untuk memperkuat layanan Posyandu dan meningkatkan kualitas hidup ibu pasca persalinan,” kata Uliyatul. (*)
Apa Reaksi Anda?